Part 11

19.6K 1.9K 210
                                    

Jimin terbangun dan menatap jam dinding.

"Masih pukul sembilan." Jimin mengacak rambutnya.

"APA?! SEMBILAN?!" Jimin segera turun dari ranjang dengan cepat.

Bruk

"Aww." Bukan Jimin namanya jika tidak ceroboh. Saat turun dari ranjang kakinya tersangkut selimut dan yang paling menyakitkan adalah ia mendarat dengan dagunya dahulu. Sepertinya dagunya tergores lantai.

Ceklek

Terdengar pintu yang terbuka dengan tergesa. Jimin menoleh sambil meringis merasakan perih di dagunya.

"Kau tidak apa?" Jungkook yang baru masuk segera membantu Jimin berdiri. Sekarang Jimin makin malu karena Jungkook melihat kondisinya yang bodoh ini.

"Dagumu berdarah." Jungkook mengusap sedikit darah yang ada di dagu Jimin. Jimin meringis.

"Ayo ku obati." Jimin menggeleng.

"Tidak perlu," Tolak Jimin dengan pelan.

"Aku tidak menerima penolakan." Tanpa Jimin sangka, Jungkook mengangkat tubuhnya dan menggendongnya. Jimin hanya bisa pasrah dan menggalungkan tangannya di leher Jungkook.

Astaga, posisi macam apa ini, batin Jimin. Pipi Jimin sudah memerah.

Saat mereka berjalan ke ruang tamu, terdengar dua langkah kecil yang bersahutan menghampiri mereka.

"Papa! Papa kenapa? Kenapa Jungkook Ahjussi menggendong Papa?" Jimin makin malu saat tahu Jihyun dan Hana melihatnya digendong Jungkook.

"Papa Jihyun tidak apa-apa, tadi hanya terjatuh dari ranjang."

"Papa pasti berlari. Kan Papa selalu bilang Hyunie tidak boleh berlari agar tidak jatuh, tapi Papa sendiri berlari dan jatuh," omel Jihyun. Jungkook tidak bisa menyembunyikan senyum gelinya. Ia merasa lucu saat Jihyun menasehati Jimin.

"Ne arraseo," ucap Jimin sambil memanyunkan bibirnya lucu. Jungkook hampir saja mengecup bibir itu. Namun ia ingat tidak boleh melakukan itu.

"Bisakah Hana dan Jihyun membantu Appa mengambil kotak obat dan plester untuk Papa?" keduanya mengangguk, mereka segera berlari sambil bergandengan tangan meninggalkan Jungkook dan Jimin.

Jungkook melanjutkan langkahnya menuju sofa. Ia lalu menurunkan Jimin di sana. Jimin tampak masih merajuk karena diomeli Jihyun.

"Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Jika kau menasehati Jihyun untuk tidak berlari dan terburu-buru, kau harusnya juga melakukan itu. Jihyun ceroboh karena menurun darimu." Jimin menoleh dan menatap Jungkook dengan pandangan kesal, namun membuat Jungkook makin gemas.

"Kau mengatakan aku ceroboh?" tanya Jimin dengan matanya yang menyipit. Jungkook dengan santainya mengangguk.

"Kau saat hari pertama masuk juga terjatuh tepat di depanku." Jimin mencoba mengingat apa yang Jungkook katakan. Begitu mengingatnya ia sangat malu pada Jungkook. Ia segera memalingkan wajahnya dari Jungkook.

"Appa ini kotak obatnya."

"Ini plesternya Ahjussi." Keduanya memberikan barang yang Jungkook minta. Keduanya duduk di depan Jimin dan Jungkook. Mereka sibuk menatap Jungkook yang mulai membersihkan luka Jimin. Jimin tampak meringis.

"Ahjussi boleh menangis. Kata Appa jika sakit boleh menangis lalu nanti Appa akan mencium Ahjussi agar Ahjussi tidak menangis lagi," ucap Hana dengan polos. Jungkook menatap anaknya tidak percaya.

Sepertinya aku salah memberikan pengertian pada Hana, sesal Jungkook dalam hati.

"J-jussi tidak akan menangis, kan sudah besar." Jimin berbicara dengan terbata.

EommaWhere stories live. Discover now