delapan; seperti petir, mungkin

366 73 13
                                    

LANA menarik lenganku erat, kakinya mengambil langkah besar dan cepat melewati koridor sekolah kami yang panjang. Aku berkali-kali harus berteriak kepadanya untuk berhenti tapi dia malah tidak menghiraukanku dan semakin menarik lenganku sambil berteriak kita harus cepat.

"Sudah dimulai?!" Ujarnya panik. Sekarang dia menarik lenganku lagi, aku pasrah, Lana akan melakukan sesuka hatinya. Bahkan dia sempat mengusir beberapa orang yang duduk di kursi paling depan, dekat lapangan hanya untuk membiarkan aku dan dirinya duduk. Liar.

Parahnya, dia memampangkan wajahku untuk alasan mengapa dia dan aku harus duduk di barisan paling depan; Si Nara Clark, adik si bad boy Min Yoongi.

"Kau, lihat disana? Itu kakak dongo-mu," jari Lana  menunjuk Yoongi yang tengah mengoper bola basket ke teman se-timnya. "Dan lihat apa yang ia lakukan? Dia mengajak tanding Jung Hoseok!"

Aku mendesah berat. "Kenapa sih kita harus disini?"

Lana memukul pahaku. "Kita harus disini! Aku bisa merasakan chaos disini, makanya kita disini."

"Aku sudah mengancam Yoongi untuk tidak berkelahi lagi," ucapku yang di balas dengan lirikan Lana. "Serius. Aku mengancamnya untuk tidur di luar rumah."

"Mana mungkin, kau kan orangnya tidak tegaan."

Benar juga. "Tapi Yoongi percaya-percaya saja."

"Dia membodohimu. Percaya padaku."

Aku tidak mengubris komentar Lana dan fokus ke arah permainan Yoongi versus Jung Hoseok. Kalau masalah hinaan, sepertinya Lana akan menjadi orang yang menduduki peringkat satu, pikirannya semuanya negatif tentang Yoongi. Kalau aku? Sebagai adik baik, aku percaya kakakku seratus persen, terkadang.

Yoongi sangat jago main basket. Apa cita-citanya dulu ingin menjadi pemain basket? Badannya yang kecil itu bisa menyalip tim lawan dengan mudah, berkali-kali aku lihat dia lempar bola shoot ke ring. Lana ramai sekali di sampingku, menyebut nama Yoongi keras-keras tapi selang lima menit dia akan berpihak ke Jung Hoseok.

Aku rasa Yoongi menang hari ini.

Dia sudah menyengir sendiri di lapangan, lalu memberikan senyuman menantang ke arah Jung Hoseok. Masalah mereka apa sih?

"Yoongi! Disini! Wow! Kau melakukan dengan baik!" seru Lana, "Si sialan itu bisa main bola basket, sial, aku terharu." Ucapnya sendiri.

Yoongi melihat kami. Dia pasti malu karena Lana menyebut namanya keras sekali sampai tim nya menunjuk-nunjuk ke arah kami. Aku tidak ingin melihat Lana, aku rasa dia suda berjoget ria.

Jung Hoseok? Dia tidak terlihat kesal. Aku tidak bisa menebak ekspresi wajahnya, tapi dia berjalan kemari. Entahlah, mungkin tidak spesifik dalam artian kemari, mungkin dia hanya ingin lewat dan menuju ke belakang.

"Jung Hoseok! Tenang saja kau tetap keren, seperti biasanya," Lana melontarkan pujian kepada Jung Hoseok, Lana sangat baik.

"Benarkah? Terima kasih, Lana," balas Jung Hoseok. Wow, dia tahu nama Lana. Keren.

Aku melihat Jung Hoseok yang tengah melihatku juga, aku tersenyum sambil menunjukkan jari jempolku ke arahnya. Dia juga bagus permainannya lagipula. Niatku menunggu dia sampai dia benar-benar pergi dari hadapanku tapi justru dia malah mendekat ke arahku.

Aku tersentak saat dia menarik tanganku untuk berdiri. Aku berhadapan dengan Jung Hoseok, ekor mataku menangkap Lana yang shock melihatku dengan Jung Hoseok. Wajahnya berkeringat banyak, rambutnya lepek, headbands nya basah. Tapi dia mau apa?

Lesung pipinya muncul. Bibirnya membentuk lengkungan tipis saat dia tersenyum.

Tapi bibir nya seolah berbicara kepadaku, kalau dia penasaran.

Penasaran bagaimana rasanya menciumku?

Mungkin itu yang bisa aku jelaskan.

--

woy kuliah capek, tapi pas tau tau ngerjain makalah seharian full effort, presentasi selesai, lancar walaupun keringetan nervous gitu, rasanya enak ya. Kaya.... kaya ada manis manisnya gitu (belum tau besok sore)

blue sideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang