11. PMS

135K 6.8K 239
                                    

Happy Reading!
USAHAKAN VOTE SEBELUM BACA

Keesokan harinya Daniel menjemput Vanessa di rumahnya, sesampainya di depan rumah Vanessa, Daniel hanya menunggu di depan rumah entahlah sifat Daniel dari kemarin setelah bertengkar jadi seperti ini.

Vanessa keluar dari rumahnya setelah berpamitan kepada kedua orang tua nya, mereka berdua bertatapan satu sama lain tanpa mengeluarkan kata sedikitpun.

Daniel memutuskan kontak mata keduanya, lalu ia berjalan terlebih dahulu tanpa menunggu Vanessa,  Daniel masuk ke dalam mobilnya diikuti oleh Vanessa.

Di dalam mobil hanya ada keheningan yang menyelimuti mereka berdua, tidak ada suara musik ataupun radio, membuat suasana menjadi canggung. Berbagai macam pertanyaan muncul dari otak Vanessa, namun entah mengapa bibir gadis itu terkunci, Vanessa hanya menatap jalanan dari balik kaca mobil.

Lima belas menit usai akhirnya mereka berdua sampai di sekolah SMA Bangsa Sejahtera.

"Niel." panggil Vanessa, namun Daniel hanya diam seribu bahasa.

"Kamu masih marah sama aku?" tanya Vanessa.

Hening

"Sabar Sa, sabar." batin Vanessa.

"Aku minta maaf."

Hening

"Berasa ngomong sama tembok gue, kalo dia tembok udah gue getok kali pake kapak." batin Vanessa.

Vanessa menghembuskan napasnya lelah, ketika Vanessa hendak membuka pintu mobil, Daniel menguncinya dengan tombol otomatis yang ada di pinggir kanannya.

Vanessa menatap Daniel dengan tatapan bertanya, Daniel menarik lengan Vanessa dan membawanya kedalam pelukan.

"Mana mungkin aku bisa marah sama kamu, nyatanya aku gak bisa diemin kamu, aku gak pernah bisa marah sama kamu Sa." ucap Daniel sambil memeluk tubuh Vanessa, Daniel menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Vanessa.

"Aku bakal izinin kamu buat ikut basket." ucap Daniel akhirnya.

"Beneran?" tanya Vanessa antusias, sambil melepas pelukan Daniel.

"Iya, tapi dengan satu syarat." Daniel tersenyum misterius.

Vanessa yang tadinya sudah bahagia seketika mood nya hilang begitu saja.

"Ih, kok pake syarat segala sih." kesal Vanessa sambil mencebikan mulutnya.

"Yaudah kalo gamau, itu sih terserah kamu." Daniel melipat kedua tangan di dadanya sambil memalingkan wajahnya ke arah luar jendela mobil.

Vanessa cemberut "Yaudah iya, emang apa syaratnya?" tanya Vanessa.

Daniel menatap Vanessa sambil tersenyum.

"Setiap kali latihan basket kamu harus selalu sama aku, kalau aku gak latihan kamu juga otomatis gak ikut latihan, jangan deket-deket sama cowok kecuali aku atau sahabat aku,  gimana?" 

"Tapi Niel--"

"Iya atau enggak." tekan Daniel membuat Vanessa jengah.

"Yaudah oke." pasrah Vanessa.

"Good girl." Daniel mengusap lembut pucuk rambut Vanessa.

Sesampainya di kelas, Vanessa menyimpan tas nya di atas meja setelah itu ia duduk di kursinya begitupun dengan Daniel.

Vanessa melipat kedua tangannya di atas meja lalu ia menelusupkan kepalanya di atas lipatan tangan, entah mengapa tiba-tiba kepalnya terasa pusing dan perutnya terasa sakit, padahal tadi pagi ia sempat sarapan walau hanya sedikit.

Possessive Daniel ( SUDAH TERBIT )Where stories live. Discover now