☀
"Woojin lempar bolanya kesini!", seru Lucas sambil mengibaskan tangan ke arahnya, memberi tanda kepada teman setimnya tersebut untuk melempar bola kearahnya.
Woojin melempar bola kearah Lucas yang tengah bersiap untuk melanjutkan umpan, namun sesuatu yang buruk menimpanya.
"LUCAS!!"
Bugh!!
Konsentrasi Lucas pada bola buyar begitu telinganya menangkap suara khas yang meneriakinya dari pinggir lapangan dan berujung dengan bola yang mendarat di dahi lebar sang kapten. Seluruh anggota timnya meringis melihat hal tersebut, belum lagi saat mereka melirik wajah orang yang meneriaki Lucas sekarang masih ditekuk karena sebal.
Lucas menoleh sambil mengusap dahinya yang terasa sakit, "ada apa, baby?"
Orang itu bergeming menatap Lucas sebal, membuat Lucas mau tidak mau harus harus menghampirinya sebelum kepala orang itu meledak karena sebal berkepanjangan.
"kita break sebentar!", seru Lucas sebelum berjalan menghampiri sang kekasih yang sedang cemberut di pinggir lapangan, "ada apa, baby?"
Haechan segera memeluk Lucas erat, ia tidak peduli setelah ini keringat Lucas akan menempel di tubuhnya atau bagaimana. Sekarang ia hanya ingin melampiaskan kekesalannya.
"aku akan ke Jeju", gumamnya sedikit teredam oleh tubuh Lucas.
"oh bagus lah, kau ingin pergi ke Jeju bukan? Berapa lama?", Lucas mengelus puncak kepala Haechan dengan lembut.
"dua minggu", Haechan semakin mengeratkan pelukannya kepada Lucas.
"kapan kau akan berangkat?"
"sebulan lagi, kalau tidak salah sehari setelah turnamen"
Lucas terdiam. Ada sesuatu yang mengganjal pikiran pria kelahiran hongkong tersebut.
"kau berangkat sendiri?", Haechan mengangguk, "lalu apa yang kau permasalahkan?"
Kali ini Haechan yang diam. Ia juga tidak tau apa yang ia permasalahkan, pergi ke jeju adalah impiannya selama ini, lagipula mengamati situs kuno tidak terlalu membosankan karena Haechan sendiri suka dengan hal-hal seperti itu, dan ia akan pergi sendiri tanpa ada gangguan siapapun.
Lucas menangkup wajah Haechan dengan kedua tangannya dan menatap mata gadisnya itu, "kau kenapa?"
Haechan menggeleng, ia menghembuskan nafas kesal. Ia juga bingung ada apa dengan dirinya.
Lucas yang mulai paham merogoh ponselnya dan memeriksa sesuatu di kalendar. Ia berdecak paham begitu melihat suatu tanda disana.
"my baby lagi PMS ya?", Lucas mencubit pipi bulat Haechan dan terkekeh.
Haechan yang sedang dalam mood yang buruk segera menepis tangan Lucas lalu menatapnya kesal.
"oke, oke", Lucas tersenyum, "tunggu sebentar disini, ya, i just have to take a minute to finish the train"
Haechan mengangguk dan mendudukkan dirinya di bangku penonton. Ia memperhatikan Lucas yang kembali bermain dengan anggota setimnya. Ia mengaku moodnya sedang berantakan akhir-akhir ini, tapi ia lebih memilih tidak peduli.
Lagipula beberapa hari belakangan Lucas sibuk latihan. Katanya ia mulai lebih memperketat jadwal latihan karena turnamen kali ini kesempatan terakhirnya. Tahun depan pria Hongkong itu memilih untuk lebih fokus pada skripsi.
Ah, bullshit. Lucas bukan tipe orang yang bisa tahan fokus. Bahkan ketika bersama Haechan pun ia sering hilang fokus ke hal lain.
Haechan terdiam. Mengingat bagaimana ia pertama kali bertemu sang kekasih yang dulu murid bahasa Korea kakaknya. Seulas senyum tercetak di wajah manis Haechan, itu kenangan manis sekaligus memalukan.

YOU ARE READING
Cursed Destiny [MarkMin] ✔
FanfictionApa yang akan kau lakukan jika tau dirimu terikat dengan sebuah kutukan berusia 150 tahun? Lari? Tidak peduli? Atau malah mencari taunya? ⚠WARN⚠ - BxB - Genderswitch - Typos - No children under 17