prollog

181K 2.9K 27
                                    

               Wanita cantik itu berjalan sembari memantapkan hatinya untuk tetap tenang. Meski bibirnya sedari tadi tak henti-hentinya memanjatkan doa, untuk kesiapan dirinya menghadapi Bos barunya. Sedangkan di tangan kanannya ada beberapa map, yang banyak di antaranya berwarna merah. Yang akan wanita itu berikan pada atasannya, untuk dimintai tanda tangan.

                 Andini Vinata, nama wanita cantik yang tengah berjalan itu. Sapaanya adalah Andini, atau terkadang Dini di daerah sekitar rumahnya. Hari ini adalah hari pertama Andini bekerja, setelah sekian lama menunggu persetujuan dari pertama wanita itu interview, akhirnya Andini bisa bekerja di Perusahaan yang diinginkannya selama ini. Meski Andini sendiri merasa aneh, kenapa di Perusahaan tempatnya bekerja ini harus memiliki peraturan nyeleneh. Itu karena Karyawan wanita di sini diharuskan berpenampilan seksi dan menarik, tidak hanya dari segi wajah, Karyawan wanita juga dituntut berpakaian yang menonjolkan lekuk tubuh. Contohnya saja seperti yang Andini kenakan sekarang, kemeja pres body dan rok mini di atas dengkul.

                 Sebenarnya bukan hal mudah untuk Andini lakukan, berpakaian seksi selayaknya anak kota metropolitan jaman sekarang. Karena wanita berambut panjang itu terbiasa hidup di daerah pinggir kota, di mana kesopanan cara berpakaian masih sangat dipertahankan. Tapi mau bagaimana lagi, Andini harus tetap melakukannya meski dengan rasa sangat amat terpaksa. Bukan tanpa alasan Andini mau bekerja di Perusahaan tersebut, selain karena passionnya ada di sana, Perusahaan tempatnya bekerja itu juga sangat dekat dengan tempat di mana Tunangannya bekerja.

                Namanya Bayu Handoko, laki-laki sederhana yang sudah meminangnya hampir setahun yang lalu. Yang saat ini sudah sah menjadi Tunangannya sejak saat cincin yang Bayu berikan, disematkan pada jari manisnya Andini. Wajah Bayu sendiri tidak bisa dikatakan tampan tapi juga tidak bisa dikatakan jelek, meski begitu Andini tidak menilainya dari sana. Karena Andini sudah jatuh cinta dengan laki-laki sederhana itu, dari caranya menghormati wanita dan ketaatannya akan agama. Ya, sosok Bayu sendiri memang lugu dan santun, membuat Andini begitu mudah menerima pinangannya bahkan tanpa berpikir panjang lagi pada saat itu.

              Tinggal beberapa bulan lagi, Andini akan menikah dengan Bayu. Membuat darah wanita itu serasa berdesir dan memanas bila mengingatnya, terlebih membayangkan bagaimana bila nanti mereka sudah menikah dan menjalani kehidupan rumah tangga. Rasanya Andini sudah tidak sabar menunggu hari itu, hari di mana Bayu menjabat tangan Ayahnya sembari melontarkan kata-kata ijab yang indah, selayaknya ia bersenandung saat membaca al-qur'an.

               "Astaga. Aku harus fokus pada pekerjaanku sekarang! Dan bisa-bisanya aku justru membayangkan pernikahanku dengan Mas Bayu yang sebentar lagi akan digelar." Andini menggerutu pelan sembari kembali memantapkan hatinya untuk menemui Bosnya kali ini. Sampai saat Andini melihat pintu bertuliskan Ruang CEO tidak jauh dari tempatnya, membuat Andini segera melangkahkan kakinya untuk segera mengetuk pintu tersebut.

               "Permisi Pak," sapa Andini dari balik pintu sembari mengetuk papan kayu tersebut. Namun, Andini justru tidak mendapat sahutan dari dalam, membuat kening Andini mengkerut merasa bingung dengan apa yang harus dilakukannya sekarang. Meski pada akhirnya, Andini mencoba lagi untuk mengetuk pintu dan menyapa Bosnya dengan nada sedikit lebih tinggi.

               "Permisi, Pak." Lagi, Andini tidak mendapat sahutan lagi kali ini, membuat Andini berpikir bila Bosnya tidak ada di ruangannya kali ini. Sampai saat Andini memutuskan melangkahkan kakinya, untuk kembali ke meja kerjanya.

               "Tapi ... kata Ellena, Bos ada di ruangannya kok. Apa aku masuk saja ya?" gumam Andini pelan, sembari menatap pintu berbahan kayu itu dengan sorot mata keraguan. Meski pada akhirnya kakinya melangkah juga ke arah sana dan membuka pintu tersebut, yang nyatanya tidak dikunci. Membuat Andini yakin, bila Bosnya memang berada di ruangannya sekarang.

               "Permisi," sapa Andini pelan seolah berbisik pada udara, kala tubuhnya sudah sepenuhnya masuk di dalam ruangan tersebut.

               "Pak," panggil Andini dengan nada yang sama, kala matanya tak mendapati seseorang pun di meja kerja Bosnya. Sampai saat Andini mencari ke sisi lain dari ruangan tersebut, namun matanya justru menangkap sosok laki-laki tengah tengkurap di sofa panjang yang berada di sisi ruangan.

             "Pak ... ah ... terus Pak!"

              Mata Andini seketika mengerjap kaku, kala telinganya baru saja mendengar suara desahan wanita yang berasal dari sofa tersebut. Membuat Andini kesusahan bernafas bahkan hanya untuk menelan salivanya sendiri. Meski begitu, rasa penasarannya justru membuat kakinya melangkah untuk mencari tahu tentang apa yang sedang laki-laki berjas itu lakukan di sofa tersebut.

                Namun semua seakan tidak bisa Andini percaya, kala matanya lagi-lagi melihat seorang wanita yang tengah terlentang dengan kondisi kakinya mengakang lebar, berada di bawah laki-laki tersebut. Membuat Andini tanpa sadar menjatuhkan map yang sedari tadi dipegangnya, bahkan ekspresinya tidak bisa dikatakan biasa saja, karena mata Andini membulat sempurna seolah akan lepas dari cangkangnya.

             "A ... apa yang sedang kalian lakukan?" Andini bertanya dengan nada syok sekaligus tak percaya, terlebih karena matanya melihat tubuh si wanita hampir tidak memakai baju di sofa tersebut. Membuat pikiran negative kian bercabang di otaknya, tentang apa yang sebenarnya sedang mereka lakukan.

My Bastard Boss (21+) (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang