30. Tetangga Idaman Hingga Jannah (END)

355 17 0
                                    

Hujan yang tadinya deras kini kembali menjadi reda. Meski begitu udara malam yang dingin tetap saja masih bisa membuat tubuh Mika berselubung di bawah selimutnya.

Semenjak kembali dari cafe dan meninggalkan Latif disana, kini lagi-lagi Mika asik dengan pikirannya.

Sungguh betapa terkejutnya ia saat mendengar pernyataan Latif tentang perasaannya. Selama ini Mika berpikir bahwa kebaikan Latif disebabkan karena Mika hanya sekedar adik dari temannya. Tapi rupanya lebih dari itu.

Karena bingung tadi harus menanggapi bagaimana, Mika pun memutuskan untuk pergi sebelum ia makin membuat suasana menjadi canggung. Tapi keinginannya itu ditahan oleh Latif yang rupanya memiliki satu informasi penting yang belum ia sampaikan sejak awal tadi dan informasi itulah yang membuat Mika uring-uringan tak jelas.

Seketika Mika kembali sadar karena mendengar salam dari luar kamarnya. Ia pun dengan cepat menyingkirkan selimut yang menutupinya lantas segera keluar guna menyambut kedatangan sang kakak.

Usai menyalimi tangan Radith, mika yang memiliki satu pertanyaan dipikirannya pun terus mengikuti Radith dari belakangnya.

Mulai dari dapur saat Radith ingin minum bahkan sampai dikamarnya. Radith yang merasa tak enak karena selalu diekori pun berbalik menghadap Mika.

"Kamu kenapa Dek? Dari tadi ngekor terus" tegur Radith sembari melepas sepatunya, membuat Mika cengar-cengir tak jelas.

"Itu bang. Soal kak Rasyid, kenapa bang Radith gak cerita kalau besok dia balik dari Singapur?" Ujar Mika dengan sorot matanya yang menuntut sebuah jawaban.

Sedangkan Radith seolah tak terkejut mengetahui Mika yang tahu akan hal itu pun terus melakukan kegiatan membuka sepatunya yang dilanjuti dengan kaos kaki.

"Kamu tahu darimana?" Tanya Radith melihat Mika sekilas

"Kak Latif"

"Dia datang kesini?"

"Iya. Tapi Mika sama kak Latif ngobrolnya di kafe depan kok" Jawab Mika dan diangguki Radith.

Merasa bahwa pertanyaannya tadi tak dijawab mika pun kembali angkat suara.

"Pertanyaan Mika kok gak dijawab? Emangnya kenapa bang Radith gak cerita soal itu ke Mika?" Tanya Mika semakin menuntut

"Katanya besok ada ujian? Udah sana belajar terus tidur. Abang capek mau istirahat juga"

"Yahhhh.. kenapa sih? Padahal tinggal ngomong doang" keluh Mika sebelum beranjak dari kamar Radith. Namun baru saja ia berbelok ke kamarnya, langkahnya kini terhenti karena Radith yang memanggilnya.

"Abang prihatin sama kamu. Sebenarnya Abang gak ngomong soal itu sama kamu karena gak mau kamu kepikiran terus dan ujung-ujungnya bakal kecewa. Jadi mulai sekarang kamu jangan pernah mikirin Rasyid lagi. Okay?"

Di dalam kamar yang gelap sembari meringkuk, itulah yang dilakukan Mika semenjak kembali dari kamar Radith.

Perasaannya mulai kemana-mana saat ini. Antara senang dan sedih. Senang karena besok Rasyid akan kembali setelah sebulan lebih tanpa kabar dan sedih karena penuturan sang kakak yang menyuruhnya untuk melupakan Rasyid.

Ada apa sebenarnya? Itulah yang menjadi pertanyaan besar Mika.

Sebagai seorang perempuan yang memiliki tingkat kebaperan yang tinggi, Mika hampir saja menangis jika bukan karena ditahannya.

Bagaimana tidak? Semua hal yang dialaminya semakin hari semakin menambah kebingungannya. Apalagi perkataan Radith yang membuatnya kembali ingat akan dugaan Fatimah soal kemungkinan Rasyid yang tak akan menepati janjinya. Itu semua benar-benar membuat Mika berfikir keras. Ingin ia menumpahkan segala tangisnya. Tapi tentu saja itu tak akan terjadi mengingat Mika yang tak ingin membuat wajah Radith yang tampak lesuh tadi menjadi bertambah karena khawatir akan Mika.

Tetangga Idaman Hingga Jannah Where stories live. Discover now