👨👧
2 jam yang lalu Haechan baru saja pergi setelah Mark memaksa adiknya tersebut untuk pulang. Dan sekarang, Jaemin sedang membereskan beberapa barang yang berpindah tempat seperti alat-alat make up dan lainnya.
Jaemin tidak kesal, karena toh dia juga ikut ambil bagian dalam memberantaki ruang tamunya sendiri, dan ia sendiri yang menelpon Mark untuk datang menggunakan ponsel Haechan saat gadis itu sedang ke kamar mandi.
Ting! Tong!
Jaemin meletakkan tas make upnya diatas meja dan berjalan ke arah pintu utama. Sedangkan kepalanya berpikir siapa kira-kira orang yang datang. Lucas? Kata Haechan pemuda itu sedang sibuk di kampus. Haechan dan Mark sedang pergi entah kemana, atau mungkin ada barang Haechan yang tertinggal? Tapi tadi ia tidak menemukan apapun. Tidak mungkin tukang pos, ia tidak sedang membeli barang secara online akhir-akhir ini. Jadi... siapa?
Jaemin menyalakan interkom dan terkejut melihat orang yang kini sudah berdiri tegap di depan pintu apartemennya. Tunggu! Kapan orang itu bilang akan datang?!
Jaemin bergegas membuka pintu dan menatap orang tersebut dengan tatapan kaget.
"appa?!"
Orang tersebut pun tersenyum lebar memamerkan lesung pipinya, "bayi kecil appa tidak mau memeluk appa sekarang?"
"ewh, stop calling me baby, i'm 20 now", Jaemin mengernyitkan dahinya tidak suka ketika ayahnya berkata demikian, "you didn't tell me?"
"why should i tell you before coming? I have a right to go here whenever i want", Jaehyun, ayah Jaemin, berjalan memasuki apartemen mewah itu setelah Jaemin membuka pintu lebih lebar untuknya.
"aku sedang bersih-bersih, barusan temanku datang dan aku belum selesai membereskan..."
"a boy?"
"ne?", Jaemin mengernyit bingung saat ayahnya tiba-tiba menanyakan hal itu.
"the friend who comes here is a boy?", Jaehyun menatap Jaemin dengan tatapan mengintrogasi.
"girl. My friend is a girl, i'm not that brave to bring a boy come to my apartement", Jaemin mengedikkan bahunya lalu duduk di sofa, diikuti oleh Jaehyun yang kini duduk dihadapannya.
"but...", Jaehyun menatap Jaemin tepat di manik almondnya, "your apartment, smell like boys perfume"
"wait.. what?!", Jaemin syok sebelum akhirnya dia paham apa yang terlewatkan dari penjelasannya, "oh! Tadi kakak dari temanku datang menjemputnya karena katanya ada acara keluarga"
"kau tidak sedang berbohong kan?", Jaehyun menyipitkan matanya.
"what for?", Jaemin menggedikkan bahunya.
"apa yang kalian lakukan disini?"
Jaemin memutar bola matanya jengah dengan pertanyaan sang ayah, "playing. Make-uping each other. Eating. What else? Just like all the other girls do when they are sleep over"
"lalu kenapa ada bau parfum laki-laki disini?"
"i've told you, her brother pick her up. Ada acara keluarga jadi baru saja kakaknya datang menjemput, jadi mungkin bau parfumnya masih menem-"
"tapi kenapa baunya seperti sudah lama? Seperti orang itu sudah disini sejak... semalam?"
Jaemin terdiam lagi. Mata rusanya membulat meskipun tetap terlihat indah, "semalam?"
Jaehyun menatap anak satu-satunya tersebut penuh selidik. Kenapa gadis itu malah terlihat panik? Bukankah kalau memang tidak ada harusnya ia bersikap biasa? Atau malah dengan cepat menyangkal?

YOU ARE READING
Cursed Destiny [MarkMin] ✔
FanfictionApa yang akan kau lakukan jika tau dirimu terikat dengan sebuah kutukan berusia 150 tahun? Lari? Tidak peduli? Atau malah mencari taunya? ⚠WARN⚠ - BxB - Genderswitch - Typos - No children under 17