Part 15

66.6K 1.9K 48
                                    


Andini kembali berjalan ke dalam kosnya, lalu menutup pintunya rapat-rapat dan menguncinya. Kakinya kembali melangkah ke arah sisi ranjang dan duduk di sana, lalu tangannya mengudara ke arah meja kecil untuk membuka lacinya. Tangannya menggeraya ke dalam, untuk mencari barang yang ingin dipakainya. Sampai saat Andini merasa sudah menemukannya, Andini mengambil benda kecil pesergi panjang itu dengan tangan bergetar. Matanya kian memanas, menatap ke arah benda itu, seolah meminta hidupnya diakhiri dengan segera.

Perlahan, Andini menarik pelatuk kater di tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya ia angkat ke udarah, menunjukan urat-urat nadinya yang masih terbungkus kulit lengannya. Dengan tangan yang masih bergetar, Andini mengarahkan pisau kater ke arah lengannya sembari melafalkan kata maaf untuk Bayu dan ke dua orang tuanya, yang mungkin akan kecewa dengan tindakan bodohnya saat ini. Namun, Andini juga tidak ingin melihat ke dua orang tuanya kecewa, karena ia telah membatalkan pernikahannya dengan Bayu, yang sudah dirancang jauh-jauh hari oleh ke dua belah pihak keluarga mereka.

"Maafkan aku, Mas. Maaf, karena aku tidak bisa menjaga tubuhku untukmu. Maaf, karena aku tidak bisa lagi bersamamu. Dan maaf, aku harus pergi dari Dunia ini." Andini memejamkan matanya, dengan semakin mendekatkan kater di tangan kanannya ke arah pergelangan kirinya.

"Maafkan Andini, Ayah, Bunda. Andini hanya bisa mengecewakan kalian, tanpa Andini bisa membanggakan keluarga kita."

"Sekali lagi, Andini minta maaf. Andini harus memilih pergi, karena Andini sudah tidak pantas lagi di Dunia ini, Ayah, Bunda."

Dengan sangat perlahan, Andini menusukkan pisau kater pada lengannya, lalu menyayatnya secara perlahan dan dalam. Membuat tetesan darah segar keluar deras dari lengannya, mengalirkan cairan kental merah ke pangkuannya. Sampai saat Andini tidak mampu menopang tubuhnya sendiri, saking banyaknya darah yang keluar dari lengannya. Membuat wanita itu seketika ambruk di atas ranjangnya, diiringi matanya yang mulai melemah, seolah tak memiliki daya untuk tetap terjaga.

Saat ini, yang bisa Andini lakukan hanya menunggu waktu sampai saat kematiannya tiba. Merasa sudah sangat pasrah, dengan apa yang akan terjadi pada dirinya nanti. Karena bagi Andini, dirinya bukan lah apa-apa sekarang, selain sampah yang akan mempermalukan keluarganya kelak. Dan tindakan ini yang Andini pilih, bunuh diri hingga mati. Setidaknya, Andini tidak akan merasa bersalah melihat tangis orang tuanya pecah, karena melihatnya tak lagi suci untuk Suaminya nanti.

"Bunda ... Ayah ... maafkan Andini." Lemas dan hampir kehilangan kesadarannya, Andini masih mampu bergumam meski itu sangat lirih dan pelan. Sampai saat ada suara ketukan pintu menggema, menandakan ada seseorang yang ingin berniat bertamu.

"Andini," panggil seseorang itu, yang tidak bisa Andini dengar jelas suaranya, karena kesadarannya hampir sepenuhnya menghilang.

Di balik pintu itu, Bara mengetuk pintu, di mana kata orang-orang sekitar, rumah kecil berbentuk kos itu adalah tempat Andini tinggal. Namun, ketukan jari-jarinya tak kunjung membuahkan hasil, karena empunya tak kunjung membukakan pintu. Membuat laki-laki itu kian gelisah dan khawatir, karena yang Bara tahu, Andini adalah sosok wanita yang sangat tangguh bila soal mempertahankan kehormatannya. Namun apa jadinya, bila Bara justru memperkosanya dan mengambil paksa kehormatannya. Tentu, kemungkinan paling terburuknya, Andini frustrasi menerima segala kenyataanya.

"Andini, buka pintunya! Ini saya, Pak Bara." Kini, suara ketukan itu berganti dengan suara gedoran pintu yang lebih tinggi dari tangan Bara, yang merasa kian khawatir karena tak kunjung dibukakan pintu. Sampai saat Bara menarik knop pintu, berniat ingin masuk tanpa ada kata permisi sebelumnya. Namun, sebelum keinginannya terjadi, tangannya justru tertahan, menandakan pintu itu tengah terkunci.

"Akan saya dobrak pintu ini, bila kamu tidak segera membukakan pintu untuk saya." Bara berujar tegas, sembari menunggu respon dari pemiliknya. Namun, lagi-lagi pintu itu tak kunjung terbuka, membuat Bara geram dengan mengambil ancang-ancang untuk mendobrak pintu tersebut.

My Bastard Boss (21+) (TAMAT)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz