06

3.8K 567 32
                                        

🔮


Mark gelisah, waktu sudah menunjukkan tengah malam tapi Haechan belum juga pulang. Bukannya ia bertindak over protektif pada adiknya itu, tapi memang karena Haechan tidak pernah pulang selarut ini.

Haechan tidak suka pergi sampai larut malam, begitu seingat Mark. Pun orang yang bisa membujuknya untuk pergi sampai larut hanya dirinya, Lucas, dan Jaemin. Dia tidak ada bersama Lucas karena sahabatnya itu bilang akan membatu mencari adiknya di apartemen Jaemin, Jaemin juga bilang terakhir bertemu Haechan adalah di salon dan setelah itu mereka berpisah.

Mark memijat pelipisnya yang terasa pening, ia tidak tahu kalau aksi protes Haechan akan separah ini. Ia bahkan tidak tahu sama sekali kemana adiknya itu pergi, ponselnya sengaja ditinggal dari pagi dan itu mempersulit Mark karena tidak bisa melacaknya melalui GPS.

Drrrtt~ Drrrtt~

Mark menoleh ke arah ponselnya dan melihat sebuah nama yang ia hindari sedari tadi. Entah sudah berapa kali orang itu menelpon dan selalu Mark abaikan, ia lebih senang memutar otaknya memikirkan bagaimana ia harus mencari adiknya lagi daripada menjawab telepon itu dan melupakan kenyataan bahwa orang itulah yang membuat Haechan melakukan aksi protes sejak satu bulan yang lalu.

“haah! Aku bisa gila!”, Mark mengacak-ngacak rambutnya frustasi.

Ia segera bergegas mengambil kunci mobil dan ponselnya lalu menelpon Lucas yang mungkin sekarang juga sedang kebingungan mencari Haechan. Adiknya tidak mungkin ikut orang lain selain mereka bertiga, Haechan bukan orang yang mudah percaya pada orang lain. Dan ia tidak punya pilihan lain selain mencurigai Jaemin.

“Lucas, apartemen Jaemin nomor berapa?”, tanyanya begitu panggilannya terhubung.

🔮

“Jaemin, bagaimana kalau kita pergi ke toko elektronik besok siang saja?”, tanya Haechan yang kini sedang berbaring di kasur king size milik Jaemin sambil menatap sang pemilik kamar yang masih berkutat dengan buku-bukunya di meja belajar.

“terserah, Chan, aku benar-benar kosong besok”, Jaemin menoleh pada Haechan sambil menyenderkan kepalanya dengan sebelah tangannya, “bagaimana kalau sebelumnya kita mencari tahu tentang ramalan itu lagi?”

“oke, setidaknya aku tidak pulang sampai minggu malam”, kata Haechan yang disambut senyuman oleh Jaemin.

Haechan sudah menceritakan semua masalahnya pada Jaemin, mulai dari bagaimana bahagianya Mark saat pertama kali berpacaran dengan Renjun, sampai masalahnya sebulan yang lalu. Gadis manis itu menceritakan semua tanpa ada yang terlewat, ia ingin berbagi bebannya kepada orang yang tepat dan Jaemin lah orangnya.

Ting Tong~

Jaemin mengerutkan kedua alisnya dan melirik ke arah jam yang berdiri dengan apiknya diatas nakas. Ini tengah malam, dan siapa yang berani-beraninya datang bertamu?

Ia segera menguncir rambutnya dan berjalan menuju pintu utama. Saat melihat siapa sosok tersebut lewat interkom, ia segera menutup mulutnya tidak percaya. Dari mana orang itu tahu Haechan ada disini?

Gadis itu segera membuka pintu dan menatap orang didepannya dengan tatapan kesal, ia sebisa mungkin menyembunyikan keterkejutannya atas kehadiran orang yang ia dan sahabatnya hindari setidaknya untuk dua hari kedepan.

“kau benar-benar orang yang tidak sopan, ya, Mark Lee-ssi”, Jaemin melipat kedua lengannya di depan dada dan menyandarkan tubuhnya di daun pintu.

“dimana adikku?”, tanya Mark sambil menatap ke arah Jaemin.

“adikmu? Haechan maksudmu? Tadi Lucas juga kesini dan aku juga sudah bilang bahwa aku dan adikmu berpisah setelah dari salon, kenapa kau sangat tidak percaya, eoh?”, Jaemin menatap Mark datar.

Cursed Destiny [MarkMin] ✔Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ