Aku Kate Meminta Maaf

41 13 85
                                    

Selamat membaca semua.  Jangan lupa votement.

Kate pov

Aku menggerak-gerakkan tanganku naik turun,  diikuti oleh air yang mengikuti gerakanku.  Bola air terbentuk sempurna , mengapung diatas tanganku.

Bola itu tidak pecah selama beberapa menit.  Bukankah aku sudah hebat?  Kekuatanku tak lagi sama seperti dahulu.

Sejujurnya aku benci hidup dengan kekuatan ini.  Prinsip kehidupan yang menurutku tak seharusnya ada, mengekang semua orang. 

Bagaimana mungkin hidup ini ditentukan oleh kekuatan?  Jika kau ingin bertahan hidup di dunia yang kejam ini maka kau harus kuat.

Membunuh jika tidak mau dibunuh!

Kejam bukan?  Yah memang begitulah kehidupan.  Tapi aku tidak ingin hidup seperti itu.  Aku ingin berhenti menyakiti orang lain dengan tanganku.  Tangan yang bisa melenyapkan nyawa orang dengan mudah.

Aku ingin berhenti menyakiti orang lain!!

Kebencianku terhadap diriku sendiri karena kekuatan ini,  dimulai saat aku masih kecil.

Aku Kate Hanslet adalah seorang putri tunggal dari pasangan karlos Hanslet dan tercy Hanslet.  Namaku Kate adala  penggabungan dari kedua nama orang tuaku,  karlos dan tercy. 

Sebagai seorang anak tunggal , ayahku mendidikku dengan tegas untuk menjadi seorang penguasa. 

Aku kecil dibesarkan hanya oleh para pembantu, aku menyayangi mereka tapi ayahku selalu berkata

"Kau anak bangsawan!  Beraninya kau bermain dengan para budak itu!!"
Jika ayahku melihat aku bersikap lembut kepada para budak itu,  ayahku akan langsung melenyapkan mereka. 

Aku takut dan merasa bersalah setiap kali ayahku membunuh mereka karena aku,  jadi aku selalu sendirian dan kesepian. 

Hari itu angin bertiup sangat kencang,  mengibaskan kencang tirai dari jendela yang tidak tertutup.  Aku duduk sendiri di pojokkan kamar sambil memeluk lutut.  Kubenamkan kepalaku sambil menangis.

Terdengar suara pintu yang terbuka,  aku tidak ingin menoleh kearah sana. Mungkin itu hanya ibu yang mencoba mencariku,  tapi dia tidak peduli dengan keadaanku setelah dia melihatku.

"Halo nona, kau kesepian?" suara anak kecil itu membuatku terbelalak kaget. 

Aku menatap kearah suara itu dan sangat terkejut.

"Apa yang kau lakukan disini!!  Beraninya kau menginjakkan kaki didalam kamarku!!  Dasar budak rendahan!!" teriakku sambil berdiri.

Anak itu terlihat sedih dan hampir menangis, air mata menitik dari matanya tapi dia mengusapnya kembali. 

"Baiklah tuan putri, aku akan menuruti apa yang kau katakan.  Aku kemari karena mendengar suara orang terisak, aku khawatir dan memberanikan diri kemari. Baiklah kalau begitu aku undur diri" ucapnya sambil membungkuk rendah.

Aku menatap punggungnya yang berbalik menuju pintu. 

"Tunggu" ucapku parau dan dia berbalik sambil tersenyum.

" Ya tuan putri?"

"Siapa namamu?"

"Elly tuan putri"

"Maukah kau temani aku sebentar saja,  aku takut" aku sedikit memelas dan dia masih saja tersenyum.

Gadis kecil itu berlari kearahku dan menarik tanganku ntuk ikut berlari bersamanya.

"Kita mau kemana?" tanyaku sambil terus berlari.

"Ke tempat yang sangat menyenangkan putri" jawabnya semangat

Kami terus berlari hingga dia berhenti dan melepaskan genggaman tangannya.  Tempat itu adalah taman yang dipenuhi bunga-bunga dan hewan-hewan kecil.  Ada sebuah rumah pohon tak jauh dari sana.

Tanpa terasa, entah bagaimana caranya aku bisa sangat akrab dengan anak pelayan itu.  Kami seperti saudara yang kemanapun selalu bersama.

Setiap kali ayahku melihat aku bersamanya,  aku akan langsung bersikap sangat tegas dan menbentak-bentak dia dengan kasar.

Aku sudah menjelaskan ini kepada Elly dan dia cukup mengerti.  Meskipun aku tahu dia pasti terluka dengan sikapku yang seperti itu.

Saat malam tiba,  aku sering mengendap-endap keluar dan berlari menuju rumah pohon untuk mencari Elly, dia selalu ada disana. Kami sering melihat bintang dan membaca cerita bersama,  terkadang aku juga sering mencuri cemilan di dapur untuk kami makan bersama di atas rumah pohon itu. 

Tak terasa pertemanan itu sudah berlangsung selama 3 tahun, hingga semuanya sirna hanya dalam sehari.

Aku membunuh Elly!

Hari itu Elly mengambil mainanku dan memintaku untuk mengambiln a kembali.  Dia menggenggam mainan itu  sambil berlari, aku terus mengejarnya tapi tak pernah kudapatkan dia hingga akhirnya aku sangat kesal.

Aku menyuruh Elky untuk berhenti tapi dia tidak mendengarkanku dan masih berlari sambil tertawa riang.

"Elly Hentikan!!" aku menyuruhnya untuk berhenti dengan tanganku.

Tapi kekuatan itu keluar dari tanganku dan membuatnya menghantam keras kearah pohon.
Kepalanya terbentur dan darah mengalir deras, Elly tak sadarkan diri.
Aku menjerit sebisaku untuk meminta pertolongan,  tapi tetap saja aku tidak bisa menyelamatkan nyawanya. 

Ayahku bersikap santai atas kematian Elky dan menyuruh orang untuk menguburnya secara layak.  Bukannya marah karena perbuatanku,  dia malah bangga atas apa yang aku lakukan.

"Aku membunuh orang" ucapku sedih sambil menatap ayah yang sama sekali tidak peduli.

"Bukankah bagus?  Kau sudah bisa bersikap berani,  lagipula anak seperti itu hidupnya juga tidak akan lama.  Dia mati secara terhormat karena kau yang membunuhnya" ucapnya sambil mengelus kepalaku.

Aku menampis tangannya dan menatap dengan penuh kebencian.

Aku benci dia!! 

Sampai sekarang aku masih sangat kecewa dan marah kepada kedua orang tuaku.

Kematian Elly membuatku sangat terpukul. Aku seperti orang gila yang ketakutan dan dihantui rasa bersalah.
Aku semakin kesepian dan menutup diri dari dunia luar, hingga akhirnya James datang dan menggantikan tempat Elly.

Elly merasakan hal yang sama,  seperti yang aku lakukan kepada James dan juga Jane.

Maafkan Aku Elly,  aku manusia hini yang mungkin tak pantas hidup.  Seharusnya aku saja yang mati,  bukan gadis suci tak berdosa sepertimu.

Maafkan aku karena ini tidak adil, tapi kekuasaan yang membuatku tidak bisa berkutik.  Seandainya aku bukan seorang putri, ini semua tidak akan terjadi.

🌸🌸🌸o

Bagi yang minta chapter tentang James sama Kate itu setelah chap ini.  Jadi thor bakal bahas soal kehidupan Kate Hanslet,  rival jane.

magic power of the knightsOù les histoires vivent. Découvrez maintenant