Chapter 11

4.2K 140 4
                                    

Lembutnya awan yang menutupi sinar sang surya seperti permen kapas yang terbang diatas sana, warnanya seputih susu dan juga memiliki banyak rupa yang beraneka ragam. Burung-burung berterbangan diatas sana seperti sedang menari dengan kawanan mereka, dan mereka membentuk formasi yang juga tak kalah mengagumkannya.

Air di danau ini tertiup oleh angin sepoi-sepoi yang juga menyentuhkan raganya ke kulit Exaudi yang tipis, tenang sekali rasanya. Ditambah dengan hawa yang sedikit sejuk serta wangi-wangian yang hadir dari mekarnya bunga-bunga yang sengaja ditumbuhkan di tempat ini.

Sungguh menenangkan rasanya menikmati suasana seperti ini setelah letih seharian di sekolah, belajar terkadang menyenangkan namun juga terkadang sangatlah membosankan. Dan itu yang membuat dirinya sangat nyaman dengan suasana yang didapatkan sekarang. Apalagi ada sebuah kepala yang bersandar di bahunya yang membuat dirinya betah berlama-lama di tempat ini.

Kepala itu milik Arman. Dari kepalanya itu tumbuh rambut-rambut yang tebal, hitam dan juga lebat. Ada satu perpaduan garis antara kuping dan pipinya, dan garis itu kemudian bertemu di dagunya. Rambut-rambut itu dipoles oleh minyak rambut yang memiliki wangi yang sangat nikmat untuk dihirup. Wanginya sangat jantan dan menambah kesan kelaki=lakiannya.

Setelah jam pelajaran usai, Exaudi sengaja memberitahu ayahnya lewat telepon bahwa dirinya tidak perlu dijemput olehnya karena dia memiliki seorang teman untuk diajak pulang balik ke rumah. Dan ayah kemudian menyetujuinya. Hal itulah yang menjadi dasar baginya untuk mengajak Arman untuk datang kembali ke tempat ini, karena bagiku tempat ini merupakan tempat yang paling indah dibandingkan tempat-tempat lainnya.

Bukan hanya karena pemandangannya, tetapi juga orang yang berada di sebelahnya yang menjadi daya tarik terutama baginya untuk mengunjungi tempat ini. Kehadiran Arman membuat pemandangan di tempat ini menjadi lebih indah dari sebelumnya. Kehadiran Arman membuat tempat ini menjadi lebih bermakna dan juga berwarna.

Kemampuan Arman dalam bermain gitar juga terasah dengan sempurna setiap harinya, walau tanpa ada buku panduan dia dapat memainkan instrumennya itu. Sesulit apapun lagunya, Arman selalu mencoba mengiringi Arman bernyanyi dengan lagu-lagunya yang entah dia pernah dengar atau tidak.

Sesekali mereka terdiam untuk sesaat, untuk sekedar menikmati udara dan pemandangan yang ada. Namun kemudian mereka lanjutkan dengan berbagai candaan, nyanyian dan juga tawa. Alam sepertinya mengerti akan suasana hati mereka, hal itu tampak dari pohon-pohon yang ikut menari dengan nyanyian mereka dan ikan-ikan yang juga muncul ke permukaan hanya untuk melihat siapa gerangan insan yang sedang berbahagia diatas sana.

Fajar mulai turun ke tempatnya, dan langit juga mulai memerah. Tampak menyusul bulan di dekatnya sedang berusaha untuk menempati posisinya, sepertinya akan malam. Dapat terlihat burung-burung sedang kembali ke sarangnya setelah seharian mencari kehidupan. Dan sama seperti burung-burung itu, mereka sang anak manusia juga harus kembali ke tempat mereka masing-masing.

"Terima kasih buat hari ini Arman, kau sungguh dapat menyenangkan hatiku dengan gitarmu itu. Kau sungguh hebat!" ujar Exaudi dengan senyum yang tak putus-putus.

Wajahnya memerah pertanda dia senang dipuji karena kemampuan bermain gitarnya,"Ah biasa saja, tidak ada hal yang sangat luar biasa dari permainan gitarku ini. Aku harus banyak belajar lagi, dan ngomong-ngomong suaramu indah. Seindah rupamu" ucap Arman.

"Ah bisa saja kau ini. Sebaiknya kita balik sekarang, karena hari sudah semakin gelap. Kalau sampai aku terlambat, aku yakin orang tuaku akan khawatir terhadap keberadaanku" ucap Exaudi padanya.

"Ya. Lebih baik kita segera pulang, karena kebetulan juga aku sedang diberi banyak tugas oleh guruku tadi. Namun apakah kita besok bertemu lagi?" tanya Arman pada Exaudi.

Journal Of Exaudi [Finished]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang