Chapter 20

2.4K 96 6
                                    

Aku pikir tidak ada cara yang lebih baik untuk menyembuhkan luka yang ada di hati selain melepaskan luka itu. Sebab hati yang terluka akan tetap terasa sakit jika duri yang melukai tidak dicabut sampai ke akarnya. Walaupun akan menyisakan lubang yang menganganga dan tak akan sama lagi bentuknya, tetapi luka akan sembuh dengan sendirinya seiring berjalannya waktu.

Rasa sakit yang dirasakan juga perlu dilampiaskan tanpa perlu mengorbankan seseorang sebagai pelampiasan kita. Dan satu cara yang aku pahami juga hanya satu, menangis. Menangislah jika perasaanmu memang terasa sangat sakit, berteriaklah jika perasaan itu terlalu pilu, meraunglah jika tidak ada yang peduli dan berhentilah jika semua terasa lebih baik.

Sebuah pelajaran berharga yang aku dapat dari mulut Exaudi sendiri manakala aku menceritakan gundah gelisahku kepadanya kala itu. Dengan beraninya dia mengatakan bahwa masalah yang kualami pada saat itu tidaklah sebanding dengan masalah yang dihadapinya, dan dia juga yakin bahwa diriku lebih besar dari masalahku itu.

Aku baca segala tulisan yang dituliskan Dika untuk Exaudi juga berkata demikian. Segalanya dapat terlewati jika kau memiliki keberanian untuk melewatinya, tegapkan badan dan pertegas segala langkah yang diambil. Karena segala permasalahan yang telah terjadi butuh keberanian dan kebesaran hati yang luar biasa untuk menyelesaikannya.

Peninggalan itu menguatkan diriku yang terlalu tak berdaya untuk menghadapi segala yang sudah terjadi pada diriku di masa-masa terpurukku. Ketika aku kehilangan orang yang aku sayangi dan cintai, ketika aku mengetahui bahwa dia ingin melamarku walau itu tak pernah terjadi, ketika aku tau bahwa hidupku juga tidak akan lama lagi setelah aku menceritakan semua ini.

Sepenggal pelajaran yang berarti mereka beri dari kisah mereka ini. Kisah yang aku telusuri dan akhirnya kudapati. Kisah yang entahlah orang akan mengerti. Namun aku tak mau bawa beban ini sampai mati. Aku ingin berbagi. Sebuah kisah yang menemukan kami, aku dan dia. Yang walau akhirnya kita harus berpisah karena habis usia.

Aku yakin bahwa Dika mengajarkan hal itu kepada Exaudi. Perihal menyembuhkan hati dan menemukan jati diri kita kembali. Ketika semua terasa mati dan tak ada harapan lagi. Ketika tak ada teman untuk berbagi atau seorang yang ingin mencoba untuk mengerti. Ketika akhirnya dia pergi dan tak pernah kembali lagi.

Dika membawa Exaudi ke kuburan bapaknya lantaran terlalu kesal dengan ucapan lelaki yang disayanginya itu. Tidak ada niatan terkhusus awalnya membawa dia ke tempat itu, hanya terbakar emosi dan tak ingin menggerutu. Dan sepertinya hal itu membuat sesuatu hal baru. Perubahan terjadi didalam diri Exaudi dalam satu waktu, seperti habis disambar oleh Hantu.

Exaudi menangis sejadi-jadinya di kuburan bapaknya itu, dan Dika hanya bisa diam memandangi apa yang telah dilakukan oleh pria itu. Tak ada niatan untuk membantu atau mengusap air mata itu. Dia hanya biarkan lelaki itu mengeluarkan segala emosi dan kesedihan yang dimilikinya sampai akhirnya lelaki berhenti menangis juga. Dan butuh waktu yang lama untuk menyelesaikan sesi tangis-menangis itu.

Matahari sudah menyingsing diatas kepala mereka berdua dan waktu sudah terlewat sekian lama sejak kehadiran mereka di makam ini. Nampaknya Exaudi sudah selesai mengeluarkan segala unge-unegnya, dari kisah kecilnya sampai dia seperti sekarang. Banyak hal di dengar oleh Dika yang tidak pernah dia ketahui sebelumnya, dan dia juga cukup terkesima dengan segala cerita lelakinya itu.

Kisah-kisah yang diceritakan Exaudi di makam bapaknya itu seperti senandung penyair di telinganya, lembut dan menenangkan. Walau akhirnya fokusnya terganggu karena perutnya sudah semakin kelaparan, sebab terlalu lama menunggu dan tidak sarapan sebelumnya. Dan diapun akhirnya tidak dapat menunggu lebih lama lagi untuk menahan laparnya itu, karena kini perutnya seperti sedang berdemo meminta jatah makanan.

Dika menghampiri Exaudi yang masih berkutat dengan kesedihannya itu. Dia lalu duduk disamping dan menyandarkan kepala Exaudi ke dalam pelukannya. Exaudi tampak pasrah saja dengan perbuatannya. Malah dia membalas pelukannya semakin erat saja ketika lelaki itu melihat wajahnya. Tanpa pikir panjang, Dika mengecup bibir lelaki itu di kuburan bapaknya.

Journal Of Exaudi [Finished]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora