16. Cinta Dalam Diam 2

233 12 0
                                    

Assalamualaikum Semuanya..❤
Harap tekansebelum membaca yaa..,
Selamat Membaca..

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Oh gitu? Yaudah kalau gitu aku tanya sama kamu ya?"

"Tanya apa?"

"Menurut kamu ustadz Rasyid itu gimana?" tanya fatimah penasaran dengan jawaban dari mika

"Mulai lagi deh ni anak" batin Akira..

"Menurut saya?" Fatimah menganggukkan kepalanya

"Menurut saya selain baik, beliau juga hebat karena sudah menjadi seorang ustadz di usia mudanya" ucap Mika kaku berusaha menghilangkan Bayangan Rasyid dari pikirannya

"Itu saja?" tanya Fatimah lagi dan diangguki mika. Ia merasa seperti ada yang kurang dari jawaban gadis itu

"Menurut kamu ustadz Rasyid ganteng tidak mik?" tanya Arika kemudian "Jawaban dari pertanyaan itulah yang ingin fatimah dengarkan sebenarnya" tambah Arika lalu melanjutkan aktifitasnya semula

Fatimah hanya bisa melihat mika sambil cengengesan. Sedangkan ia tidak tahu bahwa Mika sebenarnya sedang bingung dengan apa yang akan ia jawab. Padahal tinggal bilang "Iya" kalau memang benar dan sebaliknya.

"Aku tau kamu pasti mau jawab iya, tapi kamu malu makanya hanya diam saja kan?" tutur Fatimah kemudian karena melihat mika yang hanya diam saja

"Eh? Iya. Saya tidur dulu" jawab mika dengan senyum saltingnya

Jam sudah menunjukan pukul 09.30 malam. Kedua pemuda itu baru saja keluar dari masjid setelah bercengkrama dengan beberapa Ulama besar dari luar.

"Syid? Soal ceramah tadi, kamu bawain karena saya?" tanya malik menyusul Rasyid setelah menutup pintu masjid

"Menurut kamu?" tanya Rasyid Pandangannya tetap lurus kedepan menelusuri gelapnya malam tanpa ada bintang yang menemani bulan

"Menurut saya sebagian iya. Tapi sebenarnya kamu itu juga merasakan hal yang sama dengan saya kan?" tutur malik yakin dengan persepsinya

"terus kalau iya kenapa?" tanya rasyid biasa saja

"Ya tidak apa-apa. Saya hanya berpikir bahwa orang yang tengah mendiami hati kamu itu apa ustadzah Zahira juga?" Rasyid berhenti. Ia menatap pria di sebelahnya itu yang sedari tadi entah kenapa sangat cerewet menurutnya.

"Kenapa? Tebakan saya benar?"

"Itu tidak benar. Kenapa kamu bisa berpikir seperti itu?" tanya Rasyid lalu kembali berjalan

"Saya hanya menebak. Dan kalau bukan dia lalu siapa?"

"kamu tidak perlu tahu. Lebih baik kamu mantepin hati kamu saja buat nikahin dia"

"Insha Allah.., Kalau ada waktu luang saya mau pulkam dulu dan bicarakan semuanya dengan keluarga"

"Yasudah saya masuk dulu. Jangan lupa undangannya nanti. Assalamualaikum" ucap Rasyid lalu masuk ke dalam mobilnya sedangkan malik, ia tak menanggapi pasal undangan itu.

Setelah sampai di rumah, nampak keluarganya masih asik bercengkerama di ruang keluarga.

Rasyid mengambil tempat, tepat disebelah ibunya. Ia bergelayut manja disana. Sedangkan bu zarah yang paham akan sikap putranya pun mulai mengangkat suara.

Tetangga Idaman Hingga Jannah Where stories live. Discover now