Chapter 19

3.3K 114 4
                                    

Kelabu dan biru. Hanya itu warna jiwa yang dimiliki oleh Exaudi sekarang. Tak ada ubahnya seperti pria yang kehilangan setengah kehidupannya, sungguh menyedihkan. Tak ada sedikitpun rasa yang dirasakannya kini. Hatinya seperti telah mati dan kehilangan kemampuan untuk merasakan kebahagiaan. Ataupun rasa sayang. Semuanya hilang bagaikan dihembus angin danau kala itu, tenggelam bersama dengan daun-daun yang jatuh ke dalam kolam dan dimakan oleh ikan-ikan.

Manusia manapun pasti memilih mati dibandingkan memiliki perasan yang dimiliki oleh Exaudi sekarang. Mati dengan menceburkan diri ke danau ini. dengan meminum racun ataupun ditabrak oleh kereta sekalian. Mati sepertinya cara yang sangat tepat untuk mengakhiri sakit yang ada di jiwanya. Sakit yang entah mengapa masih tinggal walau waktu telah berjalan sekian.

Terbenak di hatinya mengapa Tiara tidak menembak mati saja dirinya ketika memberitahukan kebenaran yang membuat dirinya hidup rasa mati seperti ini. Dia yakin Tiara ingin membuat dirinya mati perlahan-lahan dengan mengenaskan sambil menertawai kebodohan serta penyesalan dirinya. Dia yakin bahwa sekarang Tiara dan Arman sedang menertawakan bagaimana sedihnya kehidupan yang sekarang ini dia rasakan.

Namun Exaudi tidak dapat berbuat apa-apa. Dia hanyalah pria biasa sama seperti lainnya. Pria yang dengan tulusnya memberikan segala cintanya, hatinya, dan kepercayaannya kepada orang yang salah. Dan dengan arogannya, cinta itu dipermainkan, digantungkan, diinjak-injak layaknya sebuah sampah yang tidak berharga sama sekali.

Harapannya untuk memiliki kehidupan yang lebih baik dan bahagia hancur sudah. Di dalam keputusasaan, Exaudi hanya bisa meratapi kemalangan yang dimiliknya dan tidak pernah berusaha bangkit dari keterpurukan yang melanda dirinya. Kini dia hanya bisa makan, tidur dan buang air. Terkadang-kadang jika dia bosan di rumah, dia akan pergi berjalan-jalan ke luar rumah untuk mencari angin segar dan kembali sore hari.

Baginya hal ini merupakan sesuatu hal yang biasa dan dianggapnya normal. Karena dia merasa perlu untuk menghirup udara segar dan menghilangkan kejenuhan yang ada di pikirannya. Namun berbeda dengan apa yang dipikirkan oleh orang-orang yang dilalui olehnya ketika berjalan melewati mereka. Orang-orang itu menganggap Exaudi adalah seseorang yang aneh, gila dan seperti kehilangan kewarasan.

Sebab seringkali dia berjalan-jalan seperti orang linglung tanpa tujuan dan kemudian di tengah jalan menepi hanya untuk menangis. Terkadang dia juga berjalan sambil tertawa sendiri, padahal tidak ada satupun kejadian yang lucu terjadi di sekitar dirinya. Terkadang dia juga mengamuk ataupun marah-marah jika melihat wanita yang memiliki perangai seperti Tiara.

Hal ini membuat ibunya khawatir dengan keadaan Exaudi sendiri. Berbagai doa sudah dipanjatkan di setiap sembahyang dengan harapan diberi petunjuk tentang kondisi anaknya itu. Ibunya juga membawa Exaudi ke psikolog untuk kembali menyehatkan kondisi mental anaknya yang sudah sangat buruk. Dan cara samping juga sudah dilakukan olehnya, dnegan membawa anaknya itu ke tempat orang pintar ilmu perdukunan.

Tindakan ini bukan tidak beralasan. Sudah seringkali anakya itu keluar rumah tanpa sepengetahuannya dan akhirnya membuat dirinya mencari anaknya itu di seluruh penjuru daerah tempat tinggalnya itu. Seringkali dia mendapati anaknya itu menangis tersedu-sedu seperti orang gila. Terkadang dia juga mendapati anaknya itu sedang disorak-soraki dengan sebutan 'orang gila' oleh anak-anak nakal yang sedang bermain di sekitar situ.

Hatinya tidak hanya teriris melihat kondisi anaknya seperti itu. Melainkan luluh lantak! Berkeping-keping dan tak terbentuk lagi. Wanita itu hanya bisa menitikkan air mata mendapati anaknya menjadi seperti itu. Namun dia tidak bisa melakukan apa-apa untuk anaknya itu. Dia hanya bisa menjauhkan anaknya dari kerumunan orang-orang yang menganggapnya gila.

Kegilaan anaknya itu bertambah seiring dengan berjalannya waktu, hari demi hari. Ada saja kelakuannya yang mencerminkan seperti orang gila dilakukan oleh anaknya di rumah maupun di luar rumah. Terkadang dirinya harus mengunci kamar anaknya itu dari luar untuk memastikan bahwa anaknya itu tidak akan kabur dari kamar dan melakukan kegilaannya itu.

Journal Of Exaudi [Finished]Where stories live. Discover now