28. Ungkapan Hati 2

238 17 2
                                    

"Tunggu. Kamu yakin gak dengar soal Radith yang bilang kalau saya bakal ngekhitbah kamu?"

Mika diam. Perlahan ia beranikan dirinya untuk melihat Rasyid. Raut wajahnya saat ini seolah sedang menunjukkan tanda tanya untuk Rasyid.

"Jadi itu benar?"

Rasyid diam sejenak lalu kembali bersuara.

"Iya itu benar. Saya memang berencana buat ngekhitbah kamu sepulang dari singapur. Jujur saya suka sama kamu"

Seketika pernyataan Rasyid membuat Mika speechless. Raut wajahnya seperti memperlihatkan ketidakpercayaan atas apa yang didengarnya.

Rasyid menyukainya? Itu hal yang mustahil dipikirnya.

"Kamu menangis?" Tanya Rasyid saat melihat Mika yang mulai berkaca-kaca. Ia mulai merasa bersalah sekarang. Jika ia tahu akan seperti ini ia pasti tak akan mengatakan semua itu. Tapi entah kenapa seperti ada sesuatu yang mendorongnya untuk mengungkapkan perasaannya.


"Saya terlalu lebay ya ustadz? Hanya saja saya masih tidak menyangka kalau ustadz suka sama saya" ujar Mika sembari menyeka pipinya yang basah.

"Maaf" Satu kata itu mampu membuat Mika mendongak ke arah Rasyid

"Maaf?" Tanya Mika mengernyitkan dahinya

"Iya maaf karena mengatakan semua ini dengan tiba-tiba. Tapi yang saya katakan tadi memang benar. Jadi bagaimana?"

"Maksud ustadz?" Tanya Mika masih saja mendongak

"Iya bagaimana perasaan kamu ke saya?"

Mika menunduk diam. Ia bingung harus menjawab apa.  Karena sebenarnya ia sedikit takut juga malu jika mengatakan perasaannya pada orangnya langsung.

"Waktu itu saat kamu bilang kamu bakal berhenti suka sama saya, apa itu benar?" Tanya Rasyid lagi melihat Mika yang hanya diam

Mendengar itu mika sedikit berpikir akan pernyataan Rasyid. Ia tak menyangka bahwa ternyata Rasyid masih mengingat hal itu.

"Rupanya ustadz masih ingat hal itu. Jadi kalau saya bilang semua itu tidak benar, bagaimana?" Ucap Mika masih menunduk. Ia benar-benar malu sekarang

"Kalau memang seperti itu, saya harap kamu bisa menunggu"

Mika baru saja selesai mandi dan berniat untuk tidur. Tapi percakapannya dengan Rasyid tadi masih saja terbayang di kepalanya. Apalagi saat ia memberanikan diri untuk mengatakan perasaannya. Rasanya ia benar-benar ingin pingsan saja saat itu.

"Aduh kenapa gak hilang hilang sih" gerutu Mika sembari memukul-mukul gulingnya. Fatimah yang melihat tingkah Mika yang aneh sedari tadi kini sudah semakin greget dibuatnya

"Kamu kenapa Mik?"

Mika diam. Ia melihat Fatimah yang tengah melihatnya dan juga Akira yang sibuk membaca. Memang sejak kejadian tadi ia belum memberitahu pada dua orang itu soal Rasyid.

Perlahan ditariknya nafasnya guna mengatakan semuanya.

"Ustadz Rasyid mau ngekhitbah aku"

"Apa?" Sahut Fatimah dan Akira berbarengan saking kagetnya

"Kamu serius?" Tanya Fatimah

Tetangga Idaman Hingga Jannah Where stories live. Discover now