33. Ups..

5.1K 235 4
                                    

Aku memang gila, kau tau? Ah aku menikmati kejadian ini."

Barnett memutar bola matanya malas.
"Sean. Aku turut berduka cita atas kepergian otak pintarmu itu. Kau seperti idiot yang tengah jatuh cinta." Ucap Barnett sinis. Sifat jahil Sean muncul lagi setelah empat tahun dan itu karena seorang perempuan bernama Megan.
Iya, hanya Megan yang dapat membuat Sean tertawa lepas seperti sekarang.

💚💚💚💚

Baychester, The Bronx, NYC.
Fulton Textile Industry.

"Apa semua tidak ada kendala, Edmund?"

Seorang perempuan berpakaian serba hitam tengah menatap Edmund dengan tatapan seriusnya.

"Tidak ada, Megan. Semua kain disini sesuai rencana kita. Syukurlah, dalang dibalik pencurian data di pusat segera di atasi." Jawab Edmund sambil tersenyum manis.

Megan ikut tersenyum dan ikut duduk di sofa.
"Ya, untunglah. Tidak memakan waktu seminggu, pelaku sudah ditangani oleh polisi."

Edmund memandang wajah cantik Megan dan tersenyum,
"Mau berkeliling? Kau belum mengetahui lebih dalam tentang Baychester 'kan?" Tawar Edmund pada Megan.

Perempuan itu tampak mengerutkan dahinya dan mengangguk pelan,
"Boleh, tapi jangan lebih dari 2 jam. Aku harus kembali ke Manhattan." Ucap Megan.

Lelaki itu tersenyum sumringah dan berlari menuju ke suatu ruangan. Entahlah, Megan tidak memperdulikannya. Setidaknya ia bisa melupakan masalah di Manhattan untuk sementara waktu.

Setelah beberapa menit, Edmund keluar dengan kaos oblong tetapi masih menggunakan celana kain khas kantoran dan sepatu kulitnya.
Gagah. Itu yang bisa Megan deskripsikan sekarang, tetapi lebih gagah Sean lagi. Ia menggelengkan kepalanya tatkala Sean melintas tanpa permisi di pikirannya.

"Hey, ayo!" Ajak Edmund. Megan mengangguk dan mengikuti langkah pria itu.

Megan terkejut karena Edmund membawanya menggunakan sebuah motor. Tidak-tidak, ini mimpi buruk. Ia takut menaiki motor. Ia pernah mengalami kecelakaan motor saat berusia 10 tahun, maka dari itu ia berjanji tak akan menaiki benda terkutuk dihadapannya ini.

"Ayo, Meg." Ucap Edmund sedikit mendesak.

"Aku tidak berani menaiki motor." Balas Megan seadanya.

"Tenanglah. Aku akan menjagamu. Pegang pinggangku." Ucap Edmund. Perempuan itu sedikit ragu dan menaiki motor Edmund dengan pelan dan memegang pinggang Edmund dengan kuat.

"Kau siap?"

"Ck. Cepatlah, Ed." Megan berdecak karena Edmund sedikit mengulur waktunya.

Setelah berkendara selama 25 menit, mereka sampai di sebuah laut berwarna biru yang sangat memanjakkan mata.

"Tidak buruk 'kan?" Tanya Edmund sambil membuka helmnya.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Stole The Bastard HeartWhere stories live. Discover now