17. Ancaman

123K 5.9K 73
                                    

Happy Reading!
USAHAKAN VOTE SEBELUM BACA.

Daniel terbangun dari tidurnya, ia menatap seseorang yang berada di hadapannya. Daniel tersenyum kecil walau matanya terasa berat, ia ingin duduk namun kepalanya terasa berat, Vanessa yang terusik pun akhirnya terbangun dari tidurnya.

"Niel, kamu udah bangun?" Tanya Vanessa yang kini tengah duduk sambil mengucek-ngucek matanya lucu.

"Hm." Deham Daniel.

Vanessa memegang kening Daniel, lalu matanya melotot kaget.

"Niel, suhu badan kamu makin panas. Kita ke rumah sakit sekarang ya?" Bujuk Vanessa namun Daniel menggelengkan kepalanya.

"Enggak Sa." Tolak Daniel.

"Duh, gimana dong badan kamu makin panas gini." Panik Vanessa.

"Aku gapapa Sa." Ucap Daniel serak.

"Gapapa gimana sih Niel? Jelas-jelas badan kamu panas." Kesal Vanessa.

"Kamu khawatir sama aku Sa?" Daniel menatap lekat mata Vanessa.

"Ya, ya aku khawatir lah."

"Biasanya kamu gak pernah khawatirin aku." Daniel tersenyum kecut.

"Udahlah Niel, gausah mancing deh. Kamu lagi sakit."

"Tapi emang kenyataan kan?"

"Kalo kamu gamau di bawa ke rumah sakit, aku panggilin dokter aja ya ke rumah kamu." Ucap Vanessa mengalihkan pembicaraan tak mau membahas sesuatu yang ujung-ujungnya membuat mereka ribut, Vanessa meraih ponselnya di atas nakas lalu mengetikan sesuatu.

Beberapa menit kemudian, pintu terbuka menampilkan sosok dokter muda yang berwajah tampan.

Dokter itu tersenyum hangat lalu menghampiri Daniel dan Vanessa yang diikuti oleh Minah.

Dokter tampan itu mulai memeriksa keadaan Daniel.

"Dia cuma telat makan dan kurang tidur saja, ini resep obatnya bisa di beli di apotek terdekat." Ucap dokter itu ramah sambil tersenyum tampan.

Vanessa mengambil resep obat itu di tangan sang dokter, ia pun ikut tersenyum manis sambil memperlihatkan kedua lesung pipinya.

Daniel sudah panas di tempat, apalagi ketika dokter itu tersenyum tampan kepada Vanessa. Memang sih lebih tampan Daniel dibandingkan dengan dokter itu, tapi masalahnya dokter itu menatap Vanessa dengan intens. Daniel hafal dengan tatapan itu, sekali lihat saja ia tahu bahwa dokter ini mengagumi kekasihnya.

Sialan!

"Yasudah, kalau begitu saya permisi." Pamit dokter itu, ketika Vanessa akan mengantarkan dokter itu Daniel menarik lengan Vanessa dengan cepat.

"Aku mau anter dokternya sampe depan dulu Niel." Ucap Vanessa memberi pengertian, pasalnya ia tahu bahwa Daniel melarang Vanessa untuk mengantar dokter itu.

"Gausah." Larang Daniel.

"Sebentar doang, jangan lebay deh."

"Kamu disini aja."

"Daniel--"

"Biar bibi aja non yang anter dokternya, sekalian bibi mau masak di dapur." Ucap Minah lalu mengantar dokter itu untuk keluar.

"Jangan childish Daniel." Sebal Vanessa.

"Kamu suka sama dokternya?" Tanya Daniel membuat Vanessa memutar bola matanya malas.

"Apaan sih, kalo ngomong suka ngaur kamu. Udah ah jangan mancing buat berantem deh, kamu lagi sakit juga." Bantah Vanessa karena Daniel selalu menuduhnya sembarangan.

Possessive Daniel ( SUDAH TERBIT )Where stories live. Discover now