empat belas

333 54 8
                                    

KEMBALI lagi ke saat dimana aku harus menunggu Yoongi dan Lana karena kelasnya yang belum juga selesai. Aku bingung, kenapa sih hanya kelas mereka yang banyak memiliki kelas tambahan, kelasku jarang sekali punya kelas tambahan. Wah, curang?

Rasanya suara pekikkan komplain Lana terngiang di telingaku. Ya ampun, seperti suara setan.

"Selalu menunggu ya?"

Aku mendongak, mendapati laki-laki tinggi yang berdiri di sampingku. Tidak lama, karena setelahnya dia langsung menempatkan bokongnya di alas kursi tepat di sampingku. Kepalaku mengikuti pergerakan tubuhnya. "Iya, selalu. Mereka tidak pernah menungguku, selalu aku." Tambahku. Membuat-buat perkataanku seperti orang yang depresi cinta.

Jung Hoseok tertawa kecil. Diam-diam aku menikmati bagaimana suara khasnya mengalun di udara, memang suara ketawanya sangat merdu ya?

"Kalau kau? Aku tidak pernah tahu kenapa kau sering disini, menunggu siapa?"

"Tidak ada."

"Lalu?"

"Hanya ekstrakulikuler."

Mulutku berbentuk O, mengiyakan kalimat Jung Hoseok. "Ekstrakulikuler apa?"

"Modern dance?"

"Wow, aku tidak pernah tahu."

"Karena kau sibuk dengan apa yang ada dihadapanmu." Ucap Jung Hoseok, omongannya persis sekali seperti apa yang dilontarkan Lana. Ia seperti menyindirku secara halus.

Tapi aku membalasnya dengan tersenyum garing di depannya. "Aku sedang berusaha, kok." Ucapku.

"Sejauh apa yang sudah kau lakukan memang?"

"Mhm. . .  Ah!" Aku menjentikkan jariku. "Lari pagi denganmu?"

Jung Hoseok mengeluarkan tawaan sarkatis sekarang. "Sejauh itu?"

Aku mengendikkan bahuku. "Aku bilang aku sedang berusaha."

"Kalau begitu. . . jam 10 nanti. Aku tunggu."

Itu lewat dari jam tidurku.

"Ada perlombaan dance nanti malam, aku tunggu." Lanjutnya.

blue sideWhere stories live. Discover now