🔮
Mark menatap gadis yang terlelap disebelahnya, jam sudah menunjukkan pukul delapan malam dan Mark masih belum pulang, ia tidak bisa meninggalkan gadis ini sementara ibunya belum pulang.
“Renjunie sayang, pakai baju dulu, nanti masuk angin”, Mark mengelus pipi Renjun yang lembut seperti pantat bayi.
Gadis itu membuka matanya dan menatap Mark sayu, ia tersenyum tipis dan mengeratkan pelukannya ke tubuh Mark.
“aku lelah, oppa”, kata Renjun teredam karena ia menyembunyikan wajahnya di dada Mark yang masih terbalut kemeja.
“tapi nanti kamu sakit, sayang, hawanya tambah dingin”, Mark mengelus dan sesekali menciumi puncak kepala Renjun.
“pakaikan”, pinta Renjun manja sambil melepas pelukannya dari Mark.
Lelaki itu bangkit dari kasur dan membuka lemari Renjun untuk mengambil pakaian, saat tangannya hendak mengambil baju milik Renjun, matanya menangkap sesuatu yang menurutnya bisa membantunya memulai percakapan yang ia tunda sedari tadi.
“Renjunie”, panggil Mark yang hanya dibalas gumaman kecil dari Renjun, “aku tidak ingat pernah meninggalkan baju disini?”
Mark berbalik dan menatap Renjun yang kini tubuhnya menegang karena ketakutan. Lelaki itu menghampirinya lalu berjongkok dihadapan gadisnya yang sedang duduk di pinggir ranjang dan membatunya memakai pakaian yang tadi ia ambil dari dalam lemari dalam diam.
“tadi itu pertanyaan, sayang, aku menunggu jawabanmu”, Mark mengangkat kepalanya dan menatap maniknya yang sedikit bergetar.
“oppa...”, lirihnya ragu.
“aku akan percaya selama kamu berjanji tidak akan berbohong”, Mark mengelus pipi mulus Renjun dengan tangan kanannya.
“oppa... aku mencintaimu”, Renjun menggenggam tangan Mark di pipinya dan mencondongkan tubuhnya untuk mengecup bibir Mark tapi berhasil ditolak oleh lelaki dihadapannya.
“kau tidak mencintaiku, Renjun”, Mark bangkit dan menatap Renjun dengan tatapan datarnya.
Mata Renjun semakin bergetar saat melihat sosok Mark yang kini berdiri tegap dihadapannya. Ia mencengkram ujung bajunya sendiri untuk menahan tetes air yang akan mengalir dari kedua maniknya.
“oppa tidak mempercayaiku?”, tanya renjun dengan suara tercekat yang membuat Mark kembali luluh pada gadis yang ia anggap rapuh dihadapannya.
“bukan aku tidak mempercayaimu, sayang, tapi kau sendiri yang tidak meyakinkanku untuk bisa percaya padamu”, Mark membawa tubuhnya kembali berjongkok dihadapan Renjun yang mulai terisak.
“aku belum siap mengatakannya”, lirih gadis itu sambil menatap mata bulat Mark.
“kalau begitu aku juga belum siap percaya padamu”, Mark kembali berdiri untuk beranjak keluar kamar saat Renjun menahan ujung kemeja yang ia pakai.
“aku harus pulang, Haechan pasti akan marah kalau dia tau aku kesini dan belum pulang”, Mark melepasakan cengkraman Renjun dibajunya dengan perlahan lalu menghilang dibalik pintu kamar Renjun.
🔮
Baru saja Mark menutup pintu garasi, ia melihat sebuah mobil berhenti di depan rumahnya. Mark yakin itu adiknya. Ia lalu bergegas untuk membuka gerbang dan menyambut Haechan.
Haechan turun dari mobil dan menghampiri kakaknya, namun ia berhenti dihadapan Mark lalu mengendusi pakaian lelaki itu dan menatapnya datar.
“maaf, tadi dia...”

BINABASA MO ANG
Cursed Destiny [MarkMin] ✔
FanfictionApa yang akan kau lakukan jika tau dirimu terikat dengan sebuah kutukan berusia 150 tahun? Lari? Tidak peduli? Atau malah mencari taunya? ⚠WARN⚠ - BxB - Genderswitch - Typos - No children under 17