22. Rasa itu masih ada

265 18 0
                                    

Mika POV

"Bagaimana dengan kalian berdua?" Sepertinya wawancara itu akan terus berlanjut. Tapi Alhamdulillah bukan ke aku.

"Kami berdua? Tentu saja dalam waktu dekat ini Kak" jawab Fatimah dan Akira bersamaan. Apa mereka sudah merencanakannya?

"Oh ya?" Sepertinya sehabis makan hasil kerja suaminya, Kak Dinar seketika langsung berubah menjadi reporter. Buktinya dari tadi dia bertanya terus. Malah yang ditanyain soal nikah lagi. Apa kak Dinar lagi nyari Jodoh buat adiknya? Apa iya? Kalau iya, aku ikut daftar boleh tidak Kak? Astagfirullah apalagi aku ini.

Rupanya sedari tadi itu aku terlalu kegeeran. Karena beranggapan kalau Kak Rasyid memperhatikanku selagi aku menanggapi pertanyaan Kak Dinar. Itu satu hal yang mustahilkan? Sepertinya mulai besok aku harus berpuasa, agar tak lagi sempat memikirkannya.

"Dalam waktu dekat ini bila sudah ada yang datang mengkhitbah" lagi-lagi kedua anak itu menjawabnya dengan kompak dan diselingi dengan tawa. Sepertinya mereka memang sudah merencanakannya.

"Wah kalau gitu pas banget dong ya?" Pas banget? Apa tebakanku soal Kak Dinar akan mencari pasangan untuk Kak Rasyid itu benar? Jangan bilang Kak Dinar mau jodohin Kak Rasyid dengan mereka berdua? Eh Ralat. Maksudku diantara Akira dan Fatimah. Apa ini akhir untukku?

Sepertinya Akira maupun Fatimah juga memiliki pemikiran yang sama denganku, hingga membuat mereka membatu seketika saat mendengar penuturan Kak Dinar.

"Ahahaha. Ada apa dengan wajah kalian bertiga? Apa kalian berpikir saya akan menjodohkan Rasyid dengan kalian?"

JLEB. . .
Sungguh perkataan Kak Dinar tadi membuatku tersungging hingga tak berani mengangkat wajahku. Sepertinya kedua sahabatku itu juga merasakan hal yang sama.

"Kak, apaan sih?"

"Kenapa apa? Kamu juga ngerasa ya?" Ejek Kak Dinar melihat kak Rasyid yang___________________________Salting mungkin?

"Kamu ini Din, sudah jangan ganggu mereka lagi" ujar ustadz Jihad kemudian. Rupanya ia sudah tak sanggup melihat keusilan istrinya itu.

"Hahahaha iya, saya minta maaf ya semuanya? Ucap Kak Dinar dengan penuh senyum kepuasan. "Makanya dek, kamu cepetan nikah. Katanya udah ada yang disuka, tapi mana? Kenapa belum dikenalin ke kita?" Tambah Kak Dinar menuntut jawaban dari Kak Rasyid.

Apa benar Kak Rasyid sudah punya seseorang yang dia suka? Kalau ia, apa ini memang akhirku? Akhir untuk melupakan semua tentangnya? Ada apa denganku? Seharusnya aku memang sudah melupakannya dari dulu. Tapi itu tak mudah karena setiap kali berusaha untuk lupa, ia selalu saja datang. Entah ada di dalam pikiranku maupun di dunia nyata.

"Ya nanti kalau sudah Waktunya aku pasti bakal kenalin ke kalian" jawab Kak Rasyid dengan tenangnya.

"Nanti kapan dek? Nanti kamu udah..." Udah apa? Kenapa kak Dinar berhenti? Kenapa ia tak melanjutkan perkataannya?

"Dinar kamu.." tegur ustadz Jihad agak marah tapi tak terlalu tampak.

"Maafin kakak" ada apa ini? Apa ada yang salah? Kenapa raut wajah Kak Dinar berubah drastis seperti sedang melakukan kesalahan?

"Sudah tak usah di bahas lagi. Kak Dinar juga tak salah apa-apa" Kak Rasyid, ada apa sebenarnya? Kenapa semuanya tampak ada sesuatu yang disembunyikan?

"Aku masuk dulu" lanjut Kak Rasyid lalu meninggalkan Kak Dinar yang tampak masih merasa bersalah dan aku yang penuh dengan banyak pertanyaan tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Tetangga Idaman Hingga Jannah Where stories live. Discover now