Part 20

46.1K 6.5K 368
                                    


____

Shareen tak berkutik. Kenzie memanfaatkan kesempatan itu untuk merampas ponsel di tangan Shareen. Kenzie langsung berlari keluar dari kamar setelah itu tanpa menghiraukan Shareen yang terus berteriak memanggil namanya.

Perkataan Fabian dan Edgar bahwa mereka akan langsung pulang ternyata hanya bualan. Setibanya di lantai 1, Kenzie melihat dua sahabat tak tahu diri itu duduk di sofa ruang tengah. Mereka sedang makan kue kering dan ada dua gelas minuman. Pandangan mereka tak lepas dari televisi. Saat Kenzie mendekat, keduanya hanya menyengir.

"Halo? Udah selesai?" tanya Fabian.

Kenzie berdecak. "Gue bilang nggak ada waktu. Masih aja pada ngotot ke sini." Kenzie menghempaskan dirinya ke sofa dan ikut mengambil kue, lalu memakannya.

"Kenapa? Kami ganggu lo bareng Shareen?" Edgar mencibir. "Kalau lo bilang dari awal ya gue dan Fab nggak bakal ke sini. Ngomong-ngomong, sepertinya Shareen udah kenal Bokap dan Nyokap lo sampai Shareen bisa ada di rumah ini."

"Soal itu nggak penting."

"Alah, sok rahasia-rahasiaan ya lo sekarang?"

Kenzie tidak menjawab. Ketiganya kembali disibukkan oleh rutinitas masing-masing. Mbak Tia tiba-tiba datang menawarkan untuk makan siang. Edgar berdiri paling depan. Fabian yang menyahut paling keras. Kenzie beranjak dari sana bertepatan dengan Fabian yang menyebut-nyebut nama Rafka.

Awalnya, Kenzie tidak begitu peduli. Namun, dia jadi makin penasaran meskipun dia tidak akan mendengar apa yang Rafka katakan di seberang sana.

"Di rumah Kenzie kenapa?" Fabian membalas ucapan Rafka lewat telepon. Dia berjalan tak jauh dari belakang Kenzie. "Dia nggak mau main. Mau berduaan bareng ceweknya kali."

Kenzie menghela napasnya.

"Siapa lagi kalau bukan Shareen?"

Kenzie sangat ingin menjitak kepala Fabian karena membawa-bawa nama Shareen. Semoga Rafka tidak akan datang ke rumahnya.

"Nggak jadi ke sini? Oh, oke. Yo'i," kata Fabian di belakangnya.

Beban di pikiran Kenzie terasa hilang. Dia tersenyum senang mendengar kabar itu.

***

Makan siang kali ini ramai. Shareen tidak lagi makan siang hanya berdua dengan Kenzie. Di ruang makan ada dua teman Kenzie bernama Fabian dan Edgar. Shareen menikmati momen-momen kebersamaan itu. Tingkah laku mereka membuat Shareen selalu tertawa.

Tak jarang Fabian menggodanya dan membuat Shareen langsung terdiam dengan wajah merona. Setiap kali Fabian menggodanya dengan gombalan-gombalan receh, Kenzie pasti akan langsung mendorong kepala Fabian dan menyuruhnya untuk berhenti melakukan hal yang membuat Shareen tidak nyaman.

Sehabis makan siang, Mbak Ika menawarkan kentang goreng kepada remaja-remaja itu. Shareen membuka kulkas dan melihat alpukat dengan mata berbinar-binar.

"Ini alpukat siapa?" tanya Shareen kepada siapa pun yang mendengar.

"Punya gue. Mau?" Kenzie muncul di belakangnya. Kenzie yang mengambil buah itu dan menyodorkannya pada Shareen. "Mau buat jus aja nggak?"

Shareen mengangguk dengan antusias.

"Mbak Ika, blender di mana?" tanya Kenzie kepada Mbak Ika yang sibuk mengupas kentang. Mbak Ika meningalkan potongan kentangnya. Dia beranjak menuju lemari dan mengeluarkan mesin penggiling buah dari dalam sana, lalu menaruhnya di dekat stop kontak

Shareen hanya mengikuti Kenzie dari belakang. Kenzie menyibukkan diri membelah alpukat itu di depan blender. Rasa penasaran membuat dirinya menengok di balik bahu Kenzie yang menutupi apa yang ada di sana.

Can I Meet You Again?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang