Ch 2 - Again

1.8K 251 30
                                    

Krist terbangun di pagi hari dengan suara berisik dari jam wekernya, mandi dan kemudian membuat sarapan dan menyantapnya jika masih mempunyai waktu yang memungkinkan sebelum berangkat kerja. Dan ia hampir akan tertidur seharian penuh ketika mendapat jadwal shift malam. Sebuah rutinitas membosankan yang terus berputar setiap hari, sampai iapun merasa bosan pada akhirnya.

"Mau aku kenalkan dengan seseorang? Tidak baik jika terus-terusan terpuruk, nanti kau benar-benar akan berpikir ingin bunuh diri," Krist merengut tidak suka mendengar ucapan Off barusan. Ia masih merasa bisa berpikir normal meskipun diakuinya jika sampai saat ini ia masih merasa patah hati. Sudah satu bulan setelah kejadian memalukan itu dan pada kenyataannya masih banyak saja yang membicarakannya. Terparahmya, sekarang Krist jadi malas pergi kemana-mana karena masih ada saja yang mengingat wajahnya dan selalu menjadikannya sorot perhatian. Tapi ia masih bersyukur karena tidak sampai diundang ke acara televisi untuk mewawancarainya. Jikapun itu terjadi, sudah pasti ia akan menolaknya mentah-mentah!

Karena kejadian itu juga kedua orang tuanya yang tinggal di luar negri hampir saja kembali ke Thailand karena sangat mengkhawatirkan dirinya, tapi beruntung karena kedua orang tuanya tersebut bisa menerima penjelasannya sehingga tidak sampai datang ke Thailand dan mencarikannya gadis untuk dinikahinya. Jujur, ia belum siap menjalin hubungan lagi. Iapun terang-terangan mengatakannya tiap kali mendapat tawaran untuk dikenalkan dengan seseorang oleh teman-temannya. Mungkin ia akan mengambil tawaran itu kapan-kapan jika ia sudah siap.

Setelah lelah seharian bekerja dan harus mendengar ocehan Off yang tak ada habisnya jika mengenai wanita selama makan malam, Krist memutuskan untuk cepat pulang ke rumahnya. Karena menurutnya jika berlama-lama mengobrol dengan Off hanya akan membuat otaknya ikut-ikutan rusak. Cukup Gun saja yang terkontaminasi, tidak dengan dirinya.

Namun niatannya untuk segera pulang berbelok begitu saja ketika dalam perjalanan terbesit keinginan yang begitu kuat untuk menikmati sungai Chao Phraya dari atas jembatan Rama VIII. Keindahan pemandangan di malam harinya memang selalu bisa memikatnya meskipun ada sedikit rasa sebal karena ingat kejadian satu bulan yang lalu itu. Untuk menghindari hal yang tidak diinginkannya untuk kedua kalinya, maka iapun memilih menikmati pemandangan dengan cara normal seperti orang pada umumnya. Ia tidak mau jika sampai dikira melakukan percobaan bunuh diri lagi tentunya.

"Apa yang khun lakukan di sini? Khun Krist tidak bermaksud melakukan bunuh diri lagi kan?," Krist tidak tahu kenapa ia selalu bertemu dengan pria ini setiap kali dirinya ingin menikmati kesendiriannya di sini. Singto, pria yang tengah tersenyum manis sembari menaikkan letak kacamatanya itu turun dari motornya dan berjalan menghampiri Krist yang tengah menautkan alisnya kesal. Syukur saja ia tidak sedang duduk di hand raill seperti waktu itu sehingga tidak membuat pria itu berteriak-teriak heboh lagi.

"Aku tidak pernah berniat melakukan hal seperti itu. Kau saja yang salah paham," jawab Krist dengan raut sebal sebelum membalas wai Singto. Singto hanya mengusap lehernya sambil meminta maaf karena sudah mempermalukan Krist.

"Mai phen rai. Semua sudah terjadi," ucap Krist pasrah. Singto hampir tertawa melihat wajah pasrah Krist, namun ia memilih untuk menahannya karena tidak ingin membuat orang di depannya ini kesal.

"Oh ya, bagaimana lukamu? Kenapa kau tidak kembali ke rumah sakit untuk melepas jahitannya?," tanya Krist yang dengan lancangnya memeriksa lengan dan juga pelipis Singto yang dijahitnya dulu.

Singto hanya terkekeh menangkap raut wajah khawatir Krist dan membiarkan dokter muda itu memeriksa luka-lukanya, "Aku baik-baik saja khun Krist, temanku yang seorang perawat telah membantuku melepas jahitannya," jawab Singto kalem. Mendengar itu Krist menghela nafasnya lega, dan melihat luka Singto yang mulai sembuh dengan baik itu bisa diprediksinya jika Singto merawat lukanya dengan sangat baik.

A MEDICINEWhere stories live. Discover now