Chapter 3

9.3K 296 27
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Ruangan itu terasa hampa dan kosong, seperti jiwaku yang kala itu sudah tidak berasa lagi. Semua sangat hening dan juga tenang, tak ada satu gesakanpun terdengar di kupingku. Entah diriku yang tak dapat mendengar atau memang tidak ada suara, hanya saja disini memang benar-benar tenang menyeramkan.

Aku melihat bayangan bapak di ujung ruang ini, di ujungnya terdapat cahaya putih yang sangat terang. "Dimana sebenarnya aku berada, apa yang terjadi dengan diriku", ujarku dalam hati. Di dalam kebingungan yang melanda pikiranku saat itu, aku berusaha untuk masih meraih bayangan yang menyerupai bapak itu. Ingin sekali aku menyentuh bayangan tersebut di dalam genggaman tanganku. Dan aku mulai menjejakkan kakiku di lantai yang sangat gelap ini, menuju sumber bayangan tersebut.

Aku tetap berjalan dan berjalan kearah bapak. Namun secepat apapun langkahku, aku tidak pernah sampai ke tempat bapak. Aku kemudian terjatuh dan menangis tersedu-sedu, tetapi bapak masih diam di tempat yang sama. Mengapa dia membisu melihat diriku jatuh seperti ini?

"Bapak, tolong aku pak!" teriakku sambil menangis. Badanku terasa sangat berat dan tak mampu untuk aku gerakkan. "Pulanglah nak, pulang sajalah. Biar bapak yang ada disini. Kamu ga perlu khawatir sama bapak, bapak akan selalu ada disini" ucap bapak yang semakin lama semakin jauh dari penglihatanku.

Tubuhku kemudian melayang dari tempatku berada. Tubuhku ini seperti ditarik semakin jauh dari tempatku kini. Namun walau demikian, aku tetap saja berlari sekencang mungkin menuju bayang-bayang suara bapak di ujung sana. Tetapi aku justru seolah jatuh kebawah, aku semakin terjatuh sehingga aku dapat merasakan tubuhku lebih berat dari sebelumnya.

Aku kemudian mendengar berbagai suara-suara. Mulai dari tangisan, teriakan, dan makian yang entah asalnya darimana. Tubuh ini terasa semakin berat, semakin sakit di beberapa titik. Tidak seperti di ruang tadi dimana aku mendapat ketenangan dan kenyamanan yang sempurna di dalam hidupku.

Aku tidak dapat mencerna semua hal ini sekaligus, aku bingung dan juga masih kagok dengan segala yang terjadi dengan diriku akhir-akhir ini. Aku mencoba untuk membuka mataku. Dengan perlahan tapi pasti mataku sedikit demi sedikit terbuka. Sebuah cahaya yang terang menyeruak masuk ke dalam kornea mataku, cahaya itu awalnya sungguh menyilaukan namun semakin lama diriku dapat melihat jelas ruang yang ada di sekitar diriku.

Ada sebuah langit-langit putih diatasku, tersangkut disitu sebuah bohlam yang cukup terang. Aku mulai melihat ke sekeliling langit-langit tersebut, dapat aku lihat aneka gambar binatang di sekitar dinding yang berada di sebelah kananku. Warna catnya pun masih memiliki warna terang dan sebuah jendela tampak terbuka dengan tirai yang terbuka sedang dilambaikan oleh angin yang bertiup halus.

Akupun melihat kearah kiri, ada nenek dan ibu sedang tertidur diatas sebuah sofa yang berwarna coklat. Mereka tampaknya sangat pulas dengan tidur mereka, sehingga mereka tidak sadar dengan keadaanku kini yang sudah terbangun. Aku melihat tanganku, ternyata ada jarum infus yang melekat di tangan sebelah kiriku. Pada saat itupun aku tersadar dimana diriku saat ini berada, ternyata aku sedang dirawat di rumah sakit.

Journal Of Exaudi [Finished]Where stories live. Discover now