[YOONGI'S ROOM]

359 59 11
                                    

[01:15]

LANA melirik Nara yang tengah bernafas stabil dan halus di sampingnya, menandakan gadis yang ia bukan anggap sebagai adik kecilnya melainkan anak perempuannya itu sudah tidur terlelap. Kedua mata Lana melirik langit langit kamar yang berhias tempelan bintang-bintang yang glow in the dark, warnanya kuning pudar di tambah langit kamar Nara yang sengaja di warnai biru tua di atasnya membuat langit-langit itu tampak nyata.

Menghela nafas beratnya, gadis itu beranjak dari ranjang Nara dan melangkah menuju pintu kamar Nara dan keluar dari kamar itu. Kini, tatapannya berada di pintu berpoles cat hitam tepat di depan pintu kamar Nara, kamar Yoongi.

Tanpa ragupun Lana memutar kenop pintu kamar Yoongi.

"Lagi?"

Suara berat milik Yoongi menyapanya begitu ia menutup pintu kamar lelaki itu dengan sangat pelan. Lana mengangkat bahunya dan duduk di ranjang milik Yoongi.

"Kau baca apa?"

"Kau tidak akan tahu." Jawab Yoongi tanpa melihat Lana.

Gadis itu mendengus kesal kemudian akhirnya dia menjatuhkan tubuhnya di samping laki-laki itu.

"Ah, pergi sana." Ucap Yoongi, merasa terusik dengan kedatangan Lana.

"Luka-mu masih sakit?"

"Menurutmu?" Cetus Yoongi.

Lana memposisikan tubuhnya miring menghadap Yoongi. Matanya memerhatikan lekuk wajah laki-laki itu seksama, ada luka lebam merah kebiruan di pipinya, goresan kecil merah di batang hidungnya, dan luka di dekat bibirnya.

Kenapa dada Lana terasa sesak ya?

"Yoongi," ucap Lana pelan. "Aku ingin menangis deh."

"Jangan."

"Yoongi," panggil Lana lagi. "Mataku sudah berair."

Yoongi mengerang pelan lalu kedua tangannya menutup buku nya paksa, ia mengubah posisi tidurnya menjadi duduk dan melihat Lana. Yang benar saja, gadis gila yang sudah menjadi sahabat enam tahun terakhirnya ini sudah meneteskan air mata, membiarkannya meluncur di pipi mulusnya.

"Kenapa lagi? Aku tidak apa-apa!" Ucap Yoongi, lebih ke nada tidak suka menurut Lana.

Lana mengusap pipinya. "Bagaimana ini Yoongi?"

"Bagaimana-bagaimana? Kau yang bagaimana? Aku harus bagaimana?"

Lana juga merubah posisinya menjadi duduk, menghadap Yoongi. "Aku kesal. . . Bagaimana kau membiarkan Jung Hoseok meninjumu sampai wajahmu terluka seperti itu."

"Hei, aku sudah melawannya."

"Tapi tetap saja kau juga terluka."

"Memangnya ini perkelahian banci dengan banci? Ini perkelahian pria, tahu? Sudah, jangan menangis lagi."

Lana mendongakkan kepalanya ke atas, matanya kembali di pertemukan oleh langit langit kamar Yoongi yang di penuhi dengan gantungan planet-planet. Setelah itu ia merasakan sebuah tangan yang sudah mengusap punggungnya lembut.

"Aku tidak apa-apa. Aku tidak akan mati."

Yoongi menatap Lana yang tengah menenangkan diri dengan mengibaskan tangannya ke wajahnya. Nyatanya, di balik sifat gila yang Yoongi tidak tahan itu, terkadang gadis yang berada di hadapannya sering meluangkan waktunya untuk menangis, yang kadang-kadang bukan sesuatu yang harus ditangisi.

Lana akan menangis jika seseorang yang ia sayangi terluka. Memang wajar sih, tapi itu termasuk seperti Yoongi yang babak belur akibat berkelahi, Nara yang tergores pisau akibat kecerobohannya, dan Ibu nya ketika sakit, atau Yoongi yang sakit, atau Nara yang sakit.

Tapi Lana bukan tipe yang langsung menangis histeris. Hanya pada pukul satu lebih limabelas menit ketika ia mendongakkan kepalanya ke atas langit-langit dimana pikiran dan raganya juga terbang di atas langit-langit.

"Mau minum?"

"Aku tidur dengan Nara malam ini. Jangan gila."

"Padahal aku hanya ingin menawarkan bir."

"Mana?"

"Munafik." Decak Yoongi.

Gadis itu sudah menyengir lagi. "Sori. Bir tanpa alkohol 'kan?"

Yoongi tidak menghiraukan pertanyaan retoris milik Lana dan berjalan ke arah lemarinya, ia mengeluarkan dua kaleng bir dan melemparkan satu kalengnya kepada Lana.

Tapi tidak Lana tangkap.

"Tolol! Kenapa tidak ditangkap?!" Desis Yoongi kesal.

"Aduh, otakku sedang tidak sinkron! Apa yang kau harapkan?! Aku habis mengalami mental breakdown! Dan ini semua gara-gara kau!"

"Memangnya kapan otakmu sinkron, hah?!"

"Tutup mulutmu sialan, Nara nanti terbangun!"

--

aku post part-part yang tersisa ya dari cerita ini:(

blue sideWhere stories live. Discover now