31. Shouldn't Have Met

5K 271 7
                                    

Sebelum itu, mata tajamnya menangkap sesuatu yang membuat matanya tidak berkedip. Seorang wanita dengan dress minim berwarna hitam tengah bergelut dengan gelas-gelas alkohol.
Dan sialnya, ada beberapa lelaki yang mencoba mendekati wanita itu.
Ia pun berlari kearah wanita yang terlihat seperti mabuk itu dan memeluknya erat.

"Maaf, dia kekasih saya." Usir Sean pada beberapa lelaki yang mengusik 'kekasihnya' itu.

"Eng? Kau?" Tanya wanita itu sambil mencoba melepaskan pelukan Sean.

*****

Sean's Penthouse.
8 AM

Seorang perempuan tampak tenang dengan mimpinya, bahkan cahaya matahari sekalipun tidak membangunkan perempuan yang tidur seperti kucing kedinginan ini.
Sebuah elusan ringan di wajahnya membuat perempuan itu melenguh pelan.
Bulu mata itu bergerak dan matanya membuka pelan.
Satu hal yang menyambut mata terbukanya adalah sosok lelaki yang tengah menatapnya dalam.
Dan parahnya, lelaki itu half naked.

Seakan jiwanya sudah terkumpul penuh, Megan langsung meloncat dari kasur dan memeluk badannya sendiri.

Matanya tak berhenti melotot melihat pemandangan seorang Sean yang tengah duduk santai di ujung kasur.

"K-kau?!? Apa yang kau lakukan di apartemenku?!"

Ia melirik bajunya yang masih utuh. Perempuan itu menghela nafasnya lega. Setidaknya lelaki bejat ini tidak melakukan apa-apa.

Sean tertawa pelan dan menjatuhkan badannya di kasur.
Ia kemudian berguling dan menatap geli wajah marah Megan.

"Kau tidak salah? Coba lihat lagi. Apa ini terlihat seperti kamarmu?" Ucap Sean tanpa menghilangkan tatapan gelinya.

Megan yang kala itu sudah was-was pun menatap sekelilingnya. Shit! Ini bukan kamarku! batinnya menjerit.

Setelah menatap sekeliling ruangan, mata biru itu menatap kembali kearah Sean yang sedang menutup matanya.

"Kau mencoba menculikku? Hah?"

Ia terlihat frustasi dan mencari sesuatu di atas meja,

"Kau mencoba menculikku? Jangan coba-coba Sialan! Urusan kita sudah selesai."

Plakkk!!

Sebuah bantal mendarat di wajah Sean yang sialnya masih terlihat seperti remaja.

"Berterima kasihlah, Megan. Kau hampir menjadi mangsa predator di club." Jawab Sean tenang sambil menyingkirkan bantal yang mendarat dengan sempurna di wajahnya.

Megan memutar bola matanya malas.
"Lalu, apa bedanya denganmu? Kau sejenis dengan predator itu 'kan?"

"Dimana tasku? Aku ingin pulang." Lanjut Megan sambil mencoba mencari sling bag nya.

"Ini," Sean mengambil sebuah tas kecil dari dalam laci di sebelahnya.
Megan mengambil tas itu dengan sekali hempasan.

"Ingat, urusan kita sudah selesai. Jangan menggangguku lagi," Setelah itu Megan pergi dari ruangan itu meninggalkan Sean yang tengah tersenyum misterius.

Stole The Bastard HeartWhere stories live. Discover now