Prolog

134 29 31
                                    

Semua orang tahu, kehidupan ini adalah mengenai sebuah pilihan. Pilihan bagaimana caranya dapat menjalani hidup. Menjadi seseorang yang berguna, bijaksana, pemberani dan pantang menyerah. Bahkan kebalikannya, menjadi seseorang yang brengsek, pengecut dan pecundang. Itulah pilihan hidup.

Keheningan dapat menyadarkanmu tentang apa yang seharusnya kamu pilih tanpa menjelaskan apa-apa kepada siapa pun. Keheningan mampu membuatmu tersadar dan menciptakan sesuatu, juga menentukan ke mana harus bersandar, memastikan langkah dan memantapkan tujuanmu. Yaitu, gedung sekolah.

Setiap langkahmu seakan terasa berat. Menaiki anak tangga sampai pada lantai yang paling atas. Kamu berjalan menyusuri setiap sudut atas gedung, lalu memilih untuk menantang maut dengan berdiri di pinggiran gedung sekolah. Lebih gila lagi, kamu rentangkan kedua tangan seraya menutup mata-seakan sudah siap meluncur jatuh ke bawah sana. Namun, sesekali matamu menatap area bawah gedung, seperti ada perasaan ragu.

Apakah saat ini kamu akan melompat? Jika memang benar, apakah kamu sudah membulatkan tekadmu? Sanggupkah kamu melakukannya? Sadarkah apa yang telah kamu lakukan itu salah? Air mata terlihat mengalir di pipimu.

"Aku telah membuat kesalahan. Setiap kesalahan adalah sesuatu hal yang baru. Aku membenarkan semua kesalahan itu pada rasa kekesalan dan berakhir penyesalan. Keheningan membisikkan sesuatu, bahwa aku harus mengikuti jalanmu. Luella ... maafkan aku!"

Seketika, kamu menjatuhkan diri dari atas gedung, tanpa memikirkan perasaan keluarga dan kerabatmu. Kesalahan tidak akan menjadi kebenaran walau berulang kali diumumkan. Sebaliknya, kebenaran tidak akan menjadi kesalahan walau tidak seorang pun mengetahuinya.

Rasa bersalah atas penyesalan karena kehilangan seseorang dengan cara tragis, bukanlah hal sepele. Setiap detik, setiap menit, setiap jam dan setiap waktu, penyesalan akan selalu membayangi kehidupan. Sudah diputuskan bahwa pilihan akan menentukan bagaimana nasibmu. Memilih untuk melalukan hal yang sama sebagai permohonan maaf kepadanya, itu sudah menjadi pilihanmu sendiri. Namun, memilih menyakiti sampai akhirnya mati bunuh diri, itu adalah pilihanmu. Bukan takdir.

*****

Kesalahan Mematikan (TAMAT) Where stories live. Discover now