“saat dimana ada seorang seorang puteri kerajaan yang lahir di bawah bulan baru, maka ia harus menikah dengan putera bangsawan tertinggi yang lahir saat matahari membentuk cincin dilangit sore ditahun sebelumnya. Mereka harus bersatu, atau tidak sama sekali”
🌕🔮🌑
Raja Jung Yoonoh berdiri dengan gelisah, pikirannya bercabang antara permaisurinya yang sedang berjuang melahirkan anak kedua mereka dan ramalan yang ia dengar 5 tahun yang lalu saat anak pertamanya lahir. Ia menengadah menatap langit malam dan menghembuskan nafasnya kasar. Bulan baru. Jika anaknya yang baru lahir ini adalah seorang puteri maka ia harus mencari anak bangsawan yang lahir saat gerhana matahari itu secepatnya.
Saat ia sedang berusaha menenangkan hatinya yang gundah, matanya menemukan sang putera mahkota berdiri dihadapannya.
“ayah...”, panggil sang putera mahkota.
“ya, Jeno... ada apa?”, tanyanya sambil berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan sang anak.
“apa ibu akan baik-baik saja? Dari tadi ibu berteriak, apa adik menyakiti ibu?”, Jeno melirik kamar bersalin dibelakang ayahnya dengan ekspresi polos.
“tidak, sayang... ibumu baik-baik saja, adik tidak menyakiti ibu”, jawab Yoonoh sambil tersenyum dan mengusap lembut surai hitam milik putera sulungnya.
“AARRGGH!!”, suara jeritan yang lebih kuat terdengar dari dalam ruangan itu disusul dengan suara tangisan bayi.
Yoonoh bangkit dari posisinya dan menatap pintu geser itu dengan perasaan tidak karuan. Sedetik kemudian seorang dayang membuka pintu dan menawarkan Yoonoh masuk untuk melihat kondisi permaisuri serta anak keduanya. Dengan tangan yang menggenggam tangan kecil Jeno, Yoonoh memasuki ruangan tersebut.
“yang mulia...”, lirih sang permaisuri yang sedang memberi asi pertama untuk bayi di pelukannya, wajahnya masih terlihat pucat tapi senyumnya secerah bunga yang bermekaran di musim semi.
Beban di pundaknya serasa terangkat begitu saja melihat sang permaisuri menjadi beribu kali lebih cantik setelah melahirkan, senyum bahagianya itu membuat Yoonoh jatuh cinta untuk kesekian kalinya kepada wanita cantik yang aslinya bermarga Kim tersebut. Ia tidak pernah menyesal telah mengucapkan janji suci untuk mengikatnya dalam hubungan yang lebih serius enam tahun lalu. Ia bahkan bersumpah tidak akan memiliki selir selama permaisurinya masih ada disampingnya.
“Dongyoung-ah... terima kasih”, Yoonoh mengecup dahi lebar milik permaisurinya tersebut lalu tersenyum.
“Yoonoh... anak kita”, Dongyoung memberi jeda sambil mencium lembut pipi bayi dalam timangannya, “puteri kecil kita”
Kalimat terakhir yang keluar dari mulut Dongyoung seakan membuat beban berat kembali menimpa pundak Yoonoh, perasaannya berkecamuk, ramalan itu akan benar terjadi.
Kini ia mengabaikan permaisuri dan putera sulungnya yang sedang tertawa bersama dalam lamunannya, ia memutar otaknya agar berpikir lebih keras bagaimana cara ia mencari jodoh anaknya tersebut.
🌑🔮🌕
“astaga, tuan muda, tidak boleh berlarian di lorong”, seru seorang pelayan kepada bocah laki-laki yang sekarang sedang berlari di lorong timur Geunjeongjeon.
Lee Minhyung. Bocah itu tidak menghiraukan seruan tersebut dan terus berlari meninggalkan sang pelayan dibelakang sampai bocah itu menabrak seseorang.
Brukk
“ya tuhan”, pelayan tersebut segera menghampiri Minhyung yang sekarang jatuh terduduk, “makanya sudah kubilang jangan berlari, tuan muda”
“tuan puteri!”, seru seseorang dayang kepada orang yang ditabrak oleh bocah tadi lalu membantunya berdiri.

YOU ARE READING
Cursed Destiny [MarkMin] ✔
FanfictionApa yang akan kau lakukan jika tau dirimu terikat dengan sebuah kutukan berusia 150 tahun? Lari? Tidak peduli? Atau malah mencari taunya? ⚠WARN⚠ - BxB - Genderswitch - Typos - No children under 17