25. Loh Bapak?

255 17 3
                                    

Hidup itu tak akan mudah untuk dilalui kalau kita tak punya tekad untuk hidup. Dalam hidup kita juga perlu yang namanya iman agar kita tahu untuk apa sebenarnya kita hidup. Bila keduanya sudah ada, maka tinggal satu lagi yang perlu. Apa itu? yakni cinta. Karena tak akan lengkap perjalanan hidup kita bila tak ada yang namanya cinta. Sebagai makhluk yang hadir karena cinta, sudah sepatutnya kita berhak memberi dan mendapatkan cinta. Maka merasakan yang namanya cinta, bukanlah hal yang salah melainkan itu fitrah untuk kita manusia.

"Eh Mika, kamu kenapa bicara sendiri? malah bicaranya soal cinta lagi " tegur Fatimah merasa aneh melihat Mika yang masih berbaring di kasurnya sambil bicara sendiri.

" Hah kenapa Fat? " tanya Mika menjauhkan handphonenya dari telinganya

" Oh kamu lagi telponan to" Mika mengangguk.

"Yasudah Din nanti lanjut lagi yaa, Assalamualaikum " Ucap Mika lalu menutup handphonenya.

"Telponan sama siapa? kok bicarain cinta? "

"Kamu kenal Dinda kan? jadi dia itu lagi naksir sama seseorang"

"Jadi sekarang ceritanya kamu udah jadi guru cinta nih? ajarin aku juga yaa" pinta Fatimah dengan wajah bayinya namun terdengar mengejek untuk Mika

"Kamu kenapa sih? mau dinasehatin juga soal Ustadz Rasyid? " tanya Mika membuat raut wajah Fatimah menjadi keheranan menjengkelkan

" Kamu yakin mau nasehatin aku soal ustadz Rasyid? emangnya sanggup ngomongin orang yang kamu suka sekarang? "

" Ihhhhh Fatimah kok malah jadi ngejek sih? aku laporin ke Akira baru tau rasa"

"Tau rasa apa? rasa cinta kayak kamu? iya?"

"Akiraaaaa liat tuh Fatimah ngejek aku. Padahal bentar lagi aku kan bakalan pergi dari sini " ujar Mika sok marah padahal takpapa.

"Yasudah kamu nangis saja. Nanti biarin ta panggilin ustadz Rasyid buat bujuk kamu. Gimana mau?"

"Ini gak nangis tau"

"Yasudah kamu siap-siap sana. Bukannya Abang kamu mau jemput yaa? "

" Ohiya Astagfirullah aku lupa" Ucap Mika setelah melihat jam dinding yang menunjukan jam sembilan kurang dari empat puluh lima menit.

"Makanya cepet nikah biar ada yang ngingetin kamu terus " ejek Fatimah melihat Mika yang sibuk membenahi dirinya

" Kamu nasehatin aku nikah. Memangnya kamu sudah? "

" Setidaknya aku itu tak pelupa seperti dirimu Mikaku sayang "

" Iya iya kamu memang benar Fatimah. Kalau gitu Aku pergi dulu yaaa, bilangin ke Akira juga. Assalamualaikum " ucap Mika mengalah lalu pergi meninggalkan kamar mereka menuju tempat ustadzah Zahira untuk meminta izin keluar pesantren.

Usai dari tempat ustadzah Zahira, Mika pun langsung menuju gerbang depan sembari bernyanyi melantunkan sholawat anak muda yang lagi ngetren sekarang itu.

Allahumma sholliwassallam

Allasaydina Muhammad

Wa'ala habibika khoiril kholki kullihimi🎵

Oohh abang adek juga rindu

Dengan abang yang tampan itu

Salam balik dari ayah ibu

Adek siap jadi Menantu 🎵

"Serius neng udah siap? "

" Eh pak Muklis bikin kaget saja"

Tetangga Idaman Hingga Jannah Where stories live. Discover now