x. With(out) you

2.3K 301 58
                                    


Seungwan duduk di sofa cokelat itu dengan tatapan yang terus mengarah ke bawah. Rasanya tidak berani untuk memandang siapa yang ada di hadapannya ini. Tentu saja ia tahu. Ia tahu bagaimana berkuasanya seseorang yang berada di atas. Baginya yang hanyalah seorang dari kalangan rendah, tidak akan mampu mempertahankan hak-nya jika uang sudah berbicara.

Seungwan hanya bisa menangis. Entah kenapa kebenciannya terhadap kakek Chanyeol ini sudah terlalu besar hingga tidak bisa dibendung lagi. Hukuman, siksaan yang pria tua bangka ini berikan padanya terlalu berat menimpa keluarganya. Ayahnya dipecat, Ibu-nya kehilangan pelanggan. Dan sekarang terparahnya adalah, pihak sekolah mengatakan bahwa beasiswa-nya dicabut tanpa alasan yang jelas. Meskipun Seungwan tahu, alasan yang terjadi saat ini adalah, Seungwan tidak memutusakan Chanyeol seperti perintah pria ini.

"Jadi... bagaimana? Sudah memikirkan tawaranku?"

Seungwan mengepalkan tangannya kuat.

"Aku harus akui kau sangat berani mengabaikan apa yang pernah kusuruhkan padamu. Apa memutuskan Chanyeol itu sangat sulit kau lakukan? Apa dengan keluargamu menderita dulu baru kau mau memutuskannya? Wah, anak zaman sekarang benar-benar luar biasa," tawa Tuan Park membuat Seungwan makin meremas tangannya.

Ia datang ke kantor Tuan Park memang untuk membicarakan masalah ini. Ia ingin mengeluarkan rasa kebenciannya. Namun ketika duduk dan berhadapan dengan pria ini, Seungwan merasa sangat kecil dan tidak berani.

"Dengarkan aku, Seungwan. Jangan egois. Kalian itu hanya bocah SMA yang bahkan tidak terlalu mengenal arti cinta. Jangan membuang waktumu hanya karena hal ini. Lebih baik, dengarkan aku, putuskan Chanyeol dan kau bebas."

Seungwan meneteskan air matanya. Dan dengan keberanian, ia menatap wajah Tuan Park dengan tajam. Dan pria tua itu hanya tertawa mencibir akan tatapan tak berarti Seungwan padanya. Seungwan pun tersenyum. "Aku rasa, aku sudah salah memilih lawan, kan?"

Tawa Tuan Park menggema di ruangan kantor-nya. "Lawan? Kau kira untuk menjadi lawanku, kau pantas? Tidak, Sayang. Kau tidak sepantas itu hanya untuk menjadi lawanku." Tuan Park menggeleng lalu menuangkan teh ke dalam gelas kecil di depan Seungwan. "Kau dan aku, kita berbeda. Kau hanya sampah yang harus aku buang dari cucuku sejauh mungkin."

Seungwan menggigit bibirnya dan menarik napasnya sebelum akhirnya membuangnya dengan berat. "Aku minta maaf." Seungwan merasa saat ini harga dirinya benar-benar jatuh. "Aku mohon, biarkan Appa-ku mendapatkan pekerjaannya kembali dan –ku pastikan akan menjauhi Chanyeol."

Tuan Park menatapnya dan tersenyum lalu melipat tangannya di atas pangkuan kakinya. "Apa kali ini, ucapanmu bisa dipegang?"

Seungwan tersenyum masam. "Aku bersumpah demi nyawaku sendiri."

Tuan Park kembali tertawa lalu bertepuk tangan. "Kau sangat hebat. Aku suka semangat itu." Tuan Park tersenyum kemudian menghela napasnya. "Baik. Aku pegang janjimu kali ini. Dan tolong –jangan sampai aku menyesal sudah memberimu kesempatan."

Seungwan tertawa sarkas dalam hatinya. Kesempatan dia bilang? Dasar sialan!

Seungwan pun berdiri. "Terima kasih atas waktumu, Tuan Park."

Tuan Park tersenyum dan mengangguk. "Senang bisa menyambutmu di kantorku, Seungwan. Ah, dan satu lagi. Tolong segera cari sekolah lain. Aku tidak mau kau bertemu dengan cucuku lagi. Lagi pula, sekolah kami memang tidak cocok untuk orang sepertimu, kan?"

Seungwan membungkukkan kepalanya lalu pergi dari ruangan itu dengan mata berkaca-kaca yang akhirnya pecah saat kakinya terus melangkah. Dadanya begitu sesak dan takut di saat yang bersamaan. Sekarang, satu-satunya yang harus ia lakukan saat ini adalah membuat Chanyeol menjauhinya. Sejauh mungkin hingga Chanyeol tidak lagi bisa membuatnya kembali.

• Perfect Princess | Wenyeol  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang