Ch 6 - Past

1.5K 182 35
                                    

Hanya sebuah cuplikan masa lalu tentang bagaimana Singto menghabiskan masa remajanya saat masih duduk di bangku sekolah. Singto hanyalah pemuda biasa yang dengan sangat beruntungnya bisa mendapatkan posisi di hati Na yang merupakan senior di sekolahnya. Hubungan yang mereka jalin tanpa sepengetahuan orang lain itu berjalan baik sampai Na masuk ke bangku perkuliahan. Sifat mereka berdua yang sama-sama dewasa membuat hubungan yang mereka jalin itupun jauh dari permasalahan-permasalahan sepele seperti yang sering terjadi dalam hubungan percintaan remaja pada umumnya. Setiap hari mereka menghabiskan waktu bersama hampir seharian penuh dan melakukan apapun bersama-sama, membuat mereka menjadi pasangan yang seperti tak akan terpisahkan. Hingga suatu hari sikap Na berubah. Begitu lulus SMU, Singto memang tak sampai merasakan bangku perkuliahan dikarenakan kendala biaya dan memutuskan untuk bekerja. Hal itulah yang kemudian membuat hubungan mereka memburuk. Singto yang sibuk dengan pekerjaannya dan Na yang juga fokus dengan kuliahnya. Mereka menjadi jarang bertemu dan kurangnya komunikasi menjadikan hubungan mereka menjadi hambar.

Suatu kejadian saat Singto masih bekerja di sebuah restoran cepat saji dan ketika ia harus mengantarkan makanan, ia tak menyangka jika rumah yang ditujunya adalah tempat di mana Na sedang berkumpul dengan teman-temannya. Beberapa laki-laki dan perempuan seperti sedang melakukan pesta kecil-kecilan di rumah yang menjadi berisik karena musik yang distel dengan volume tinggi. Di antara kebisingan itu ia bisa melihat Na duduk berdempetan dan mengobrol dengan salah satu perempuan di sana. Hal paling menyakitkan saat itu sebenarnya bukan soal Na yang sedang mengobrol dengan temannya itu, tapi karena Na yang berpura-pura tidak mengenalnya.

Hal seperti ini tak terjadi satu dua kali, tapi terus berlanjut ke setiap moment di mana tanpa sengaja ia berpapasan dengan Na di waktu-waktu dan tempat yang tak terduga lainnya. Tepat setiap kali ia memergoki Na tengah bersama teman-temannya, Na akan selalu bertingkah seolah tidak mengenalnya. Dan Na juga akan selalu meminta maaf setelahnya saat mereka hanya berdua saja. Awalnya Singto bisa memakluminya, karena merahasiakan hubungan mereka memanglah kesepakatan yang mereka buat sejak awal. Namun Na tak pernah bertingkah seperti ini sebelumnya. Na selalu memperlakukannya dengan baik selama ini, di depan teman-temannya atau bahkan keluarganya, Na selalu bertingkah seolah mereka berdua memanglah sahabat yang sangat dekat dan bukannya bertingkah seolah tidak mengenalnya seperti ini.

Hingga suatu hari Singtopun akhirnya merasa lelah dengan perlakuan Na. Hatinya tak bisa menampung lagi rasa sakit, kesal dan juga kecewanya akan perubahan sikap Na tersebut. Iapun memilih diam, mengabaikan Na dan mulai menjaga jarak. Sebuah keputusan yang menurutnya bisa membuat nyaman Na tersebut ternyata memicu sebuah permasalahan. Na yang tidak terima terabaikan dengan perubahan sikap Singto tersebut merubahnya dari seorang yang dewasa dan hangat menjadi sosok pria yang emosional, kaku dan egois. Bahkan ia menuduh perubahan sikap Singto saat itu adalah karena Singto tengah berselingkuh.

Sampai akhirnya sebuah pertengkaran besarpun terjadi. Saat itu Singto yang tengah galau dengan hubungannya tersebut mengobrol dengan teman kerja perempuannya yang juga sebagai teman curhatnya di sebuah cafe. Na yang tidak sengaja memergokinyapun langsung emosi dan membuat kegaduhan di sana karena salah paham mengira Singto benar-benar berselingkuh. Sekeras apapun Singto saat itu untuk menjelaskan kepada Na tentang kesalahpahaman tersebut, ternyata hasilnya nihil. Berkali-kali, sampai akhirnya Singto sangat yakin jika Na benar berubah dan masalah waktu itu dijadikan alasan untuk mengakhiri hubungan mereka. Seolah balas dendam, Na dengan sengaja membawa teman-temannya untuk makan-makan di restoran tempat di mana Singto bekerja. Menggandeng seorang perempuan, Na sengaja bermesraan untuk menarik perhatian Singto.

"Apa maksudnya phi melakukannya?," saat itu Singto mencoba mencari penjelasan. Ia bahkan nekat datang ke kampus Na karena begitu sulit untuk menghubungi dan menemui Na setelah kejadian salah paham itu. Hal seperti ini sebenarnya adalah sesuatu yang paling tidak disukai Na, pria itu memang selalu melarangnya datang ke kampusnya. Singto masih sangat ingat betul ketika Na masih menjadi maba dulu, maksud hati Singto ingin memberi kejutan dengan datang ke kampus Na untuk memberi hadiah justru berakhir dengan Na yang menariknya menjauh ke tempat sepi dan menyuruhnya segera pulang. Saat itu Singto tak tahu kenapa Na melarangnya datang ke kampus, tapi akhirnya ia mengerti jika ternyata Na tidak ingin teman-temannya tahu tentang dirinya.

A MEDICINETahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon