Part 10

48.7K 7K 305
                                    


___

Kenzie menghentikan mobilnya sedikit jauh dari rumah. Dia berdiam diri. Tangannya memegang setir dengan erat sambil menghela napas panjang. Kata-kata Shareen satu jam yang lalu masih terngiang sampai detik ini di benaknya.

"Aku lupa letak rumah. Aku lupa SMA aku di mana. Aku lupa banyak hal. Yang aku ingat sebelum aku terjebak di tahun ini, kelender di rumah itu kelender 2020. Bulan Februari."

Itu adalah kata-kata dari Shareen yang tak bisa dia lupakan. Siapa pun tak akan percaya dengan pernyataan cewek itu. Kenzie mengambil ponselnya di saku celana, lalu membuka aplikasi kelender untuk memastikan tanggal, bulan, dan tahun berapa hari ini.

7 Januari 2012.

Kenzie menggeleng-geleng. Dia memang berniat membantu Shareen, tetapi bagaimana dia bisa memastikan bahwa Shareen tidak berbohong padanya? Ah, bukankah sebelumnya dia sendiri yang yakin bahwa Shareen bukan tipe orang yang suka berbohong?

Cowok itu menyimpan kembali ponselnya. Ditatapnya Shareen kemudian dengan niat hanya sebentar saja. Saat dilihatnya Shareen tertidur lelap, niat untuk menatap Shareen hanya sebentar tiba-tiba menguap. Tanpa sadar, dia memperhatikan Shareen begitu lama.

Shareen tertidur di jok tanpa menggunakan sabuk pengaman. Kenzie merasa bersalah dan dia bersyukur tak terjadi apa-apa. Diperhatikannya Shareen dengan pandangan lurus. Kenzie mendekati cewek itu dan menepuk pipinya lembut. Shareen hanya bergumam tak jelas dan memperbaiki duduknya seolah mencari posisi yang lebih nyaman.

Kenzie memiringkan wajah, menatap Shareen makin dekat. Wajah cewek itu tak asing. Kenzie seperti pernah melihat Shareen atau mungkin wajah seseorang yang terbayang di benak Kenzie sekarang hanyalah seseorang yang mirip dengan Shareen?

"Sebenarnya ... lo itu siapa?" bisik Kenzie. Sengaja berkata dengan suara karena bagaimana pun Shareen tak akan mendengarkannya.

"Makasih...."

Kenzie terdiam saat tiba-tiba saja kata terima kasih dari seseorang yang entah siapa muncul di ingatannya.

Kenapa semua yang berusaha dia ingat hanya muncul seperti bayangan?

"Maafin gue karena buat lo ngerasa nggak nyaman," bisik Kenzie lagi pada Shareen yang masih terpejam. Setelah mengucap kalimat itu, beban di pikirannya terasa menguap meski sedikit.

Sebuah panggilan masuk mengalihkan Kenzie dari wajah Shareen yang tenang. Cowok itu segera menerima panggilan dan keluar dari mobil untuk menerima panggilan dari Mbak Ika.

"Halo, Mbak?" tanya Kenzie pada Mbak Ika di seberang sana. "Gimana?"

"Tadi saya baru mastiin, Pak Mario dan Bu Kania sudah tidur. Pak Mario baru aja tidur. Kalau Bu Kania sudah tidur dari beberapa jam yang lalu. Kamu di mana? Mau saya bukakan pintu sekarang?"

"Oh, iya, Mbak. Buka aja sekarang. Saya sudah hampir sampai."

Kenzie mengakhiri panggilan itu dan kembali masuk ke dalam mobil. Sebelum mobil itu kembali melaju, Kenzie menoleh ke Shareen sebentar. Kali ini benar-benar hanya sebentar, kemudian dia mulai melajukan mobilnya meninggalkan tempat itu.

***

Kenzie langsung membangunkan Shareen setibanya dia di halaman rumah. Namun, Shareen tak kunjung bangun dan hanya bergerak sedikit. Kenzie berusaha membangunkan Shareen lagi, tetapi tak kunjung berhasil. Dia berdecak sebal dan segera membuka sabuk pengamannya, keluar dari mobil itu menuju pintu penumpang.

Gerbang rumah baru saja ditutup oleh satpam saat Kenzie mengangkat Shareen ke dalam gendongannya. Pak Oji, satpam di rumah itu, menatap keduanya dengan pandangan heran.

Can I Meet You Again?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang