9. Bacl< 1

265 15 0
                                    

Ditelusurinya koridor itu hingga nampak kelas yang bertuliskan XII Mipa 4 di paling pojok. Hari ini merupakan hari terakhir pelaksanaan UNBK di SMA Darma Yudha. Tidak terasa sudah tiga tahun Mika menjalankan kewajibannya sebagai seorang siswa di sekolah tersebut.

Setelah lulus nanti, mika berencana untuk masuk Pesantren. Alhamdulillah tiga tahun belakangan ini, mika menjalani hidupnya dengan baik meski harus menerima berbagai hinaan terhadap perubahannya. Kadang ia sering menerima perkataan sok alim lah, sok suci lah, tapi ia tetap tabah menjalani semua itu. Karena ia percaya dengan nikmat Allah. Dibalik setiap kejadian ataupun musibah yang terjadi, pasti akan ada yang namanya nikmat terselipkan di dalamnya.

"Mika...Mikaaaaa" teriak kaisha seperti anak yang baru saja bertemu ibunya setelah sekian lama. Ia berlari menghampiri mika dari kelas pojok mereka itu dan berhenti tepat di hadapan mika dengan nafas yang terengah-engah.

"Tarik nafas dulu ca. Tarikk.....hembuskan. tarikk....hembuskan. udah, sekarang lo cerita. Ada apa?" tanya mika setelah memberi arahan kepada temannya itu untuk menstabilkan nafas.

"Kak rasyid mik. Kak rasyid" ucap kaisha dengan semangat empat lima.

"Kak rasyid?" Tanya mika memastikan pendengarannya. Sudah lama ia tidak mendengar nama itu.

"Iya mik. Kak Rasyid ada di sekolah kita sekarang" ucap kaisha masih dengan semangatnya itu.

"Ngapain?" tanya mika berusaha biasa saja. Jujur sebenarnya meski sudah lama ia tidak bertemu dengan Rasyid, di dalam hatinya masih ada nama pria itu meski hanya sekecil buih di lautan.

"Lo lupa? Hari ini kan ada reuni buat yang udah lulus dua tahun lalu" jelas kaisha yang mulai mengambil duduk di bangku dekat mereka. "Tunggu, jangan bilang lo udah beneran move on?" tanya kaisha lagi.

"Apaan sih ca? udah mending kita pulang sekarang" ucap mika menarik tangan kaisha dan mendorongnya menujuh gerbang depan.

Mereka menelusuri koridor itu kembali dan melewati lapangan futsall. Nampak dari pandangan mereka, panggung seni yang begitu ramai dengan adanya alumni sekolah ini. Hingga tak sengaja mata mika menangkap seseorang yang tengah bersenda gurau dengan teman-temannya. Ia melihat ada perubahan dari pria itu.

"Mik itu kak rasyid kan ya?" tunjuk kaisha ke arah pria itu berada. "Mika itu kak rasyid kan?" tanya kaisha lagi namun dengan suara yang agak dinaikkan. Mika yang sedari tadi melihat ke arah pria itu, seketika kaget dan langsung mengalihkan pandangannya.

"Ah i...iya i..itu kak rasyid" ucap mika gelagapan

"Lo kenapa sih? Pangling ya liat kak rasyid pake gamis?" goda kaisha melihat mika yang agak salting ngelihat Rasyid. "Lo udah move on ato belum sih sama dia?" tambah kaisha.

"Apaan sih ca" ucap mika dengan wajah yang di jutek-jutekin langsung meninggalkan temannya itu dan melanjutkan tujuannya.

"Tejo lo mik. Dari tadi apaan sih, apaan sih mulu. Gue curiga lo belum move on dari dia" teriak kaisha sambil menyusul mika yang belum terlalu jauh dari hadapannya.

"Icaa suara lo terlalu keras. Nanti kalau mereka dengar gimana?" tanya mika yang berbalik karena merasa terganggu dengan teriakan tadi.

"Udah sans aja mik. Lagian kalau gak bener buat apa lo pikirin?"ucap kaisha menggoda. "Jangan-jangan bener lagi" tambahnya langsung berbalik menghadap mika yang sudah di belakangnya dengan senyum yang menakutkan menurut mika. Tak ingin panjang lebar dengan temannya itu, mika langsung melewati ica tanpa menggubris perkataannya.

Saking terlarut dalam pembicaraan, mereka tak sadar ada seseorang yang tengah memperhatikan mereka.





















Kemarin Rasyid baru saja tiba di Bogor. Ia di paksa oleh teman-temannya untuk ikut reuni bersama mereka. Untung ia sedang tidak sibuk-sibuknya dalam pekerjaannya sehingga ia memilih untuk bertemu sapa bersama teman-teman SMAnya itu terutama dengan Kris sahabat karibnya.

Baru saja ia kembali. Eh ia sudah di serbu dengan berbagai curahan hati sahabatnya itu. Heran Rasyid dengan tingkah Kris. Ia pikir hanya wanita yang bisa curhat sampai kemana-mana, ternyata dugaannya salah buktinya sahabatnya itu tak henti-henti membicarakan kisah hidupnya yang menurut rasyid agak dramatis.

"Menurut gue sih ya. Lo temui dulu pilihan tante meri sama om jon. Mungkin aja sesuai sama kriteria lo" ucap rasyid berusaha menasehati sahabatnya itu.

"Lo mah gak ngerasain syid. Gimana bisa gue terima perjodohan ini kalau gue udah punya keyra di hidup gue" ucap kris sambil memijit-mijit pelipisnya bingung dengan keadaannya yang sekarang.

"Keyra? Keyra anaknya pak anwar?" tanya rasyid sangat kaget dengan penuturan kris. Ia tak menyangkan bahwa sahabatnya itu tengah menyukai anak dari guru olahraga kiler mereka.

"Iya, Siapa lagi emang? Gue juga gak nyangka bakal suka sama anak guru yang jarang masuk itu"

"Terus lo mau gimana?" tanya rasyid ikut bingung dengan masalah kris.

"Gue juga gak tau. Tapi gue bakal ngikut saran lo tadi"

"Yaudah kalau gitu. Selesai kan?"

"Udah" jawab kris menbalas acuh pertanyaan rasyid yang acuh. "Sekarang gue yang tanya lo lagi" tambahnya

"Jadi kapan lo balik lagi?" tanya kris

"Balik kemana nih? Kerumah apa ke tempat asal?"

"Tempat asal lah"

"Yaudah gak usah ngegas dong. Besok udah balik. Banyak banget yang harus di kerjain"

"Ngomong-ngomong syid, kapan lo mau nyusul gue? Secara sekarang lo udah punya kerjaan dan umur lo kan udah 21 tahun nih dan gue pernah baca kalo nabi muhammad itu nikahnya di usia lo sekarang. Lo gak mau ngikut?" ucap kris yang di anggap rasyid seperti emak-emak. Bahkan mama nya tak pernah berkata seperti itu padanya.

"Udah kris lo diluan saja. Gue doain semoga lo bahagia terhadap perjodohan ini ya. Gue pulang dulu" ucap rasyid senyum sambil menepuk bahu kanan temannya itu
dan berlalu meninggalkan Kris yang masih meratapi nasibnya itu.


























Rasyid melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata. Ditelusurinya jalan yang dulu sering ia lewati jika pergi ke sekolah sambil mengingat masa saat ia bersekolah disini. Seketika ia menghentikan mobilnya karena di lihatnya seorang gadis yang tak sadar di atas jalan dengan darah. Secepat mungkin ia menghampiri gadis itu dan berapa terkejutnya ia melihat siapa yang berada di hadapannya sekarang. Berusaha ia menyadarkan lamunannya dan langsung mengangkat gadis itu ke mobilnya lalu segera menuju ke rumah sakit terdekat dengan kecepatan yang di atas rata-rata. Ia terus saja melaju dengan mobilnya. Baiknya tak ada polisi yang bertugas saat itu.

Sesampainya di rumah sakit, segera ia turunkan gadis itu dan mengangkatnya masuk ke dalam hingga beberapa suster yang datang dengan ambulance stretcher menghampiri mereka. Di ikutinya para suster yang membawa gadis itu hingga tepat berada di depan pintu IGD. Rasyid merasa sangat gusar melihat gadis di dalam ruangan berkaca itu yang sedang di tangani dokter, ia memutuskan untuk menghubungi seseorang yang sudah lama tidak lagi di hubunginya. Berharap ada jawaban dari sana, rasyid masih setia dengan handphone di telinga kirinya sambil menggigit jari telunjuknya khawatir dengan gadis yang di dalam sana.

"Halo Assalamualaikum. Rasyid tumben kamu nelpon" ucap seseorang dari seberang telepon

"Waalaikumsalam. Dit adik lo masuk rumah sakit"

Tetangga Idaman Hingga Jannah Where stories live. Discover now