Part 22

14.8K 1.4K 78
                                    

Empat hari setelah Jimin tidak di rumah

Jungkook pulang satu jam lebih awal. kebetulan pekerjaannya di kantor sudah selesai semua. Kim Ahjumma bilang si kembar sedang merajuk. Jungkook diberi tahu kalau keduanya belum makan siang, padahal ini sudah pukul empat. Jimin akan marah jika tahu si kembar telat makan.

Jungkook berlari memasukin rumah. Ia segera menuju kamar si kembar.

"Kalian kenapa sayang?" tanya Jungkook setelah membuka pintu dan melihat kedua putrinya duduk di atas ranjang mereka sambil menunduk. Jungkook bisa melihat bekas air mata di kedua mata putrinya.

"Kami rindu Eomma, Appa jemput Eomma," ucap Hana dengan wajah sedihnya.

"Kami tidak akan nakal lagi," ucap Jihyun dengan ekspresi yang sama dengan Hana.

"Tapi Eomma akan di sana hingga adik bayi lahir. Kalian kan tidak suka dengan adik bayi," ucap Jungkook sambil menatap reaksi keduanya.

"Aniya, hiks kami sayang adik bayi hiks kami tidak akan nakal pada adik bayi." Hana kembali menangis. Jihyun yang biasanya menenangkan kembarannya itu kini justru ikut menangis.

"Hiks kami berjanji akan melindungi adik bayi dan Eomma hiks Appa jemput Eomma." Keduanya menangis tersedu-sedu. Jungkook tersenyum mendengarkan kedua putrinya yang sudah mau menerima adik mereka.

"Benar? Jika kalian tidak menepati janji kalian, Eomma pasti tidak mau tinggal bersama kita lagi. Eomma akan tinggal berdua dengan adik bayi."

"Andwaeeeee hiks huhuhu Eommaaaa"

"Eommaaaaa Hyunie mau Eomma hiks." Jungkook rasa sesekali menggoda kedua putrinya itu lucu juga. Keduanya sangat manis saat menangis.

"Aigoo putri Appa kenapa menangis seperti ini." Jungkook memeluk keduanya. Jika begini sudah pasti si kembar tidak akan lagi menolak keberadaan adik mereka.

Ide yang diberikan oleh teman Jungkook memang berhasil. Setelah saat itu Jimin dinyatakan hamil, Jungkook segera menelpon salah satu temannya yang bekerja sebagai psikolog anak. Dari temannya itulah Jungkook mendapat nasihat. Jika anak kecil tidak dapat diberitahu dengan kata-kata, lebih baik melakukan sesuatu yang membuat anak-anak tersadar dengan sendirinya. Jungkook pun memilih untuk menjauhkan Jimin dari si kembar agar si kembar sadar bahwa tanpa Jimin keduanya akan kesulitan. Toh jika Jimin kembali mereka hanya harus membagi Jimin dengan adik baru mereka, dan mereka yakin Jimin tidak akan melupakan mereka.

Memberi pengertian pada anak kecil memang sulit, sebagai orang tua Jungkook tidak mau memaksakan kehendaknya. Jadi ia hanya bisa melakukan hal-hal kecil agar kedua putrinya bisa memutuskan dan mempelajarinya sendiri.

"Besok Appa akan menjemput Eomma, jangan menangis." Jungkook menepuk pelan punggung kedua putrinya.

"Sekarang kalian harus makan dulu. Eomma akan marah jika tahu kalian belum makan." Keduanya mengangguk patuh. Keduanya sudah sepakat akan mendengarkan kata-kata Jungkook.

~

Kembali disaat setelah Jimin pulang

Keluarga kecil ini baru saja menyelesaikan makan siang mereka. Jimin ingin mencuci piring, namun si kembar bersikeras ingin membantu.

"Tidak apa, Eomma masih bisa mencuci piring sendiri," ucap Jimin meyakinkan kedua putrinya.

"Aniya, kami harus membantu Eomma," ucap Hana. Jihyun pun mengangguk.

"Tapi-" belum sempat Jimin melanjutkan perkataannya, si kembar berlari mengambil kursi mereka yang biasa mereka gunakan di kamar mandi.

Mereka pun meletakkan kursi mereka di samping Jimin lalu menaikinya.

EommaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang