22. Huh..Bad day ever

7K 290 5
                                    

"Ah..Aku mengerti sekarang. Kenapa harus menunggu? Kalian bisa menikah bahkan jika dia masih berkuliah." ucap Hanna tampak bersemangat.

"Wait...what?!" ucap keduanya kaget sambil menoleh satu sama lain.

****
Vote dan comment❣️

Setelah perdebatan panjang antara ibu dan anak itu, Sean memutuskan untuk pergi ke kantor karena ia ada rapat penting, ia meninggalkan Megan yang menatapnya bagai seekor anak anjing yang tidak ingin majikannya pergi.

"Baiklah, siapa namamu? Siapa keluarga mu? Apa dari keluarga Covey? Dawnson? Jefferson? Atau?" pertanyaan bertubi-tubi datang dari mulut wanita paruh baya yang masih terlihat segar dan elegan itu.

Megan tampak linglung ditanya mengenai nama-nama yang begitu asing di telinganya. Ia menatap wajah Hanna dengan berani.
"Saya Megan Hailee Sanders. Saya berasal dari keluarga Sanders. Ayah dan ibu saya seorang polisi di Seattle. Maaf, saya juga bukan orang yang kaya raya."

Hanna mengangguk-angguk kepalanya pelan, ia seperti teringat sesuatu,
"Berapa umurmu? Saya lihat umurmu tidak berbeda jauh dengan Savana. Dan semester berapa di universitas?"

"Saya berusia 19 tahun. Saya sudah berada di semester akhir, nyonya." jelas Megan menatap wajah Hanna.

"Huh? Kau hendak lulus kuliah? Diusia 19 tahun? Itu lelucon? Bahkan aku baru saja lulus sekolah menengah." ucap Savana menatap Megan dengan heran.

"Ah..Aku melalui kelas akselerasi sejak sekolah menengah pertama jadi bisa lulus dengan cepat." jelas Megan sambil tersenyum simpul. Ia hendak pergi dari situasi ini, ia seperti seorang tersangka sekarang.

"Wah! Kau pasti pintar! Pantas saja kakakku sangat menyukaimu." girang Savana sambil duduk mendekati Megan.

"Clever girl." komentar Hanna mendengar penjelasan Megan.

"Jadi kapan kalian akan menikah? Ah aku tidak sabar memiliki seorang cucu.."

Megan seperti tersedak mendengar ucapan Hanna. Savana kemudian menepuk pelan punggung Megan.

"Itu- "

"Tapi ayah Sean mungkin tidak akan menyetujui kalian." sedih Hanna dengan raut wajah yang khawatir.

Ini akan sangat bagus jika ayahnya tidak setuju. Ucap Megan dalam hati dengan nada seperti iblis yang berhasil merencanakan sesuatu.

"Hah....Dad selalu ingin menjaga nama baik keluarga Lawrence." komentar Savana sambil berdecak.

"Ah..pokoknya aku menyetujui kalian. Dan aku akan menyiapkan sebuah pernikahan yang megah nanti." Hanna kembali dengan ucapannya yang bisa membuat lawan bicaranya serangan jantung karena terkejut.

"Nyonya..Saya tidak berencana menikah dengan cepat." kilah Megan,

"Sttt...tidak-tidak...Ini langkah terbaik untuk kalian berdua."

"Savana kita pergi ke Mansion utama. Tidak sia-sia kedatanganku di pagi buta ini." Hanna berucap sambil meninggalkan ruang tamu itu.

"Sttt...Kakak ipar,,aku senang mengenalmu..Lain kali aku akan datang kemari!" Savana memberi kedipan sebelah matanya dan berlari menyusul Hanna dan beberapa lelaki berbaju hitam yang tampak menjauh.

Megan masih mematung memandang kepergian keluarga Lawrence itu yang tiba-tiba berada di penthouse di pagi buta. Tidak salah, baru jam 6 pagi kedua wanita itu sudah mengenakan pakaian formal seakan siap mengikuti sebuah pesta.

Stole The Bastard HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang