Ch 16 (1/2)

1.1K 106 31
                                    

Pagi ini Atthaphan bangun lebih awal. Bukan karena ia terlalu bersemangat berangkat sekolah untuk menyalin PR milik temannya, tapi tentu karena tetangga menyebalkannya.

'Besok aku ingin sarapan spagetti'

Sepulang sekolah ia menemukan kertas dengan tulisan tersebut tertempel di pintu apartemennya, tentu saja itu membuatnya kesal. Ia sudah berbelanja untuk menu lain dan ia harus keluar lagi untuk berbelanja keperluan menu spageti, jelas saja ia kesal.

"Memangnya aku pembantunya? Dia pikir aku ini istrinya yang harus meladeninya tiap pagi seperti ini!? Seharusnya dia itu menikah, biar ada yang memasakkannya sarapan! Dasar, menolong kok gak ikhlas!," umpat Atthaphan sembari memencet bel apartement milik Off membabi buta.

"Sudah marah-marahnya?," Off tiba-tiba muncul. Cukup mengejutkan karena wajahnya yang tepat berada di sisi wajah Atthaphan itu.

"A....paaam—pi Off!!," Atthaphan menjumbul kaget. Bukan karena posisi wajah mereka yang berdekatan ini, tapi karena rasa takutnya jikalau Off mendengar semua umpatannya. Melihat Off yang melipat kedua tangannya di dada saja sudah membuatnya kesusahan sekedar menelan ludah! Sial!

"Ikhlas tidak?," Off menaikkan alisnya.

Buru-buru Atthaphan mengangguk, "Ikhlas!! Ikhlas!! Sangat ikhlas!! Dengan senang hati," jawabnya cepat dibuat semantap mungkin. Meskipun dalam hati ingin sekali menendang selangkangan Off sampai biji otongnya pecah semua.

"Good boy....," puji Off sembari membuka pintu apartemennya malas. Di belakangnya, Atthaphan tengah mencebikkan bibirnya menahan untuk tidak mengeluarkan umpatan-umpatannya. Dan... 'Orang macam apa yang pulang pagi seperti ini dengan wajah capek begitu? Gigolo?,' batin Atthaphan memperhatikan penampilan Off dari ujung kepala sampai kaki.

"Aku capek sekali, sekalian tolong bawa nampan itu masuk!," suruh Off masuk lebih dulu dan membiarkan pintunya tetap terbuka. Di belakangnya, Atthaphan mengekor sembari mengerucutkan bibirnya. Sebal lah, sekarang ia terlihat seperti pelayan! Sial! Sial! Sial! Dalam hati bocah pendek itu terus mengumpat. Setelah meletakkan makanan yang dibawanya ke atas meja yang Off tunjuk, iapun mulai berkeliling melihat isi apartemen Off selagi si pemilik apartemen tersebut sedang berada di kamar mandi.

Sederet frame foto yang berada di rak ruang tamu langsung menjadi pusat perhatiannya. Ada foto keluarga Off, foto Off ketika masih kecil, ketika wisuda bahkan berjajar rapi di sana. Namun yang membuatnya kaget itu ketika ada foto Off yang mengenakan pakaian dokternya berfoto bersama rekan-rekan kerjanya.

"Astaga! Jadi phi Off seorang dokter!?," pekik Atthaphan tak percaya.

"Kenapa? Aku keren kan?," sahut Off yang ternyata sudah keluar dari kamar mandi dan langsung menghampiri sarapan yang dibawakan Atthaphan. Atthaphan masih melihatnya dengan tatapan tak percaya, entah kenapa Off yang meskipun kini hanya mengenakan celana kolor dan kaos oblong itu terlihat keren.

"Pantas saja kemarin phi tampak tenang saja menolong temanku," Atthaphan melanjutkan melihat-lihat foto milik Off yang semakin membuatnya tak percaya karena ternyata Off salah satu murid berprestasi saat SMA dulu. Belum lagi, foto keluarganya itu. Ayah dan ibu Off juga dokter. Bahkan saudara laki-laki Off berseragam militer.

'Omegaaat... anjay.... emejing,' batin Atthaphan berseru tak karuan. Dari tebakan menjadi seorang gigolo, berakhir seorang dokter dengan keluarga sehebat itu? Ternyata ia terlalu meremehkan seorang Ferguso sepertinya.

"Kalau sudah, cepat keluar sana! Pergi sekolah sana!," usir Off meruntuhkan segala keemejingan Atthaphan terhadapnya.

Atthaphan mendengus, wajah lecek Off kembali menyadarkannya jika orang ini tetaplah orang yang menyebalkan. "Mana ada pasien yang mau ditangani dokter galak seperti ini," ejek Atthaphan.

A MEDICINEWhere stories live. Discover now