Chapter 8

6.8K 220 5
                                    

Suasana panas masih menyelimuti tubuhku, dan deru nafas yang berat terdengar dari belakangku. Sebuah tangan masih merangkul diriku seperti kawat yang meliliti sebuah besi, tangan itu tak membiarkan diriku lepas. Tangan itu terlalu berat untuk tetap merangkul diriku sehingga badanku terasa agak sakit, kucoba untuk menepiskan tangan itu dan kemudian membalikkan tubuhku.

Kulihat sebuah wajah yang terpahat keras dan lembut berada tepat di depan wajahku, tak sempurna memang seperti dewa-dewa yunani namun wajah dari pria inilah yang membuat merasakan sesuatu yang dulu hanya berada di dalam dunia fantasiku.

Aku tau apa yang kami perbuat barusan sangatlah teramat salah, dan aku hanya bisa psarah jika suatu saat nanti aku akan dihukum gantung oleh karena perbuatan diriku dengannya. Pria ini sudah menembus pintu yang selama ini tak pernah aku buka, dengan sedikit rasa penasaran dan penuh kesabaran dia menuntun diriku mendapatkan sebuah rasa yang kalau kuingat sekarang membuat darahku berdesir nikmat.

Pria di depanku ini memang tidak sesempurna cerita orang, namun memang sangat menarik secara seksual. Sangkin menariknya, membuat diriku menjadi bingung dengan orientasiku sendiri. Tak pernah sekalipun aku membiarkan satu orang di bumi ini masuk ke dalam diriku sepenuh itu sebelumnya, namun pria ini mampu membuatku terjerumus terlalu dalam.

Sangat dalam, dan jikalau itu adalah sebuah jurang, aku berharap aku tetap jatuh dan tidak menemukan dasarnya. Dan semakin kepala kecilku ini memikirkan tentang hal itu, diriku semakin bingung. "Apakah aku sudah benar-benar menerima dia sampai sepenuh itu dalam hidupku?" pikirku.

Tidak, sepertinya aku belum. Aku belum siap menggantikan posisi bapak karena sebuah rasa nikmat yang dia berikan padaku barusan. Sebuah pengalaman yang tidak akan mungkin aku lupakan seumur hidupku. Tapi mengapa aku membiarkan dia melakukan hal itu padaku?

Selagi pertanyaan itu berputar-putar di kepalaku, tangan itu kembali menyentuh wajahku dan menyejajarkan wajahku dengan wajahnya. Kulihat wajah itu sudah tersenyum dengan sangat lembut dan teduh, wajahnya tak tampak sedang bergairah atau menunjukkan gelagat nafsu. Namun aku melihat satu sisi yang selama ini tidak pernah aku lihat, wajah yang sangat bahagia dan juga cerah seperti mentari di siang hari.

Kupandangi wajah itu, dan waktu seperti berhenti ketika aku tetap memandangi wajahnya itu. Aku sekarang menyadari mengapa diriku membiarkan dia melakukan hal itu. Aku menyukai wajah itu, aku menyukai senyum itu dan aku menyukai sentuhan itu. Dan semakin sering dia tersenyum, semakin sering dia menyentuhku maka semakin lemas kakiku. Dan aku juga kini sadar, bahwa dia yang ada di depanku telah mengisi sebuah ruang kosong yang ada di hatiku.

Ruang itu kini terisi penuh oleh dirinya, oleh dia yang selama ini aku benci dan ku anggap orang asing di hidupku. Ruang itu seperti tidak dapat menampung sebuah perasaan yang saat ini terus tumbuh seperti tunas baru. Aku hanya bisa menumpahkan semua perasaan itu dengan pelukan yang erat pada tubuh nya.

Dan sepertinya dia juga memahami dengan kondisi sanubariku, dia mengerti bahwa diriku sudah jatuh terlampau dalam ke dalam pelukannya. Dia juga sudah sadar bahwa diriku kini adalah satu-satunya harta yang paling berharga untuknya, yang tidak mungkin dia lepas atau berikan secara percuma.

Kian hari, diriku seperti tidak ingin lepas dari ayah. Aku sudah seperti benalu yang selalu ingin lekat dengan inangnya, dan aku akui aku seperti ketagihan dengan kasih sayang yang ayah berikan padaku. Di kesempatan yang sangat sempit, aku selalu membiarkan ayah merajai bibirku dan juga leherku, baik di dapur ataupun ketika di garasi.

Di kesempatan yang lain, aku juga membiarkan ayah melakukan hal itu ketika tidak ada siapapun di rumah ataupun ketika kami sedang pergi berkencan secara diam-diam. Dan tampaknya ibu tidak curiga dengan kedekatan kami yang secara tiba-tiba ini, karena sepertinya ayah dapat meyakinkan ibu tentang perkembangan hubungan kami ini adalah sebuah hal yang wajar.

Journal Of Exaudi [Finished]Where stories live. Discover now