Ch 3 - That Man

1.8K 225 24
                                    

Sebenarnya Krist bukanlah orang mulia yang sejak kecil bercita-cita menjadi dokter karena ingin membantu sesama yang membutuhkan keahliannya. Ia juga bukan orang mellow yang mempunyai kenangan khusus dengan seseorang yang sampai membuatnya bertekat keras untuk menjadi dokter. Pada kenyataannya dia dulu hanya bocah labil yang tidak tahu dengan tujuan hidup atau cita-citanya sendiri. Hingga teman-temannyapun memberi saran dan mengajaknya masuk ke fakultas kedokteran dan bisa berhasil sampai sekarang. Khususnya Off yang selalu mengatakan jika dokter adalah sebuah pekerjaan yang bisa membuatnya terlihat keren dan karena rasa sukanya dengan tubuh wanita, maka iapun semakin suka saja dengan pekerjaan itu. Yah, meskipun otaknya tak ngeres seperti Off, pada kenyataannya sekarang ia cukup menikmati pekerjaannya ini. Meskipun bukan karena ucapan Off yang ngeres itu, yang jelas ia sudah menemukan kenikmatannya sendiri dengan pekerjaannya.

Krist sendiri terlahir sebagai anak tunggal dan mengharuskannya hidup kesepian tanpa adanya saudara. Terparahnya kedua orang tua yang tidak bisa melanjutkan ikatannya lagi, semakin membuatnya kesepian karena kini ia harus pasrah juga hidup sendiri. Sebenarnya untuk masalah tinggal, bukan kemauan ayah atau ibunya.. mereka sudah memberi tawaran yang sangat adil untuknya, namun ia lebih memilih hidup sendiri dan mencari keramaian di tempat kerjanya. Di rumah sakit juga ia bisa bertemu dengan orang-orang yang semakin hari terasa seperti keluarga sendiri baginya. Mungkin ini salah satu alasan menjadi dokter bukanlah hal yang disesalinya.

Dan ngomong-ngomong, selama ini Krist sebenarnya orang yang mandiri. Melakukan semuanya sendiri dan menyelesaikan masalahnya tanpa mengeluh meskipun terkadang sulit untuk ditanganinya sendiri. Tapi akhir-akhir ini setelah ia mendapatkan nomor ponsel Singto, ia berubah menjadi sosok manja yang seolah tak bisa menyelesaikan masalah-masalah sepele di seputaran kehidupannya. Ia jadi sering menghubungi pria itu untuk sekedar membenarkan AC-nya yang rusak, mobilnya yang tiba-tiba bannya bocor, atau televisi yang tidak menyala. Entah apa yang dipikirkan Krist sampai ia berubah menjadi orang yang sangat merepotkan. Anehnya Singto selalu mau datang dan tak pernah keberatan dengan permintaannya untuk membantunya meskipun terkadang harus memanggil temannya untuk menangani masalah yang bukan keahliannya. Mungkin karena Krist membutuhkan sosok kakak yang selama ini tak bisa didapatkannya, dan ia merasa Singto adalah orang yang bisa membuatnya nyaman dengan sikap hangatnya yang seperti itu.

"Kau yakin memanggilku ke sini karena ini?," tanya Singto ragu. Ia hanya menatap makanan di atas meja yang tersaji begitu banyaknya. Singto mengira jika hidangan sebanyak ini akan ada 4 orang lagi yang akan datang untuk membantu menghabiskannya, tapi kenyataannya ia sudah duduk di sini setengah jam lamanya dan masih sama hanya ada dia dan Krist.

Krist mengangguk dan menyumpalkan makanan lagi ke mulutnya sampai penuh, "Bantu aku menghabiskannya," pintanya. Singto hanya terdiam beberapa saat menatap Krist tak percaya.

"Kenapa kau pesan makanan sebanyak ini nong?," tanya Singto tak mengerti. Ia hanya memandangi makanan-makanan di depannya itu tanpa berniat menyentuhnya.

"Aku bingung mau makan apa, jadi aku pesan macam-macam," jawab Krist ngasal. Ia masih sibuk dengan makanannya sedangkan Singto hanya mengulum senyum.

"Jangan suka menghamburkan uang... Ada sebagian orang yang harus bekerja sehari penuh untuk bisa menikmati satu porsi makanan yang kau pesan ini," ucap Singto yang sukses membuat Krist berhenti mengunyah makanannya dan beralih melihat ke arah Singto.

"Aku akan memakan satu porsi saja, sisanya bisa kau bungkus dan untuk persediaan makan di rumahmu. Kau bisa menyimpannya dulu di kulkas dan menghangatkannya besok," lanjut pria berkacamata itu mengambil sepiring makanan yang terlihat paling biasa.

Untuk pertama kalinya Krist benar-benar kehilangan selera makannya hanya karena ucapan Singto. Jika dipikir-pikir, ucapan pria itu ada benarnya juga. Dan ia cukup menyesal telah menunjukkan sisi buruknya di depan Singto hari ini. Meskipun sebenarnya tujuan yang dilakukannya ini hanya karena ingin makan bersama dengan pria itu.

A MEDICINEWhere stories live. Discover now