Prolog

8.3K 130 16
                                    


Matahari terbit dari ufuk timur, ia memancarkan cahaya indahnya.
Tak ketinggalan, burung berkicau dengan riang, menandakan hari telah di mulai.

Suasana pagi yang di selimuti embun sejuk, menggambarkan asri nya alam yang allah ciptakan.

Tergambar jelas senyum lembut yang terpancar dari wajah seorang gadis manis. Dia adalah Shafana Wardatus Syifa. Dengan asik ia memandangi lingkungan sekitar pondok melalui balkon asrama nya.
Sungguh ia sangat bersyukur kepada sang Khaliq , karna dapat menuntut ilmu disini.

Sudah satu tahun dia berada di Pondok Pesantren Darul Hikmah.
Awalnya dia ragu untuk menuntut ilmu disini, mengingat ia belum terbiasa jauh dari orang tua nya.

Namun sekarang rasanya ia sudah jatuh cinta dengan pondok ini. Sejak berada disini, ia merasakan kenyamanan dan kebahagian.

Di pondok inilah ia bisa memperbaiki diri dan lebih mendekatkan diri kepada Rab nya.
Rasanya sangat bahagia apabila kita bisa beribadah kepada allah serta mengadukan semua keluh kesah yang berkecambuk di dalam hati dan pikiran. Itu lah yang dirasakan Shafa, ia merasa orang paling bahagia, apabila selalu mengingat allah dan menjadikan nya tempat mengadukan segala masalah.

Saat ini Shafa duduk di kelas 2 aliyah. Selama di pondok ini, hari-harinya dihiasi oleh kedua sahabat nya.
Mereka adalah Izzati Khaulah Adibah yang biasa nya dipanggil Lala dan Nafisya Qanita Zharaini.

Walaupun terkadang sifat mereka kekanak kanakan, namun mereka lah yang setia untuk selalu bersama, baik suka maupun duka. Shafa sangat menyayangi kedua sahabat nya ini, Khaulah dan Nafisya ibarat kan saudara yang tak sedarah. Mereka adalah sosok yang bersedia mengulurkan tangan apabila ia terpuruk dan tertawa bersama apabila ia bahagia.

Sejak Shafa masuk ke pesantren selama itulah mereka bertiga berteman akrab.

Shafa bercita cita menjadi HAFIZAH, tak lupa kedua sahabat nya selalu memberinya semangat, baginya itu merupakan pendorong terbesar yang membuat nya tidak goyah untuk selalu berikhtiar.

Tekad dan hasrat nya yang kokoh, membuat nya tak pernah menyerah untuk bisa mencapai gelar HAFIZAH . Siapa yang tidak ingin, memasangkan mahkota kehormatan kepada kedua orang tua nya di akhirat kelak. Shafa sangat menginginkan itu, disetiap shalat ia selalu berdoa kepada allah agar dimudahkan untuk menghafal Kalam-NYA.

Walaupun ia masih ketinggalan jauh dari santriwati lain, itu tak menggoyahkan tekad nya.
"Man jadda wa jadda" , kata itulah yang membuatnya  tak letih berusaha.
Shafa yakin, suatu hari nanti ia akan mendapatkan gelar HAFIZAH.

Keseharian Shafa sebagai santriwati di Pondok Darul Hikmah adalah waktu yang sangat berharga baginya.

Para santriwan dan santriwati mengikuti kelas dari pagi hingga sore. Dan dilanjutkan oleh kegiatan di asrama.

Saat ini Shafa berada di kelas sambil berkutat dengan buku diary nya, baginya buku diary adalah ladang untuk berekpresi dan mengungkapkan semua peristiwa yang dialaminya.

-----------------------------------------------------------

"Dear allah..
Ya rab, perkenankanlah diri ini untuk selalu bersyukur kepadamu dan mengadukan seluruh keluh kesal hanya kepadamu.
Bimbinglah hamba mu yang lemah ini agar selalu berada pada jalanmu ya allah, jangan biarkan hamba terjerumus ke dalam lembah kemaksiatan.
Teguhkan lah hati ini agar selalu istiqomah atas perintah mu.
Perkenankanlah hamba yang berlumur dosa ini, agar bisa menjadi hamba yang mulia."

Shafa

-----------------------------------------------------------

Khaulah melihat Shafa yang sedang fokus dengan Diary nya berkata "Fa, ayo dong ke kantin, perut ana udah bunyi-bunyi nih."

"La, anti tu ganggu aja ya,ke kantin nya kan bisa sama Nafisya." Ucap Shafa yang kesal.

"Nafisya udah duluan fa, ayo dong, anti mau lihat ana, sahabat kesayangan anti kelaparan " Khaulah berkata sambil mengeluarkan puppy eyes nya.

"Hm, iya-iya" ucap Shafa datar.

"Gitu dong, ini baru sahabat ana" sahut Khaulah dengan semangat sambil mencubit pipi cubby nya Shafa.

"Aw, sakit la"  Shafa berkata sambil memegang pipi nya.

"Hehe, afwan ya Shafa " ucap Khaulah sambil mengembangkan senyum nya.

Shafa hanya membalas nya dengan senyum tipis.

-------------


Ting..Ting..
Suara bel berbunyi. Seluruh santriwan dan santriwati dipersilahkan masuk ke kelas nya masing-masing.

Hening, itulah kata yang menggambarkan suasana kelas Shafa saat ini. Mengingat, di depan sedang berdiri ustadzah Rini yang sedang memandangi mereka dengan tatapan tajam nya. Bisa dibilang ustadzah Rini adalah salah satu guru killer yang ditakuti oleh santriwati.

"Khaulah, maju ke depan" perintah uztadzah Rini.

Khaulah yang mendengar itu, seketika badan nya menggigil.

"Aduh, kelar deh hidup ana." Gumam nya dalam hati.

"Baik ustadzah " ucapnya dengan nada bergetar.

"Tolong ambilkan laptop ustadzah di kantor segera" ucap ustadzah Rini.

"Hm, baik ustadzah" ucap Khaulah sambil menghela nafas lega.

"Baiklah, sambil menunggu Khaulah mengambil laptop, sekarang buka buku fiqih dan silahkan dibaca mengenai bab Fara'id. Nanti,  ustadzah akan jelaskan materinya melalui vidio yang membahas tentang fara'id, agar kalian lebih paham." Ucap ustadzah Rini.

"Baik ustadzah " jawab semua santriwati.

*Jazaka(i)llahu Khaira*
🌷🌷


Dear Allah Место, где живут истории. Откройте их для себя