Chapter 4

8.1K 271 9
                                    

Hubunganku dengan ayah tidak pernah membaik semenjak kejadian dia menampar pipiku. Sejak itulah aku semakin menganggap dia musuh bebuyutanku dan memiliki dendam yang tersembunyi kepadanya. Walaupun aku tidak pernah bercerita kepada ibu, bukan berarti aku secara sukarela ditindas olehnya.

Terlahir dengan memiliki akal yang selangit membuat diriku selalu mencari cara untuk membalaskan dendam yang kumilki kepada dirinya. Diriku yang masih terlalu kecil ini tidak mengetahui secara pasti bagaimana untuk membalskan dendam yang kumilki kepadanya, selain dengan kenakalan dan kejahilan yang sangat terselubung. Karena bagaimanapun juga, aku tidak bertanggung-jawab atas kenakalan yang sudah aku lakukan.

Pernah beberapa kali aku membakar kertas laporannya tanpa dia ketahui, dan mungkin dia terlalu malas juga mencari dokumennya itu sehingga dia tidak pernah menyadari bahwa diriku telah membakar dokumen-dokumennya tersebut.

Walaupun kami terlihat seperti ayah dan anak yang akur di depan ibu, kami selalu berkelahi ketika kami sedang berdua saja. Suatu kali, aku melempar kepala ayah dengan gelas melanin yang akhirnya membuat kepalanya menjadi bengkak. Dia tentu tidak diam saja, pada saat itu dia mengejar diriku namun kakiku yang cukup gesit tidak dapat terkejar olehnya. Aku berlari menuju kamarku dan langsung segera menguncinya, dia kemudian menendang pintu kamarku sembari berteriak memanggil namaku. Namun segera terhenti ketika mobil ibu sampai di depan pagar rumah.

Kadangkala aku juga mengerjai dirinya ketika aku bersama dengan ibu. Seperti menumpahkan kopi yang ada diatas meja dan mengenai laptopnya. Pada saat itu aku memang dimarahi habis-habisan oleh ibu karena sudah merusak laptop ayah, tapi pria itu tidak mungkin akan memukuli diriku di depan ibu. Pada saat itu dia hanya bisa menahan emosinya sembari langsung pergi ke kamarnya dengan wajah yang memerah seperti tomat busuk.

Aku juga pernah menyiram dirinya dengan susu yang aku bawa ketika aku akan pergi ke sekolah, yang kebetulan pada saat itu ibu membuatkan susu untuk aku bawa ke sekolah. Dan ketika di mobil, ayah mengatai diriku sebagai anak yang tidak memiliki aturan dan juga etika. Dia juga mengatai diriku sama seperti bapak, tolol tidak karu-karuan. Aku yang pada saat itu naik pitam mencari cara untuk balas dendam, aku kemudian berakal untuk menyiramnya dengan susu yang disiapkan oleh ibu. Ketika aku hendak turun dari mobil dan saat aku akan menutup pintu, aku menyiram tubuhnya dengan susu coklat ke baju putihnya. Aku yakin pada saat itu susu itu masih panas sehingga membuat dia menjerit di dalam mobil waktu itu. Akupun langsung lari masuk ke dalam sekolah ku, aku berlari sambil tertawa kegirangan dan juga senang.

Aku juga pernah melempar kepalanya dengan batu yang berbentuk seperti telur sampai kepalanya benjol dan mengeluarkan darah. Yang walaupun secara teknis bukan diriku yang melempar melainkan ibu dan kejadiaanya pada saat itu adalah ulang tahun ayah. Ibu, kakek dan nenek berencana untuk mengerjai ayah yang pada saat itu baru saja pulang kantor dengan melemparinya dengan telur, tepung dan juga kopi. Ibu menyiapkan beberapa telur yang masih bagus dan juga sudah busuk sebagai bahan untuk dilempar, telur-telur itu disimpan di dalam suatu wadah yang nantinya akan dikeluarkan oleh ibu sendiri.

Aku yang memiliki akal selangit memanfaatkan keadaan ini untuk mengerjai ayah, aku mengambil batu yang sangat mirip bentuknya dengan telur dan kemudian mewarnainya di sekolah. Lalu aku sisipkan batu itu di tengah-tengah telur, dan secara kebetulan batu itu dilemparkan tepat oleh ibu kearah kepala ayah dan kepalanya langsung mengeluarkan darah. Pada saat itu aku sangat senang dengan keadaan yang terjadi, namun aku berpura-pura khawatir dengan apa yang terjadi untuk menutup kecurigaan.

Dan ternyata hal itu berhasil, tidak ada yang curiga dengan diriku selama masa investigasi oleh ibu. Ibu justru menyalahkan tukang telur yang menjual telur tersebut dengan sangkaan sengaja memasukkan batu yang mirip dengan warna telur untuk menaikkan berat timbangan, dan aku benar-benar aman. Sebenarnya aku rada kasihan dengan tukang telur tersebut, namun aku sudah terlampau bahagia dengan apa yang terjadi.

Journal Of Exaudi [Finished]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin