🔮
Sudah sebulan sejak kejadian malam hari itu, Haechan memilih untuk tidak menggubris kehadiran Mark disekitarnya. Sejak itu pula ia selalu meminta Lucas mengantar jemputnya, karena jadwal mereka hampir selalu sama, berbeda dengan Jaemin yang kebanyakan kuliah siang. Ia bertekad akan begini sampai kakaknya benar-benar putus dari Renjun.
“good morning, Haechan my baby!”, seru Lucas yang berdiri bersandar pada mobilnya saat melihat Haechan keluar rumah.
“morning, Cas”, Haechan menghampiri kekasihnya tersebut dan segera duduk di kursi depan.
Tanpa banyak bicara, Lucas segera memasuki mobil dan membawa mobil itu ke jalan menuju kampus. Di perjalanan, Lucas merasakan ada yang aneh dari Haechan, gadisnya itu hanya diam dan memandangi jalan diluar.
“everything’s okay, baby?”, Lucas memberanikan diri bertanya kepada Haechan yang hanya dijawab dengan anggukan lemah.
“you are not okay, baby. Mind to tell me what’s wrong?”, sebelah tangan Lucas kini mengelus kepala Haechan yang masih tetap tidak mau bicara.
Ia menghela nafas berat dan kembali fokus pada keadaan jalan di depannya. Sesampainya di kampus, Lucas dan Haechan tidak langsung turun. Lucas melirik arlojinya. Masih ada setengah jam lagi sampai kelas pertama dimulai. Ia kemudian melepaskan seatbelt miliknya dan Haechan lalu membawa tubuh gadis itu untuk menghadapnya.
Lucas menatap mata Haechan yang seperti dilapisi air itu, Lucas tahu bahwa dari tadi Haechannya menahan diri agar tidak menangis, tapi menangis karena apa?
“tell me, what’s wrong?”, tanya Lucas sekali lagi.
Tapi bukan jawaban yang Lucas terima, melainkan setetes air mata yang tiba-tiba mengalir membasahi pipi kekasihnya. Dengan lembut, Lucas membawa tubuh mungil itu kedalam dekapannya.
“coba bilang ada apa? Aku ada disini kalau kamu mau bercerita”, katanya sambil mengelus pelan puncak kepala Haechan.
“aku mimpi, Lucas”, Hachan menatap Lucas yang juga menatapnya bertanya-tanya, suaranya serak menahan isakan, “aku mimpi Mark oppa menikah, tapi aku tidak ingat siapa pengantin wanitanya. Aku tidak mau itu Renjun”
Haechan mengeratkan pelukannya seiring isakannya yang semakin keras. Ia tahu masalah aksi mogok bicara Haechan pada Mark. Dan sekarang ia juga merasakan ketakutan gadis itu, bukannya mereka mengira bahwa Renjun jahat, tapi mereka tahu semakin lama hubungan Mark dengan gadis itu maka Mark lah yang akan semakin tersakiti.
“tidak, baby, itu bukan dia”
Sama, Haechan, Lucas juga berharap itu bukan dia.
🔮
“matamu bengkak, Chan”
“aku hanya kurang tidur, Jaem”
Jaemin memperhatikan wajah Haechan yang katanya kurang tidur, padahal Jaemin sangat tahu kalau sahabatnya itu baru habis menangis.
“kau tidak pintar berbohong, Lee Donghyuk, aku tahu kau baru menangis, kan?”
Haechan hanya tertawa samar mendengar penuturan Jaemin yang menurutnya telak. Sekarang Haechan merutuki dirinya sendiri yang memiliki sahabat seorang mahasiswi jurusan psikologi.
“rambutmu bagus, Jaem”, kata Haechan yang lalu mengelus rambut Jaemin yang sekarang berwarna merah muda.
“kau tahu? Pergi ke salon dapat menghilangkan stress, kau mau pergi denganku setelah pulang? Spa? Mani-padi? Pijat? Kita pergi ke salon tempatku mengecat rambut kemarin, oke?”, kata Jaemin ceria dengan senyum terkembang di wajahnya.

BẠN ĐANG ĐỌC
Cursed Destiny [MarkMin] ✔
FanfictionApa yang akan kau lakukan jika tau dirimu terikat dengan sebuah kutukan berusia 150 tahun? Lari? Tidak peduli? Atau malah mencari taunya? ⚠WARN⚠ - BxB - Genderswitch - Typos - No children under 17