blue side

tiga belas

"ADUH wajahmu tidak enak dipandang sialan, jangan melihat ke arahku dulu sampai kau benar-benar sembuh!"

Aku menatap Yoongi khawatir lalu memeriksa wajahnya sejenak, "Padahal aku memperbolehkanmu untuk tidak masuk sekolah." ucapku.

Yoongi mengangkat bahunya, "Yang ada si Kuda itu makin macam-macam."

Aku menghela nafas. "Aku bilang 'kan aku tidak apa-apa. Lagipula ada Lana."

"Aku tidak percaya dengannya."

"Jangan sampai tanganku berbaik hati untuk mendarat di wajahmu Min Yoongi!" Seru Lana.

Aku memeluk beberapa buku paket milikku. Mengiyakan Yoongi yang memerintahkanku lagi untuk menghubunginya sesaat kelas sudah selesai, baik saat istirahat dan setelah jam pelajaran terakhir. Wajahnya sudah cukup lebam kalau aku harus membantahnya, yang ada dia semakin sakit kepala.

"Aku akan ke kelasmu! Tenang saja!" ujar Lana dari kejauhan.

Tapi benar kata orang-orang, ketika langit cerah dan cuaca yang bersahabat, hidup suka memberikan kejutan yang amat mengejutkan. Mungkin untuk Yoongi kalau dia tahu nyatanya aku dipertemukan kembali dengan Jung Hoseok di tempat loker. Aku menoleh ke belakang, memastikan kalau Yoongi dan Lana sudah jauh dari radar. Aman, tidak ada ronde dua.

"Oh, kau disana?"

Aku kembali menoleh ke sumber suara, kali ini menyapanya dengan lambaian satu tanganku. "Kita bertemu lagi."

Tadi pagi kami memutuskan untuk lari lagi selama tigapuluh menit lamanya, kalau tidak salah. Dan selama waktu itu, ternyata seseorang yang bernama Jung Hoseok tidak terlalu buruk seperti bagaimana Yoongi mengucapkan namanya dengan penuh kekesalan. Jung Hoseok orangnya sangat pandai berbicara. Sekali-kali dia melontarkan banyak candaan kepadaku dan aku? Aku hampir dibuat nangis olehnya, dia sangat humoris.

"Mau ke kelas bersama?"

"Kau dan aku satu kelas?"

"Tidak." Dia tersenyum, kali ini tidak meringis seperti tadi pagi. "Tapi kelas kita bersebelahan."

"Oke. Asal tidak sampai ketahuan Yoongi, itu tidak akan jadi masalah."