Prolog

1.4K 42 5
                                    

Meski tidak terlalu besar, tetap saja rasa lelah dalam membersihkan rumah ketika baru pindah itu pasti ada. Rumah minimalis bercatkan putih dengan halaman yang cukup asri karena pohon besar serta beberapa bunga indah itu kini terlihat lebih bersih dan indah dari sebelumnya.


Semua itu berkat kakak beradik yang kini sedang berleha-leha di teras dengan beberapa cemilan kecil sebagai pendukung. Bagi keduanya itu sudah biasa karena keseringan pindah tak menetap di satu rumah.

Udara sejuk sore hari memang sangatlah pas untuk beristirahat. Menikmati indahnya langit biru yang tercampur jingga berharap semua keletihan ikut pergi saat semua keindahan yang hanya sesaat itu telah menghilang.

Hidup berdampingan selama beberapa tahun terakhir membuat kedua manusia itu menjadi sangat dekat bahkan rekat meski tanpa kedua orang tua.

Semenjak saat yang tak pernah diinginkan itu terjadi, tanpa kerabat dekat maupun jauh, keduanya hidup dengan beasiswa yang mereka dapatkan.

Lulus sebagai siswa terbaik di universitas impian membuat Radith sekarang menjadi seorang Arsitektur yang cukup dikenal. Boleh dikatakan diusianya yang kini menginjak angka 25 tahun, ia tentu sudah cukup matang untuk menikah. Hanya saja bukannya memikirkan untuk mencari pasangan hidup, ia malah sedang dibuat bingung dengan masalah percintaan adik kesayangannya.

"Bang Radith dari tadi mikir apaan sih?" Tanya Mika melihat tatapan kosong Radith ke jalanan.

Sedari tadi saat membersihkan rumah, ia merasa aneh dengan tingkah abangnya yang seperti ada banyak pikiran.


"Eh? Kenapa?"

"Bang Radith aneh. Lagi mikirin apasih?" Tanya Mika lagi.

"Oh itu, nggak penting. Kamu dulu yang mandi atau abang dulu?"

"Mikir Jodoh ya? Abang lagi naksir sama seseorang? Siapa? Kasih tahu dong" tuding Mika dengan senyum jailnya.

"Yaudah Abang dulu yang mandi" ujar Radith lantas berlalu masuk ke dalam rumah meninggalkan Mika masih dengan penuh tanda tanya.

Ia menatap aneh Radith. Bingung dengan apa yang ada dipikiran pria itu. Setahunya, hanya ada dua hal yang dapat membuat abangnya menjadi demikian. Jika bukan karenanya pasti karena orang tua mereka.

"Ini sudah sangat lama" lirih gadis berkerudungkan maron itu sedikit berkaca.

Jika menanti adalah hal yang mudah mungkin para pejuang LDR diluar sana tidak akan pernah memenuhi beranda media sosial dengan kata-kata puitis mereka.

Hanya memegang janji tanpa kata pasti membuat orang yang mendapati tentu akan berada diantara ambang pemberhentian atau pertahanan. Apalagi bila menunggu datangnya suatu hal yang kadang sudah dipastikan tak akan datang tentu itu sedikit bodoh bila masih memutuskan untuk bertahan.

Lalu kenapa masih saja bertahan jika sudah tahu itu hal yang bodoh?

Apa kepercayaanmu padanya terlalu kuat?

Atau kemalasanmu untuk memikirkan lebih lanjut soal kenyataan yang ada di depan mata telah menutup kelogisanmu?

Ayolah ini tak akan lama lagi!

Batin Mika pada dirinya.

Tetangga Idaman Hingga Jannah Where stories live. Discover now