lima

451 94 22
                                    

SATU PANCI berukuran besar Lana taruh dengan susah payah di atas meja makan. Mulutku membuka bentuk O besar ditambah lagi dengan uap-uap aroma sup daging yang menyembul dari panci membuatku menelan air ludahku sendiri. Terlihat lezat.

"Ah, maaf Bibi, telah merepotkanmu." Yoongi mengeluarkan suaranya. Ia terdengar malu.

Tapi Bibi Maria berdecak pelan sambil berkacak pinggang. "Aku pernah bilang, jangan bicara seperti itu. Kalian adalah anak-anakku juga. Lagipula, aku dan Lana hanya hidup berdua. Tidak asik."

Aku tertawa mendengar perkataan Bibi Maria. "Tapi Bibi, terima kasih sekali. Aku dan Yoongi sangat bersyukur."

Lana mengelap tangannya di bajunya kasar. "Lihat Ma, biasanya si curut Yoongi ini susah diajak makan bersama! Sudah aku bilang berkali-kali padahal!" Gerutunya.

Aku bisa melihat Yoongi kesal dengan Lana, matanya sudah bergerak-gerak ke arah Lana mengisyaratkannya agar diam. Aku berani taruh kalau kita berada di luar rumah kediaman Lana, mereka berdua sudah kejar-kejaran seperti Tom and Jerry.

"Yoongi, kita keluarga, ingat?"

Terkadang aku ingin menangis. Lana dan Bibi Maria sangat baik sekali kepada aku dan Yoongi, pernah dia sekali menyuruhku untuk memanggilnya dengan sebutan Ibu, aku malah menangis karena mengingat Ibu. Sebutan itu hanya berlaku selama seminggu, setelahnya aku kembali memanggilnya Bibi. Aku kesal.

Terlebih lagi karena aku tidak pernah satu meja makan dengan Yoongi dan Ibu, hanya membuatku tambah sedih. Kami dipertemukan sehari setelah pemakaman Ibu. Tapi bagaimanapun juga, aku berterimakasih kepada Ibu. Mengingatkanku kalau aku tidak sendiri.

"Hei, kenapa melamun terus sih?"

Aku menoleh ke arah Yoongi dan menggeleng. Dia mengambil mangkuk nasi milikku dan menuangkan supnya ke mangkukku. "Makan yang banyak."

"Benar juga, Nara kurusan." Sambung Bibi Maria. "Apa sekolah berat?"

"Tida—"

"Ma! Dia itu gila! Hanya belajar seharian! Dia bahkan baru tahu kalau Haesoo dan Hoseok itu kembaran!"

"Lagipula, siapa peduli?" Yoongi menyahut.

"Kau! Kakak tidak tanggung jawab! Mau sampai kapan Nara di beginikan?!" Balas Lana.

"Lana! Astaga, telingaku sakit!" Ucap Bibi Marie. "Astaga."

"Bibi, kalau kau tidak ada disini, mereka bisa menghancurkan seisi rumah." Tambahku.

"Ah, jujur saja, kalian ini saling menyukai ya?"

Yoongi tersedak air minum nya. Lana menjatuhkan sendok ke mangkuknya, suara dentingannya sangat nyaring.

"Mama!"

"Bibi!"

Teriak mereka bersamaan.

Jodoh?

blue sideWhere stories live. Discover now