19. Kesedihan Daniel

144K 5.7K 132
                                    

Happy Reading!
USAHAKAN VOTE SEBELUM BACA

Daniel mengendarai mobilnya dengan kecepatan rendah, matanya tertuju kedepan. Sedari tadi, di dalam mobil  hanya di kuasai oleh keheningan membuat Vanessa merasakan canggung yang luar biasa.

Biasanya Daniel akan mengomel atau bernyanyi bersamanya, namun kali ini berbeda.

"Niel, nanti di taman depan berhenti ya." Pinta Vanessa namun Daniel hanya diam.

Vanessa pikir Daniel tidak akan menurutinya, namun dugaan nya salah. Daniel menepikan mobilnya di pinggir taman, Vanessa keluar dari mobil yang diikuti oleh Daniel.

Vanessa menarik pergelangan tangan Daniel, membawanya menuju kursi taman.

Vanessa menatap Daniel dalam. "Niel, kalo kamu mau, kamu bisa cerita hal apapun sama aku." Ucap Vanessa sambil menatap Daniel.

Daniel hanya tersenyum.

"Tapi aku gak akan maksa kok, kalo kamu gamau juga gapapa." Ucap Vanessa.

Daniel menghembuskan nafasnya panjang.

"Dulu, keluarga aku itu keluarga yang harmonis, bahagia. Papa selalu melengkapi kebahagiaan aku sama mama. Sampai suatu hari, papa jadi berubah dia jarang banget pulang kerumah, paling dia pulang kerumah cuma satu bulan sekali atau satu bulan dua kali, itupun cuma buat tidur doang, paginya udah berangkat lagi dengan alasan banyak pekerjaan," Daniel menghela nafasnya, lalu kembali melanjutkan ceritanya.

"Dulu, setiap papa pulang pasti papa bakal main sama aku. Ajarin aku basket, ajarin aku matematika, main ps bareng, nonton bola bareng, tapi semenjak papa jarang pulang, aku udah gak pernah lagi deket sama papa." Jelas Daniel.

"Waktu itu, aku liat mama nangis di kamar, tapi aku gak ngerti mama nangis karna apa. Aku peluk dia, walau aku gatau dia nangis karena apa, tapi waktu aku liat handphone mama, disana aku liat ada foto papa sama cewek lain yang aku gatau itu siapa, papa cium cewek itu."

"Aku marah sama papa karena udah buat mama nangis, setiap papa pulang pasti papa sama mama berantem, mama sayang sama papa tapi yang di sayang malah nyakitin." Lirih Daniel, Vanessa mengusap lembut punggung Daniel memberikan ketenangan.

"Gara-gara papa, mama jadi sakit. Dia sakit leukimia, aku sedih aku udah kehilangan kasih sayang papa, aku gamau kehilangan mama juga." Daniel menunduk dan memejamkan matanya sesaat menahan rasa sesak yang datang.

"Setiap hari aku selalu nemenin mama di rumah sakit, tapi papa? Bahkan dia gak pernah sekalipun jengukin mama, sekalinya datang buat ketemu mama, pas mama udah gak ada."

Vanessa hanya bisa diam sambil mendengarkan kalimat demi kalimat yang terlontar dari mulut Daniel. Nada bicaranya terdengar menyedihkan, pasti sulit menjadi Daniel, pikir Vanessa.

"Sampai sekarang pun papa selalu sibuk sama urusan nya sendiri, nemuin aku aja jarang."

"Aku kadang iri sama sahabat aku Raihan, Saka, Bevan. Mereka bisa dapetin kasih sayang dari kedua orang tua mereka, sementara aku? Aku cuma bisa ngerasain kasih sayang mama dalam waktu yang begitu singkat." Daniel tersenyum kecut.

"Niel, mama kamu pasti udah tenang disana." Vanessa mengelus lembut punggung Daniel.

"Bahkan papa aja gak peduli sama aku, sampai sekarang juga, dia bakal datang kalo lagi ada butuhnya aja, aku benci sama papa, karena dia mama aku meninggal."

"Huh, Apa aku pantes manggil dia papa? Bahkan dia yang udah ngancurin hidup aku, mungkin seharusnya aku gak panggil dia dengan sebutan papa lagi." Sinis Daniel.

"Tapi Niel, mau gimana pun juga dia tetep papa kamu, gak ada orang tua yang gak sayang sama anaknya."

"Kalo dia sayang sama aku, dia gak akan ngancurin semuanya Sa." Suara Daniel meninggi, namun nadanya tersirat kesedihan yang mendalam.

Possessive Daniel ( SUDAH TERBIT )Where stories live. Discover now