Gadis Lugu dan Tuan pintar

70 45 13
                                    

Author pov

Kate telah memberitahukan semua yang dia ketahui tentang Alison kepada Jane.

Mereka semua berkumpul dikantin untuk makan siang dan mengambil nampan masing-masing.

Jane duduk di salah satu meja yang ada disana sambil menunggu teman-temannya selesai mengambil makanan.

Jane melihat kearah Arthur dan teman-temannya yang juga datang untuk makan siang.

Austin menyapa Jane dan Jane membalas sapaannya. Dia menyapa Sunny sambil melambaikan tangannya saat Sunny lewat tepat didepannya. Tapi Sunny hanya membalasnya dengan sebuah lirikan tajam dan kemudian duduk di depan Jane.

Gwen yang sudah selesai mengambil makanan tidak menyadari Keant berjalan dibelakangnya untuk mengambil makanan. Gwen berbalik sambil mengucapkan terima kasih kepada guru penjaga kantin dan tidak sengaja menabrak Keant dan menumpahkan semua makanannya di tubuh Keant.

"Maafkan aku!! Apa kau baik-baik saja?!!" kaget Gwen yang langsung membersihkan semua makanannya di pakaian Keant.

Keant mundur beberapa langkah dan membersihkan sendiri makanan yang tumbah itu meskipun bajunya sudah basah karena tersiram kuah sup.

"Apa kau tidak punya mata?!" ucap Keant sambil terus menyeka makanan itu.

"Maafkan aku. Tapi bukan aku yang tidak punya mata karena menabrakmu tapi kau yang salah karena muncul secara tiba-tiba dibelakangku!" ucap Gwen sambil memajukan sedikit bibirnya.

Semua mata orang di tempat itu tertuju kepada mereka berdua.

"Apa kau bilang!! Sudah jelas kau yang menabrakku!!" Bentak Keant yang sedikit emosi.

"Aku tidak peduli! Intinya aku sudah minta maaf padamu" ucap Gwen dengan santai dan membuat Keant benar-benar terkejut dan tidak terima.

"Apa kau pikir minta maaf bisa menyelesaikan semuanya. Karena kau tubuhku tersiram kuah sup yang panas itu!!" bentak Keant yang sudah emosi.

James yang melihat ini langsung menarik Keant untuk menyudahi pertengkaran mereka.

"Kalau begitu kau oleskan saja obat pada tubuhmu itu. Kenap susah sekali?" jawabnya dengan sangat santai sambil tersenyum.

Gwen tidak memperdulikan Keant yang benar-benar emosi karena perkataannya. Dia berlalu melewati Keant dan duduk didekat teman-temannya yg lain.

Kevin langsung menarik Keant dan mengajaknya untuk pergi ke mengganti pakaian dan Austin pergi ke uks untuk meminta obat.

Di dalam kamar mereka Keant yang titemani Kevin dan Austin. Keant benar-benar kesal karena ulah Gwen.

"Lupakanlah." ucap Kevin sambil membantu mengolesi obat ke tubuh Keant.

"Bukankah dia gadis gila? Dia benar-benar gadis aneh dan bodoh yang pernah ketemui. Bagaimana mungkin ada gadis bodoh seperti dia di dunia ini? Benar-benar mmenyusahkan" Ucap Keant yang masih kesal .

Austin tertawa keras dan Kevin menahan tawanya dengan mengkatup rapat mulutnya.

"Kenapa kalian tertawa?" tanya Keant yang bertambah kesal karena ulah mereka berdua.

"Tadi itu benar-benar lucu. Melihat ekspresimu yang benar-benar kesal, kau seperti akan menerkamnya tadi. Itu lucu sekali" ucap Austin yang masih tertawa terpingkal-pingkal dan kali ini Kevinpun tidak bisa menahan tawanya yang akhirnya terlepas itu.

Mereka berdua tertawa dengan keras sambil memegang perut mereka dan membuat Keant semakin kesal dan berdiri lalu meninggalkan kamar.

"Tunggu kami Keant!!" Ucap Austin yang masih setengah sadar. Kevin menghentikan tawanya lalu menyusul Keant yang sudah pergi lebih dahulu diikuti oleh Austin dibelakangnya.

Jane pov

Aku melihat Arthur yang duduk dibangku taman saat aku selesai makan siang.

Aku membeli sebuah roti saat dikantin tadi. Roti itu adalah sebuah roti yang sama yang diberikan Arthur padaku waktu itu.

Aku menghampirinya dan duduk disampingnya. Aku menatapnya dan dia melihat kearahku sekilas lalu memalingkan lagi wajahnya kedepan.

"Kau mau?" tanyaku sambil menyodorkan sebungkus roti itu padanya tapi dia tidak mengambilnya dan hanya menatapku.

"Kau saja yang makan." ucapnya lalu memalingkan wajahnya kembali.

Aku membuka bungkus roti itu dan memakannya perlahan.

"Aku tidak pernah makan roti-roti seperti ini sebelumnya tapi aku mulai menyukainya saat kau memberikannya padaku waktu itu. Rasanya cukup enak." ucapku sambil memakan roti itu perlahan.

Arthur menatapku cukup lama dan membuatku merasa aneh. Aku memasang wajah bingung sambil mengerenyitkan dahiku.

"Apa kau semanja itu sampai tidak pernah makan roti?" ucapnya sambil memalingkan lagi wajahnya.

Dia selalu memalingkan wajahnya setiap kali dia bicara. Tapi dia tidak sedingin sebelumnya.

"Alasannya karena aku tidak pernah suka roti sejak aku kecil." ucapku pelan sambil menatap kedepan.

Aku melihat taman itu sudah lebih baik daripada sebelumnya, saat Gwen menghancurkannya menjadi porak poranda.

"Siapa nama lengkapmu?" tanyaku tanpa melihatnya.

Aku benar-benar malu karena tidak mengenal semua nama lengkap teman sekelasku.

"Arthur Alcander." ucapnya dan aku langsung melihatnya saat dia menyebutkan namanya lalu mengangguk pelan.

"Boleh aku tahu sesuatu?" tanyaku tanpa memalingkan pandanganku darinya yang bahkan tidak menatapku.

"Apa?" jawabnya dingin.

"Apa kau selalu seperti ini? Selalu dingin kepada semua orang atau hanya kepadaku. Karena aku berpikir kau begitu kepadaku karena terlalu membenciku." tanyaku dan lalu dia menatapku.

"Aku memang begini. Kenapa aku harus membedakanmu dengan orang lain?" jawabnya dan aku tersenyum senang karena dia tidak membenciku.

"Boleh aku juga bertanya?" tanyanya dan aku mengangguk.

"Kenapa kau merasa semua orang tidak menyukaimu?" tanyanya dan aku menarik napas singkat.

"Karena sudah seharusnya seperti itukan?" ucapku sambil tersenyum kembali.

"Kau terlalu pesimis. Aku tidak suka orang-orang seperti itu. Jangan lakukan itu jika kau tidak mau aku membencimu juga" ucapnya sambil menatap kedepan.

Kata-katanya benar-benar menyentuhku. Aku bangkit dan berdiri didepannya sambil tersenyum senang.

"Aku tidak peduli! Setidaknya aku punya kau yang tidak membanciku sekarang. Aku bisa menganggapmu temanku mulai sekarang" ucapku sambil tersenyum lebar dan dia menatapku sambil tersenyum tipis.

Aku pergi meninggalkan dia disana dengan perasaan senang.

magic power of the knightsOù les histoires vivent. Découvrez maintenant