11

3.5K 502 10
                                        

🔮

“Lee Chenle, jangan —astaga!”, Haechan segera menghampiri Chenle yang sekarang sedang terisak karena jarinya terluka akibat mengupas apel, “aku sudah bilang biar aku yang mengupasnya nanti, kenapa tidak mau mendengar, eoh?”

Bocah itu tidak menjawab, ia malah menatap Haechan dengan tatapan memelas sambil memegangi jarinya yang berdarah. Oh ya tuhan, mana bisa Haechan marah jika melihat wajah menggemaskan seperti itu.

Gadis itu bangkit dan mengambil kotak obat untuk mengobati luka Chenle. Saat kembali ke ruang tamu, ia menemukan Chenle yang duduk dengan tenang di pangkuan Lucas yang sedang bermain PS melawan Mark.

“Chenle, kemari, biar noona obati lukanya”, panggil Haechan yang mendudukkan dirinya di samping Lucas.

“shireoyo!”, Chenle memberontak dan aksinya ternyata mengganggu Lucas yang sedang fokus bermain.

“ow, ow, calm down, boy! Obati dulu lukamu, jagoan”, kata Lucas yang lalu mencium puncak kepala bocah itu agar tenang di pangkuannya.

“tapi, Cas, obat itu perih”, tolak Chenle sambil menunjuk kotak yang dibawa oleh Haechan.

“ayo, Lele obati dulu lukanya, biar bisa main lagi”, kata Mark yang kemudian menekan tombol pause agar Lucas bisa membantu Haechan mengobati luka bocah itu.

“ayo kemari, jagoan, biar aku yang obati”, kata Lucas sambil mengambil kapas dan obat merah lalu mulai mengobati luka di tangan Chenle.

Bocah berumur 5 tahun itu tenang saat Lucas mengobati lukanya, karena laki-laki tinggi itu melakukannya sambil mengajaknya bercanda. Haechan tersenyum kecil melihat pemandangan itu, ia teringat betapa manisnya sepupu kecil Jaemin.

“nah, sudah selesai”, Lucas mengusap jari telunjuk Chenle yang kini terbalut plester luka. Bocah itu pun hanya tertawa menanggapi perkataan Lucas, “ayo kita main lagi”

Mark dan Lucas pun kembali melanjutkan permainan yang tertunda karena Chenle tadi, sedangkan Haechan sibuk membuka SNS miliknya. Gadis itu sudah biasa berada ditengah situasi seperti ini, diabaikan oleh pacar dan kakaknya sendiri karena sebuah game.

“Mark oppa”, panggil Haechan yang direspon dengan dehaman halus oleh yang lebih tua, “oppa kenal Jeno?”

“oh, kenal”, jawab Mark tanpa mengalihkan pandangannya dari layar televisi, “tingkat dua kan? Jurusan psikologi? Dia King, bukan?”

“king?”, Haechan menoleh ke arah Mark.

“uhm, King of Grades, memangnya Jaemin tidak memberi taumu siapa pasangannya?”

“cih, dia tidak mungkin peduli”, Haechan menyenderkan tubuhnya pada lengan besar Lucas, “selama dia tidak kenal, dia tidak akan peduli”

“lalu kenapa kau menanyakan tentang Jeno?”, tanya Mark.

“menurut oppa... apa Jaemin cocok dengan Jeno?”, pertanyaan Haechan telak membuat Mark tidak fokus pada permainannya.

Lucas yang menyadari keadaan diantara dua kakak beradik itu segera menghentikan permainan dan membawa Chenle masuk ke kamar Haechan.

Haechan menoleh ke arah kakaknya yang seperti sedang memikirkan pertanyaannya barusan.

“oppa?”, Haechan menatap Mark yang kemudian menoleh.

“entahlah, menurutmu?”

“aku... aku juga tidak mengerti, aku rasa mereka cocok, tapi aku tidak mau Jaemin bersama Jeno”, Haechan menghela nafas dan memejamkan matanya, “mungkin karena Jaemin bilang tidak suka padanya?”

Cursed Destiny [MarkMin] ✔Where stories live. Discover now