12. Pesan Dari Dia yang Jauh Disana

236 14 0
                                    









"Ma, apa mama akan menjodohkan Rasyid dengan Aura?" tanya Dinar benar-benar refleks. Sedari tadi ia menahan pertanyaan itu agar tidak menyinggung. Namun karena sifatnya yang kadang suka ceplas-ceplos itu, membuatnya tak dapat menahan rasa penasarannya.

"Perjodohan? Tidak Dinar. Ini hanya sebatas perkenalan sampai Rasyid setujuh untuk di jodohkan" Dinar hanya bisa menunduk diam setelah mendengar perkataan mamanya itu. Entah apa yang harus ia katakan lagi. Bukan karena ia kehabisan kata-kata, melainkan karena saat ini hati dan pikirannya sedang bergemuruh dengan apa yang akan terjadi terhadap adiknya itu. Bahkan jika diperhatikan, saat ini Rasyid tampak biasa saja dibandingkan dengan kakaknya iItu.

"Benarkan Pak Retno?" lanjut bu Zarah dengan meminta tanggapan pria paruh baya yang sedari tadi menyimak.

"Iya Syid. Jadi kedatangan kami kesini bukan sekedar hanya silaturahmi saja. Melainkan bapak juga ingin memperkenalkan lebih jauh lagi putri bapak Aura ke kamu" jelas pak Retno sembari melirik putrinya yang sedari tadi hanya menunduk dan memainkan ujung khimar miliknya sedangkan Rasyid hanya diam mendengarkan.

"Kamu ingat? Dulu kamu pernah cerita ke bapak kalau kamu itu pengen punya istri yang baik juga sholeh. Dan sejak saat itu bapak berencana untuk menikahkan kamu dengan putri bapak. Juga sepertinya takdir berpihak dengan keinginan saya karena ternyata Ibu kamu adalah teman baik istri bapak dan itu adalah satu awal yang baik menurut bapak"

"Tapi pak.., tidakkah ini terlalu cepat? Usia Saya masih sangat mudah untuk membangun rumah tangga" Rasyid mulai menanggapi.

"Bukankah dahulu Rasulullah juga menikah di usia kamu sekarang syid? Lagipula, bukankah perbuatan yang baik harus segera di segerakan?" timpal bu zarah yang kini menatap putranya itu dengan pandangan yang penuh harap.

"Abang sih terserah kamu saja syid. Yang di katakan mama memang benar" tutur jihad yang melihat Rasyid tengah menatapnya.

"Sepertinya sampeyan terlalu kaget. yen sampeyan mikir maneh syid. sampeyan bakal nampa jawaban sampeyan"




Rasyid benar-benar tak menduga bahwa kedatangan Dosennya itu ternyata datang untuk menikahkan dirinya dengan putrinya itu. Bukankah Aura sudah menikah? Segera ditepisnya pikiran itu. Bagaimana bisa dia percaya dengan gosip di kampusnya itu. Usai berbincang-bincang dengan keluarga Pak Retno, Rasyid segera masuk ke kamarnya dan mengambil posisi ternyaman tepat di atas ranjang.

Ting..

Diliriknya gadget miliknya yang ada di atas nakas itu. Ada notif masuk dari nomor tak dikenal. Segera ia ulurkan tangannya untuk mengambil gadget itu dan membuka pesan tersebut.

'62822 9299 5XXX...

"Assalamualaikum, Kak ini aku Mika. Aku dapet nomor kakak dari kak radith. Aku mau bilang makasih sama kakak karena udah nolong aku waktu itu. Sekali lagi makasih kak"

"Mika?" Rasyid menyerngitkan dahinya melihat pesan tersebut. Juga ada senyuman kecil yang terlintas di wajahnya. Segera ia mengetik balasan untuk seseorang yang jauh disana yang entah sedang menanti atau diam tak peduli.

"Waalaikumsalam. Kamu sudah baikan?"

Pesan itu telah terkirim dan menerima balasan bebarapa menit kemudian.

'62822 9299 5XXX...

"Alhamdulillah udah sehat kak. Udah keluar juga"

Rasyid tak membalas pesan itu. Mendengar bahwa gadis itu sudah baikan, itu sudah cukup untuknya.

~ ~ ~


"Gimana? Di bales gak?"

"Gak tau" jawab gadis itu yang sudah menghempaskan tubuhnya itu di tempat tidur empuknya tanpa peduli dengan gadget miliknya yang ada di sampingnya itu. "Kamu sih ca. Pake maksa aku segala buat kirim pesan ke kak rasyid. Kalau pesan aku di anggurin gimana?" sambung gadis itu yang sudah menutup wajahnya dengan gulingnya.

Tetangga Idaman Hingga Jannah Where stories live. Discover now