Ch 16 (2/2)

994 116 22
                                    

Merasakan wajahnya masih panas dan berwarna merah, Krist justru menampar-nampar wajahnya sendiri dengan kedua tangannya. Sembari menyusuri rumah sakit tempat kerjanya yang super besar itu, nyatanya pikirannya masih saja melompat ke ingatannya ketika dicium Singto di keningnya tadi sore. Oih.... menjijikkan sekali, ia bahkan seperti gadis yang sedang berbunga-bunga saat ini.

"Mau aku bantu menggampar mukamu Kit?," tanya Off yang tiba-tiba muncul sudah lengkap dengan pakaian dokternya.

Mendengar itu Krist meringis, "Tidak, terima kasih ya pak dokter...," jawabnya dengan nada dan senyum sok super manis.

"Aku lihat akhir-akhir ini kau seperti berbunga-bunga begitu, apa ada hubungannya dengan Gigie yang tinggal lagi di rumahmu itu? Kalian balikan lagi?," tanya Off mulai kepo.

Krist menyangkalnya cepat-cepat dengan ekspresi tidak sukanya, "Memangnya aku bahagia tidak boleh?," kesalnya.

"Mencurigakan," Off menyipitkan matanya tidak percaya. Oke, Krist tak mau ambil pusing dan iapun memilih pergi. Tapi rupanya Off tak melepaskannya begitu saja dan berusaha mengikutinya dengan segala kekepoannya.

"Oh iya, kau mengajukan cuti dua hari kenapa? Mau ke mana? Liburan dengan Gigie?," Off terus saja mengikutinya sampai ia masuk ke ruang ganti.

Kali ini Krist tak bisa menahan dirinya dan langsung berbalik, "Bisa tidak kau berhenti menyangkutpautkan apapun dengan Gigie? Aku tidak ada hubungan apapun dengan Gigie sekarang! Kami hanya teman, sama seperti dulu!"

Off lagi-lagi menyipitkan matanya, kali ini sembari menggaruk dagunya.

"Mencurigakan,"

Krist menggeleng, ia menyerah berurusan dengan Off. Obrolan tak berbobot yang hanya akan membuang-buang waktu saja pikirnya.

"Terserah!!," maka iapun memilih mengganti bajunya saja dan berhenti menggubris lelaki berstatus jomblo ngenes itu.

Tiba-tiba pintu ruang ganti itu terbuka, seorang Gunsmile melongok masuk untuk memastikan kebenaran info mengenai keberadaan Krist di ruang tersebut.

"Kit! Cepat ganti pakaianmu! Ikut aku ke UGD!," perintahnya begitu melihat sosok Krist yang masih sibuk memakai pakaiannya. Krist segera bergegas pergi, tak melupakan menyenggol Off untuk menyuruhnya bergegas pergi juga untuk kembali bekerja.

Off mengumpat, tak mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang terus berputar di otaknya perihal cuti yang diajukan oleh Krist. Bukan urusannya sih, tapi ini terlalu mencurigakan. Sangat mencurigakan. Ia terus penasaran akan sikap Krist pula akhir-akhir ini. Jika dilihat-lihat Krist memang lebih ceria, meskipun antara ceria dan gila ia hanya bisa melihat garis tipis. Sejak ditinggal menikah Gigie, ia memang selalu mengawasi Krist. Hanya khawatir jika temannya itu saking frustasinya jadi gila. Atau terparahnya melakukan hal-hal yang membahayakan nyawanya. Yah... dia khawatir. Sebagai sahabat yang baik hati, ia tak ingin kehilangan salah satu sahabatnya yang sangat tidak beruntung dalam hal taruhan sehingga sering sekali mendapat jatah untuk mentraktirnya tersebut. Setidaknya ia ingin memberi kesempatan Krist menang walau hanya sekali sebelum mati.

Ah.... ia harus lebih memberi perhatian kepada Krist, sepertinya. Ketika ia hendak pergi ke kantin untuk makan, ternyata ia berpapasan dengan Gigie yang nampak berjalan sendiri dengan menenteng sesuatu di tangannya. 

"Apa yang kau lakukan di sini?," heran Off. Sesekali matanya melirik ke arah paperbag yang tengah dibawa Gigie. Menerka-nerka akan isi di dalamnya.

"Aku... hanya ingin mengantarkan ini, sepertinya tadi Krist sangat terburu-buru sampai meninggalkan bekalnya," Gigie mengangkat paperbagnya.

Bekal? Otak Off langsung bereaksi cepat, menyusul perutnya yang keroncongan dibarengi isi dompetnya yang menjerit enggan meninggalkan sarangnya. Seketika ide busukpun langsung melintas begitu saja.

A MEDICINEWhere stories live. Discover now