32. Disturbing

5.3K 240 9
                                    

Saat ia hendak meneguk kopi 'nya, sebuah tangan menghentikan aksi Megan.

"Tidak baik meminum kopi setelah mabuk," Kemudian sebuah kaleng yang berisi air kelapa diletakkan di atas meja.

"Nice to see you again, Meggy."


💚💚💚💚💚

Sepanjang jalan menuju apartemen, kening Megan terus-menerus bertautan karena kesal. Bagaimana tidak, seorang lelaki dengan coat hitam tengah mengikuti Megan dengan gaya sok cool 'nya.

Perempuan itu hampir terjungkang mengetahui jika Sean 'lah yang menyodorkannya sebuah kaleng yang berisi air kelapa.
Bagaimana mungkin? Ini tidaklah sebuah kebetulan, bukan? Lelaki itu pasti penguntit.

"Kau?! Apa pekerjaanmu adalah seorang penguntit?!" Megan berteriak marah dan membalikkan badannya dengan kesal. Hampir saja kaleng minuman itu, ia lempar ke kepala Sean.

"Aku hanya memastikan jika kau selamat sampai apartemen," Balas Sean santai. Ia mengedikkan bahunya tidak peduli pada tatapan tajam Megan.

"Kau?!" Tunjuk Megan tepat di depan wajah Sean. Ia kemudian membalikkan badannya dan berjalan, lebih tepatnya berlari untuk menghidari Sean.

Mereka berdua sampai di sebuah gedung yang terbilang cukup tinggi.
Megan menyilangkan kedua tangannya dan menatap tajam kearah Sean yang tengah menatap bangunan yang Megan tinggali.

"Kau puas mengetahui apartemenku? Pulanglah, kurasa pekerjaanmu lebih banyak dariku." Ucap Megan sinis.

Sean mengalihkan pandangannya dan menatap wajah kesal Megan.
Sebuah senyum terbit di wajah tampan Sean.

"Baiklah, aku pulang. Sampai berjumpa lagi," Kemudian Sean pergi dari sana dengan siulan khasnya.

"Kuharap tidak ada kata 'lagi', Sean." gumam Megan dan berlalu dari sana.

***

Lawrence's Family House.

Sudah seminggu setelah pertemuan Sean dan Megan.
Lelaki itu tidak menampakkan wajahnya seminggu ini. Urusan pekerjaan, kau tau 'kan?

Dan sekarang, disini 'lah Sean berada. Kediaman keluarga Lawrence.
Rumah mewah yang terletak di pinggir sungai itu sangat memanjakkan mata.
Desain elegan khas romawi menjadi titik poin dari kemegahan mansion ini.

"Sean, sudah mom katakan. Cepatlah menikah! Umurmu sudah kepala tiga! Apa kau benar-benar seorang pecinta sesama jenis?"

Celotehan Hanna—ibu Sean, membuat Sean yang kala itu tengah menyeruput kopinya tiba-tiba memuntahkan kopi itu kembali.

"I tell you again, momma. I'm not gay! I like a woman! Why are you said like that?" Kesabaran Sean memang di uji kala berada di rumah ini. Pertanyaan mengenai 'Kapan menikah?' 'Kapan mempunyai anak?' adalah objek yang dihindari kaum muda-mudi, termasuk Sean. Pria dewasa itu selalu menggerutu saat Hanna terus mendesaknya untuk menikah.
Bukannya apa, tetapi Sean tidak mau gegabah dalam mengambil langkah serius. Lagipula, ia sudah memiliki calon 'kan? Walaupun calonnya itu tengah menolaknya mentah-mentah.

"Apa? Kau masih menunggu wanita itu? Megan?" Tanya ibunya telak. Sean tidak membantah karena itulah yang sebenarnya.

"Sean..Sudah mom katakan, ada banyak wanita di Amerika. Kenapa kau malah menunggu wanita yang meninggalkanmu itu? Apa kau sangat mencintai Megan?"

Stole The Bastard HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang