17. Wawancara

230 19 0
                                    

Selesai Makan, Mika dan yang lainnya tidak kembali ke kamar mereka. Melainkan pergi ke Aula Putri karena akan ada penyampaian dari ustadzah Hafshah guru sastra mereka.

Sesampainya di sana, banyak para santriwati yang sudah ada termasuk ustadzah Hafshah. Mika, Fatimah, dan Akira pun mulai mengambil tempat yang belum ditempati.

.
.
.
.
.
.
.

Setelah mengucapkan salam dan kalimat pembuka, ustadzah Hafshah yang umurnya sudah kepala tiga itu pun mulai menyampaikan maksudnya menyuruh seluruh santriwati berkumpul di tempat ini.

"Jadi anak-anak, karena sekarang kita baru saja memasuki semester baru. Saya ingin memberikan kalian tugas untuk wawancara sesuai dengan janji saya semesta kemarin" Jelas ustadzah Hafshah sembari menggulung kertas kecil-kecil yang membuat semua santriwati penasaran dengan apa yang dituliskan di dalamnya

"Jadi di dalam kertas ini ada nama ustadz dan ustadzah muda pesantren al-kairat. Nantinya kalian harus mewawancarai hal apa saja yang membuat mereka ingin menjadi seorang ustadz dan ustadzah di usia mereka yang cukup muda. Dengan begitu kalian nantinya tentu saja akan mendapat pelajaran yang lebih lagi karena bisa mengetahui alasan-alasan mereka dan juga dapat memberikan kalian motifasi yang tinggi agar dapat menjadi santri hebat seperti mereka. Nah sekarang masing-masing perwakilan dari per kelompok silakan maju dan harus memilih satu kertas"

"Kelompoknya masih yang semester kemarin yaa" tambah ustadzah Hafshah.

"Kamu saja yang milih fat. Kami yakin denganmu" usul Mika dan diangguki oleh Akira.

Tampa pikir panjang lagi, Fatimah pun maju ke depan untuk memilih satu kertas. Fatimah berharap semoga saja ia mendapatkan apa yang ia harapkan.

Semua perwakilan pun kembali duduk dengan membawa kertas yang sudah tidak tergulung itu, termasuk Fatimah yang tengah berseri-seri.

"Kelihatannya kamu senang banget ya Fat sama apa yang kamu pilih" seru Arika.

"Biasa saja kok ra"

"Dapet ustadzah siapa fat?" Tanya Mika penasaran.

"Bukan ustadzah mik, tapi ustadz"

"Ustadz? Ustadz siapa?"

"Semoga bukan dia Ya Allah" batin Mika memohon

"Ustadz Rasyid mik" jawab Fatimah masih berseri-seri.

Mika yang mendengar jawaban fatimah kini telah mati kutu. Bagaimana bisa ia nantinya akan mewawancarai orang tersebut sedangkan bertemu saja ia sangat tak ingin. Bukan karena tidak suka Melainkan karena ia pasti akan menjadi sangat grogi bila ada di dekat orang itu.

"Semuanya sudah tahu kan siapa yang akan kalian wawancarai?"

"Sudah Ustadzah" jawab para santriwati serempak.

"Baiklah. Berhubung besok akan ada ujian bagi senior kalian, tentu saja kalian akan diliburkan. Jadi saya minta kalian manfaatkan waktu itu untuk tugas kalian"

"Baik Ustadzah"

Semuanya pun bubar setelah itu. Kembali ke kamar mereka karena waktu sudah larut.

"Kamu udah atur yang akan kita tanyain ke ustadz Rasyid kan Ra?"

"Ini udah selesai kok" jawab Akira sembari merapikan buku-bukunya.

"Kamu sudah tentukan kapan kita mulai wawancara fat?"

"Tadi sebelum aku kesini, aku pergi cari ustadz Rasyid. Tapi aku ketemunya sama ustadz jihad. Katanya, ustadz Rasyid sedang ke luar kota"

"Kamu pergi cari ustadz Rasyid, tidak ada takut-takutnya ya fat"

Tetangga Idaman Hingga Jannah Where stories live. Discover now